🌞💉

985 44 6
                                    

Sembilan belas

Usai keluar dari gedung panti asuhan itu, Siska hanya berdiam diri di depan gerbang seraya menatap plang bertuliskan Panti Asuhan Bunda Dara.

Siska tersenyum tipis. Akhir-akhir ini ia jarang datang kemari untuk sekedar bercanda ringan dengan anak-anak. Segala kebutuhan anak-anak panti selalu Siska cukupi dengan sangat baik. Meskipun ia sibuk dan tidak memiliki waktu luang, ia sangat bersyukur ada Gisel yang selalu bisa di andalkan.

Panti asuhan ini miliknya. Milik Siska Alunan perempuan dengan senyum secerah matahari yang kita kenal. Panti asuhan ini hadiah dari kedua orang tuanya saat Siska ber-ulang tahun yang ke 10. Siska sendiri yang memintanya.





~~~~~

Sehari sebelum ulang tahunnya, Siska beserta kedua orang tuanya pergi makan malam bersama di sebuah restoran mewah. Saat keluar dari mobil dan berjalan memasuki restoran, ia melihat seorang anak laki-laki yang sedang memakan roti berjamur.

Siska dengan segera berlari mendekati anak itu dan menghempaskan roti nya dengan kasar, "itu berjamur!"

Anak laki-laki itu terkejut dan marah. "Tau apa kamu!"

"Itu berjamur!"

"Nggak peduli! yang penting hari ini perutku gak kosong!"

Melihat perdebatan itu, kedua orangtua Siska segera menyusul putri mereka. Dara yang melihat roti berjamur sudah tergeletak di tanah dengan cepat mengetahui situasi ini. Dara segera menyamakan tingginya dengan anak laki-laki yang berdebat dengan Siska. "Kamu mau makan bersama kami?"

Tidak ada penolakan. Anak laki-laki itu sudah bergabung dengan keluarga Siska. "Kamu makan banyak banget! apa gak kembung perutnya?" tanya Siska dengan polos.

Anak laki-laki itu hanya menggeleng cepat, "aku belum makan selama dua hari."

Kedua orang tua Siska dan Siska terkejut mendengar hal itu. "Kenapa gak makan?"

"Gak ada uang."

"Mamah sama Papah kamu emang nya gak kasih uang?"

Anak laki-laki itu hanya menggeleng dan tersenyum canggung. "Mereka sudah meninggal sejak aku kecil."

Dara mengusap kepala anak laki-laki itu. "Sekarang tinggal dimana?"

"Di mana aja, pindah-pindah."





~~~~~



"HEHH! MALAH BENGONG LO." Gisel membuyarkan lamunannya. Dan membawa Siska kembali ke dunia nyata.

"Mikirin yang kemarin lagi ya?" tebak Gisel.

"Gue selalu mikirin itu setiap datang kesini."

Gisel sudah tahu.

"UDAH AH! PULANG YUU, UDAH MAU MALEM NII." Mereka sedikit terlambat datang ke panti asuhan karena Siska kelupaan membeli cemilan untuk anak-anak panti.




🌞🌞🌞


"Kak Gisel tolong mampir ke minimarket terdekat ya..."

"Okeyyy, nih bentar lagi, tinggal lurus sedikitttt, belok kiri dannn sampe."

Siska dengan segera melepaskan sabuk pengaman. "Kak Gisel mau ikut apa nggak?"

"Gak ah mager."

"Mau nitip apa?"

"Gak ada yang gue mau."

"Okeyyyy, tunggu yaaa, cuma sebentar kok!"

Jangan pernah percaya dengan orang yang mengatakan "sebentar lagi otw" itu juga sama hal nya dengan "tunggu yaaa, cuma sebentar kok!" padahal sudah mau 30 menit Gisel menunggu.

Setelah Gisel misuh-misuh tidak jelas di dalam mobil, akhirnya Siska keluar dari minimarket sambil menjinjing dua kantong plastik besar. "Belanja apaan lo? banyak benerrr."

"Ohhhh iniii mie goreng 50 bungkus."



💉💉💉💉💉



Baru saja mengucapkan selamat tinggal kepada Gisel, Siska malah dibuat terkejut dengan sahabatnya itu. "Eh ehhh ehh, Kak Gisel. Lo ngapain ikut masuk ke rumah gue?"

"Gue nginep di rumah lo ya?"

"Hah?" Siska antara kaget dan tidak percaya dengan yang di ucapkan Gisel. Karena selama hidupnya, gadis itu tidak pernah menginap di rumah Siska meski keduanya bersahabat. Padahal mereka bekerja di tempat yang sama. Tapi baru kali ini Siska mendengar Gisel ingin menginap.

"TUMBENNNN."

"Pengen minta makan mie goreng."

"ASTAGAAA KAK GISELLLL GUE KIRA ADA APA TUMBEN-TUMBENAN MAU NGINEP."

"Udah ayoooo kita ke kamar, sekalian nobar drakor." Gisel menyeret Siska.

Enaknya nginep di rumah Siska itu ya fasilitas nya. Meskipun Gisel nggak pernah nginep tapi ia sering sekali bermain ke rumah Siska.

Rumah Siska itu rumah impian nya orang-orang mager. Semuanya serba canggih. Lampu yang bisa menyala jika kita mengucapkan 'hidup' atau 'mati', lalu ada gordeng yang bisa terbuka sendiri kalau tangan kita bergerak untuk membuka, robot pembersih lantai pun ada, dan yang paling enak adalah televisi di kamar Siska sangat besar seperti menonton di bioskop.

Tapi, yang paling nggak enak di rumah Siska ya... kamarnya Siska. Semua serba warna gelap.


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






















"Kamar lo masih aja suram Sis ..." di tambah dengan Siska yang memakai baju belang-belang seperti tadi siang, menambah kesan seperti  penjara kamarnya ini. "Sis, sumpah lo udah kaya tahanan."
















01:30



Alasan Gisel tidak pernah menginap ya seperti ini. Ia tidak bisa tidur di rumah orang.

Pacaran Sama... Dokter Cuek! (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang