🌞💉

1.4K 62 10
                                    

Sebelas

"Gisel!"

"Eh? selamat pagi Bu Siska..."

Mendengar itu Siska memutar bola mata malas, "so soan formal lo."

Gisel melebarkan kedua bola matanya, "kakak woyyy kakak! jangan lupa ya itu gue lebih tua dari lo."

Siska dan Gisel memang bersahabat. Benar-benar bersahabat sejak masih dalam kandungan Mamah mereka. Orang tua mereka pun juga bersahabat sejak masih kecil dan persahabatan itu memanjang sampai ke anak masing-masing.

Usia Siska dan Gisel tidak berbeda jauh sebenarnya. Hanya berbeda tahun lahir tetapi jika dihitung bulan hanya berbeda tiga bulan saja. Mengertikan? Gisel yang lebih dulu lahir.

"Beda tiga bulan doang kok!" jawab Siska.

"Beda tiga bulan juga tetep aja beda tahun lahir," debat Gisel tidak ingin kalah.

"Iya Kak Gisel iya... untung sahabat dari zigot lo."

Gisel mengalihkan pembicaraan. Jika diteruskan berdebat ujung-ujungnya dia juga yang akan kalah dan Siska akan minta ditraktir makan. "Udah sembuh?"

"Udah, masih sedikit pusing si..." sebenarnya memang diminta untuk istirahat di rumah selama dua hari. Kemarin dan sekarang, tapi ini Siska si anak keras kepala.

"Ya ngapain masuk?"

"Ga seneng banget ya Kak Gisel kalo aku masuk?"

Gisel mencubit sebelah pipi Siska dengan gemas, "tau aja ciiiii."

"Jahat! btw gimana pertemuan sama donatur kemarin?"

"Berjalan lancar... ANAK NYA PAK JAYA GANTENG BANGETTTTTT MAU NANGISSSSS!!" Kemarin tuh Gisel mati-matian menjaga image biar gak teriak didepan donaturnya.

Siska jadi sirik deh... "ahhhhh seharusnya aku yang disana."

"Yeuuuu malah nyanyi lo."

🌞🌞🌞

"Loh? lo mau kemana Hann?"

"Ikut kalian." Suaranya tegas ditambah wajah datar.

"Gak ah! gak boleh!"

Sebenarnya boleh-boleh saja Farha ikut Rayhan dan Wendy menghabiskan waktu bersama. Tapi ikutnya itu harus beda mobil dan Farhan pergi menghabiskan waktunya sendiri. Bukan selalu jadi setan tampan yang mengikuti mereka berdua kemana-mana. Mana wajahnya selalu datar pula.

Farhan tersenyum miring lalu menaik turunkan alisnya menggoda Rayhan. Dan memang dasarnya Rayhan si paling peka jadilah mau tidak mau diizinkan. "Yaudah boleh! asal jangan pecat gue sama ayang Wendy ya?"

"Ya."

Padahal Farhan tidak ada niatan sama sekali untuk ikut mereka hari ini. Ia hanya suka menjahili Rayhan saja. Tetapi karena sudah Rayhan iyakan jadilah ia ikut mereka.

"Tiga puluh menit lagi jalan," setelah mengucapkan itu ia pergi meninggalkan Rayhan yang mulutnya sudah menganga antara percaya dan tidak percaya.

Ini harusnya dirinya kan ya? yang memberitahu kapan berangkatnya karena Farhan cuma pengen ikut-ikutan. Tapi mengapa malah ia yang harus mengikuti waktu dari Farhan?

Semenjak pulang dari Amerika, Farhan tumbuh menjadi pribadi yang jahil dan sangat menyebalkan tetapi wajahnya tetap saja datar. Dulu saat masa-masa awal Rayhan dan Wendy pacaran, Farhan mana mau tuh ikut-ikutan mereka kencan apalagi ngintilin mereka terus seperti orang ketiga.




"Si Farhan harus gue cariin cewek nih."

💉💉💉💉💉

Dari sekian banyaknya tempat-tempat. Mengapa Siska lebih memilih toko buku? entahlah, hanya Siska yang tahu jawabannya.

Sepulang dari kegiatan mengajar dan memeriksa kondisi sekolah. Siska menyempatkan diri untuk datang ke Toko Buku Suwun namanya, yang jaraknya sekitar dua puluh menit dari rumah nya jika berjalan kaki.

Ukuran toko ini bisa dibilang lumayan besar untuk sebuah toko, yaitu 3×8 meter persegi. Toko buku ini yang paling terkenal dari toko buku yang lain karena  terkenal dengan buku-bukunya yang lengkap dan murah untuk kalangan anak-anak sekolah ataupun para mahasiswa.

Dulu, sebelum zaman serba online, toko buku ini sangat ramai. Tetapi sekarang hanya beberapa orang saja yang akan datang untuk bernostalgia. Orang-orang hanya akan menanyakan ketersediaan buku dan membeli lewat aplikasi WhatsApp sang pemilik toko, setelah itu pembeli akan mengambilnya langsung atau dikirim lewat paket jika malas berjalan.

Siska berjalan memasuki toko, melihat buku warna-warni yang tersusun rapih di setiap rak. "Pak Alii!" sapa Siska dengan ceria kepada sang pemilik toko.

"Ehhh ada alun-alun..."

"Alunan Pakkk Alunannn!!" greget deh setiap ia datang selalu dipanggil alun-alun. Kalo ditanya kenapa, pasti selalu jawab "ahh suka-suka yang manggil dongg." Ternyata ada yang lebih menyebalkan dari seorang Siska.




"Nyari buku cerita apalagi nih Bu Guru?" tanya sang pemilik toko. Ia selalu tahu jika Siska datang, itu tandanya Siska ingin membeli buku cerita untuk anak-anaknya.

"Pengen buku dongeng katak hijau ada gak Pak?"

"Ada, mau berapa?"




"Biasa se—"

"Kata aku mending buku masakan yang memuat semua menu aja Yang."

"Tapi aku cuma mau belajar bikin bolu kukus aja..."

"Di buku ini juga ada resep bolu kukus  kok!"

"Tapi buku ini tebal..."

"Gapapa, biar sekalian aja. Jadi kalau kamu mau belajar masakan yang lain kan ga usah beli lagi ke toko buku."

"Kamu males anterin aku ya?"




"Beli semua gue bayarin, ribut terus lo berdua."




"HALOOO PARA DOKTER KU TERCINTA!!!"

Ternyata suara yang mengganggu nya tadi adalah para dokter muda itu.

"HALOO DOKTER WENDY!"

"HALOO DOKTER RAYHAN!"

"HALOO JUGA DOKTEE FARHAN!"

"Hai bocil, ketemu lagi nih kita..." sapa Rayhan mencoba ramah padahal sudah misuh-misuh didalam hati mengapa harus  bertemu dengan Siska.

"Sorry, gak kenal ya." jawab Siska dengan bercanda.

"Hai Siska... lagi beli buku buat anak-anak kamu ya?" sapa Dokter Wendy. Dokter Wendy adalah salah satu orang yang mengetahui apa yang dilakukan seorang Siska. Itu karena mereka berhubungan dekat semenjak Siska sering keluar masuk rumah sakit.

"Punya anak?" tanya Farhan dengan polos.

"Loh? saya seorang guru Dok."

Pacaran Sama... Dokter Cuek! (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang