🌞💉

2.5K 85 8
                                    











Dua

Langit hari ini terlihat mendung seperti mendukung kegalauan, kesepian, dan kegundahan hati Farhan.

Usai mengadakan pertemuan dengan ayahnya dan para dokter di rumah sakit, Farhan melakukan perang dengan isi kepalanya. Betapa ia harus siap mengemban tanggung jawab untuk memimpin rumah sakit ini. Rumah sakit yang dibangun dengan susah payah oleh sang buyut.

"Woy!" seru seseorang membuyarkan lamunannya.

"Dimakan bakso lo Hannn, ngelamun terus atau mau gue bantu ngabisin?"

Ah, Farhan sampai lupa kalau saat ini ia sedang istirahat makan siang bersama sahabat masa kecilnya yang bertahan sampai sekarang ini.

Namanya Rayhan jika dilihat sekilas, mereka berdua benar-benar mirip. Sudah tampan, muda, cerdas, yang membedakan hanyalah sifat keduanya. Rayhan lebih cenderung banyak bicara dibandingkan Farhan.

"Farhan kayanya lagi galau deh Yang." Farhan juga melupakan satu orang lagi yang sedang bersamanya.

"Kalau mau sayang-sayangan jangan di depan gue," sudah tahu ia sedang memikirkan banyak hal. Bertambah lagi beban pikirannya, "kapan gue juga punya pasangan?"

Rayhan dan Wendy memang sepasang kekasih, mereka menjalin hubungan sejak di bangku SMP kelas dua. Tidak tahu apa rahasia hubungan mereka tetap awet bahkan tidak pernah sedikit pun mengatakan putus.

Satu lagi, yang membedakan Farhan dan Rayhan adalah prestasi Rayhan dalam percintaan. Laki-laki itu sangat pantas diberikan apresiasi berupa penghargaan sebagai dokter paling bucin se-Indonesia.

Jika seperti ini ia sudah seperti obat nyamuk diantara sepasang kekasih di depannya. Bahkan omongan Farhan tidak di dengarkan.

"Bu Dokterrrr!!"

Farhan berbalik ke arah belakang penasaran anak siapa yang sudah menganggu makan siang mereka. Tetapi waktu seperti berhenti berputar Farhan diam seribu bahasa ketika sudah melihat wajah seseorang yang membuatnya penasaran tadi. Badan pendek, pipi bulat, suara cempreng, dan tubuh kecilnya.

"Anak SD mana?" bisik Farhan pada Rayhan dan Wendy.

"Ehhh, Siska... sini! makan bareng sama kami," Wendy tidak menjawab pertanyaan Farhan.

Karena hanya terdapat empat kursi mau tidak mau Siska duduk di sebelah Farhan. "Om! tolong agak geser ya..."

"Aku udah makan Dok, aku cuma mau pamitan karena udah dijemput Mamah. Makasih banyakk yaaaa Dokter Wendyyyyy..." setelah itu Siska pergi meninggalkan mereka bertiga.

"Hahahahahahaha dipanggil Ommm," ledek Rayhan. Sedangkan Farhan sedang berkata kasar di dalam hati.

🌞🌞🌞

"Yang manggil Om ke si Farhan itu pasien langganan kamu kan?" tanya Rayhan kepada sang kekasih.

Rupanya Rayhan masih ingin membahas Siska yang sudah memanggil Farhan dengan panggilan Om di kantin tadi. "Iya, kenapa emang nya? kamu bahas itu terus deh."

"Hahahahah lucu aja! apalagi liat si Farhan sampai melotot kaget gitu..."

"Hahahahahahaha Om!"

Dengan segera Wendy menutup mulut Rayhan, "jangan kenceng-kenceng! kalian bersahabat tapi Farhan tetep bisa pecat kamuu, jangan lupa dia pemilik rumah sakit Harapan Jaya sekarang".

💉💉💉💉💉

Memiliki kepribadian yang cuek dan dingin membuat Farhan harus bekerja ekstra, pasalnya saat dirinya diumumkan sebagai pemilik rumah sakit Harapan Jaya dan anak dari Fadly— nama sang ayah. Semua pekerja di rumah sakit menjadi ramah kepadanya.

Sehingga mau tidak mau suka tidak suka ia juga harus ramah kepada para dokter ataupun perawat di rumah sakit ini. Setidaknya ia harus selalu tersenyum, ia tidak ingin menjadi bahan pembicaraan dikalangan masyarakat rumah sakit.

Bukan tidak ingin menjadi bahan pembicaraan, ia sih cuek saja. Tapi jika sang ayah sampai tahu, habis sudah diceramahi nanti. Dan Farhan malas diceramahi.

Seperti sekarang, Farhan terpaksa menyumbangkan senyum manis nya pada dokter ataupun perawat yang menyapanya disepanjang koridor.

Senyum manis yang amat sangat tipis.

Disaat kakinya akan kembali melangkah, tiba-tiba kepalanya menengok kesamping kiri, melihat seorang anak perempuan sedang bermain di taman mengajak bunga-bunga yang cantik bencekrama. Merasa tidak asing dengan wajah dan perawakan anak perempuan tersebut, Farhan menajamkan matanya. "Anak SD yang manggil gue Om."

Farhan tersenyum tipis, "lucu."

Pacaran Sama... Dokter Cuek! (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang