🌞💉

708 46 5
                                    

ya maap klo lama update nya, gue lagi sibuk sama kerjaan :)



Tiga puluh sembilan




💉💉💉💉💉


"Kalian pernah ketemu ya?" bisik Gisel kepada Siska.

Langkah mereka berdua terhenti ketika Farhan berbalik badan menatap mereka berdua. "Kalian duluan."

Siska dan Gisel berjalan di depan Farhan, laki-laki itu hanya menipiskan bibir nya sedari tadi.

"Nanti gue jelasin Kak." Jawab Siska dengan suara sangat kecil supaya Farhan tidak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan.

"Oke."















Setelah sampai di ruangan, Siska membuka pintu dengan lebar dan mempersilahkan Farhan untuk masuk. "Silahkan masuk Pak Farhan." Disusul oleh Siska dan Gisel di belakangnya. Pintu ruangan sengaja tidak Siska tutup agar tidak terjadi kesalah pahaman yang tidak-tidak.

Farhan yang sudah masuk ke dalam ruangan hanya bisa ternganga melihat sesuatu yang mengalihkan pusat perhatiannya.

Ada sudut ruangan dengan tema bunga matahari. Sebulan yang lalu saat ia datang dan masuk ke ruangan ini, hiasan semacam itu tidak ada.

Farhan hanya melihat Siska dan Gisel seperti wajah penuh tanda tanya, "ah iya, saya dengar anda suka sekali bunga matahari," jawab Siska yang selalu menebarkan senyuman lebar.

"Gue suka doang, bukan maniac bunga matahari." Batin Farhan.

"Oh iya! mari silahkan duduk."

Ada tiga sofa disana, dua sofa single dan sofa panjang. Farhan duduk di sofa single sedangkan Siska dan Gisel duduk berdua di sofa panjang.

"Saya sangat senang sekali bisa bertemu langsung dengan orang yang menjadi donatur tetap di Taman Kanak-Kanak Bunda Dara," kalimat ini tidak Siska hafalkan. Ia hanya spontan.

"Saya, guru-guru dan para warga sekolah, sangat berterima kasih kepada Pak Farhan dan tentunya untuk Pak Fadly ayah anda."

"Sekolah ini, bukan apa-apa jika tidak ada beliau."

Farhan hanya mengangguk kecil dan memperhatikan Siska dengan seksama.

Siska yang sering ia temui sangat berbeda dengan Siska yang ini.

"Anak-anak yang berasal dari keluarga yang kurang mampu... bisa bersekolah disini pun berkat bantuan yang anda dan keluarga anda berikan. Saya benar-benar berterima kasih, Pak Farhan."

Lagi dan lagi ia hanya mengangguk saja, sekarang ditambah dengan senyuman tipis.

Gisel hanya mendengarkan saja, tidak terkejut karena ia sudah tahu bagaimana pintar nya Siska dalam berbicara.

Tanpa membuang waktu lagi, Farhan mengeluarkan cek dalam saku jas nya. Dan menuliskan nominal uang dalam jumlah yang besar.

"Ini," ucapnya sambil menyerahkan cek yang sudah berisi jumlah uang dan tanda tangan.

Pacaran Sama... Dokter Cuek! (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang