🌞💉

711 41 3
                                    

Empat puluh lima







💉💉💉💉💉






Beberapa hari setelah pertemuan nya dengan Dokter Farhan di tukang bakso kala itu, benar saja Siska langsung kedapatan tamu setiap bulan.

Setelah beberapa hari juga setelah itu, ia dan dokter cuek itu belum dipertemukan kembali. Biasanya ia selalu bertemu dengan Dokter Farhan dengan alih tidak sengaja bertemu.

Memang benar-benar tidak sengaja. Padahal arah rumah sakit, sekolah, dan rumah masing-masing dari mereka berlawanan arah.

"Adek nanti berangkat nya bawa motor sendiri aja ya?"

Siska yang sedang sarapan dengan tenang mendengar perkataan ajaib dari sang mamah tentu saja terkejut bukan main.




"HAH?!"



"Boleh emang nya?!"

Dara— sang mamah menghentikan kegiatan mengunyah nya. "Eh? mamah bilang apa tadi?"

"Boleh bawa motor kata mamah," jawab Siska.

Dara menepuk jidat nya. Ia memang suka asal berbicara saja jika sedang fokus makan. "Maksud mamah, adek bawa sepeda listrik aja."

"Gak mau!" tolak Siska dengan tegas.

Saat ini sedang viral-virah nya sepeda listrik. Karena itu juga semua orang di komplek perumahan mereka kompak membeli sepeda itu juga termasuk sang mamah.

"Loh? kenapa emang nya Dek?"

"Anak kamu kan anti sama yang viral-viral." Celetuk sang papah yang sedang turun dari tangga.

Kedua orang tuanya memang sedang tidak sibuk bekerja seminggu ini. Dan itu membuat Siska senang.

"Enggak kok. Jarak sekolah kan jauh Mahhh, masa anak nya udah cantik-cantik gini, datang ke sekolah keringetan sih."

"Nanti papah yang nganter aja."

Siska hanya bisa pasrah saja. Ia paham betul yang dilakukan sang papah saat mengantarnya ke sekolah nanti.







🌞🌞🌞



Berbeda dengan Siska yang menjalani hidup seperti biasa-biasa saja, lain dengan Farhan yang saat ini sedang menenggelamkan kepala nya di atas tangan.

"Kak Farhan kenapa deh?"

"Gapapa."

"Ada masalah di rumah sakit kah?"

"Enggak."

"Ada masalah di rumah nya mungkin?"

"Enggak."

"Atauu ada masalah sama Kak Wendy dan Kak Rayhan?"

Farhan mengangkat kepala nya, "aku gak ada masalah Gisel."


KrRingg~




Pintu cafe terbuka, sepasang kekasih muda memasuki cafe sambil memasang wajah sebal. "Di sini lo Han, dicariin kemana-mana tau nya nongkrong."

Farhan hanya mengangkat kepala nya sekilas lalu kembali ke posisi awal, "iya Wen."

Sudah beberapa hari ini Wendy dan Rayhan menjumpai sahabat mereka— Farhan yang selalu bersama dengan Gisel. Entahlah mereka pun heran, bagaimana dan sejak kapan dua sejoli itu menjadi dekat. Karena yang mereka tahu Farhan tidak mau dekat dulu dengan perempuan untuk saat ini.

"Gak ke sekolah Sel?" tanya Wendy kepada Gisel sembari menarik kursi kosong dan duduk di sebelah nya. Sedangkan Rayhan sudah pergi ke dapur untuk mengecek cafe.

Farhan dan Gisel memang sedang berada di cafe milik Rayhan.

"Enggak Kak Wendy, aku izin enggak masuk dulu ke Siska."

"Terus Siska ngizinin?"

Gisel mengangguk saja, "kalau enggak di izinin gak mungkin aku di sini Kak."

"Bisa-bisanya Siska ngizinin padahal lagi sibuk-sibuk nya."

Waktu itu Siska memang sempat bercerita kepada Wendy kalau Bulan Juni mendatang sekolah akan disibukkan dengan pendaftaran murid baru, persiapan anak-anak masuk sekolah dasar dan persiapan Siska yang akan membuka cabang brownis nya lagi.

Dan biasanya disaat yang penting-penting ini Siska akan lebih membutuhkan Gisel dari hari biasanya.

"Lo itu ibaratkan orang yang ngatur jadwal nya Siska kan Sel?"

"Ko bisa lo gak bantu dia tapi malah berduaan sama Farhan?"

"Terus, sejak kapan kalian deket?"

Wendy itu malaikat. Tapi kalau seperti ini jiwa malaikat nya akan hilang.







💉💉💉💉💉


"Pamer dulu guys, ini sekolahan punya anak gue. Yang mau kenalan sama anak gue boleh banget ya."

Siska menghela nafas kasar, ia kesal dengan sang papah kalau sudah mengantarnya dan mengeluarkan ponsel lalu merekam video. Ya, sang papah mempromosikan Siska kepada sesama rekan kerja nya untuk dicarikan pacar.

"Papah kalo gitu terus aku aduin Mamah ni."

"Iya iya..." Papah nya langsung mematikan kamera dan memasukkan ponsel ke dalam tas.

"Ngomong-ngomong Gisel mana?"

"Ada urusan," jawab Siska sambil bermain ponsel.



















"Tadi pagi-pagi Papah liat dia dijemput cowok."

Sebenarnya Siska tidak ingin peduli. Dalam artian tidak ingin tahu urusan orang lain apalagi urusan sahabat nya sendiri, ia hanya menunggu saja orang tersebut datang sendiri dan bercerita.

Bukan tidak ingin tahu, lebih tepat nya Siska tidak ingin mencampuri urusan orang lain.

Setelah mendengar perkataan sang papah, Siska jadi ingin tahu siapa laki-laki yang menjemput Gisel.

"Ciri-ciri cowok nya kayak gimana Pah?"

"Intinya ganteng bangett walaupun pakai masker,"







"Tinggi,"







"Badan nya kurus,"

















"Tapi..."



























"Kayak gak asing di mata Papah."

Pacaran Sama... Dokter Cuek! (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang