÷! Kamu yang terlihat asing ¡÷
⁰⁰
^*^
"Ayo den, masuk," bi Yana yang membawa paperbag berisi baju Gama mempersilahkan Gama masuk kedalam Taxi yang berhenti didepan rumah sakit, Gama masuk setelah dibukakan pintu lalu bergeser agar bi Yana bisa duduk disampingnya.
Ya, hanya bi Yana yang membuat fobianya tidak kambuh, entah memang bi Yana yang sudah mengurusnya sejak kecil atau memang beliau yang bisa menjaga kontak fisik dengan Gama, yang jelas Gama tidak merasa terancam saat didekat bi Yana.
Hari ini, Gama sudah diperbolehkan pulang, 1 bulan 1 minggu Gama dirawat dirumah sakit milik sepupu Satya, setelah tau bahwa ia mendapat ingatannya 2 tahun lalu dan kehilangan separuh ingatannya lagi sekarang ia tidak ambil pusing dan tidak mau mengingat ingatannya yang hilang itu, karena baginya itu tidak penting, yang paling penting adalah ingatan bersama sahabatnya, saat dirinya bisa bercanda ria dengan neneknya dan ingatan saat ia mendapat penyakit Haphephobia yang dideritanya sekarang.
"Makasih yah pak, ini uangnya," mereka sudah sampai didepan rumah dan Gama turun terlebih dahulu dan membuka gerbang rumahnya lalu menunggu bi Yana membayar ongkos Taxinya.
"Ayo den masuk, tadi sebelum bibi jemput den Gama, bibi udah buatin ayam ciken kesukaan den Gama, nanti dimakan ya terus minum obatnya lalu istirahat, bibi mau nyapu halaman dulu sama nyuci baju, nanti kalo udah piringnya biar dimeja aja, bibi yang nyuci nanti yah," keduanya berjalan masuk dan tepat didepan pintu bi Yana selesai bicara dengan aksen medoknya.
"Iya bi, Gama masuk dulu," Gama mengangguk patuh lalu masuk kedalam dan menuju meja makan, sedangkan bi Yana meletakan paperbag itu didekat lantai pintu lalu mengambil sapu dan menyapu halaman depan rumah yang sedikit kotor karena ada daun kering yang jatuh ditanah.
Gama membuka tudung saji elektrik yang ada dimeja makan dan benar, disana ada 3 paha ayam tepung yang terlihat menggiurkan tapi tidak untuk Gama yang lidahnya masih terasa pahit untuk makan, karena tidak mau mengecewakan bi Yana ia mengambil piring disebelahnya dan mengambil satu paha ayam, ia duduk lalu membuka masker hitamnya dan memakan ayam tepung itu dengan perlahan.
Disisi lain, seorang gadis cantik dengan rambut yang dikuncir setengah ditengah diatas sepesanya, ia terus memperhatikan rumah Gama bahkan dari sebelum pemilik rumah itu datang.
Diyna, entah sejak kapan ia merasa kesepian setelah Gama koma selama 1 bulan, ia tidak menjenguk cowo itu karena gengsinya terlalu besar untuk sekedar melihat Gama.
Diyna tetap didepan rumah Gama sampai cowo itu masuk kedalam kamarnya dan keluar kebalkon untuk menghirup udara segar, semua gerak geriknya selalu didikuti oleh mata Diyna, sampai tak sengaja mata mereka bertemu dan saling pandang untuk waktu yang cukup lama. Entah tidak tau lagi apa yang dirasakan Diyna, gadis itu meneteskan air matanya dan dengan cepat ia menghapusnya lalu buru buru pergi meninggalkan rumah Gama dengan sepeda gunungnya.
"Dia nangis?" gumam Gama bingung saat melihat air mata gadis asing itu lolos begitu saja saat bertatapan dengannya.
***
Pagi harinya tepat hari senin, Gama berniat berangkat untuk sekolah dan ia sudah bersiap dengan seragam baru lengkap sampai bawah dan tas sekolah dipunggungnya, ia baru ingin mengeluarkan motornya tapi terdengar klakson mobil diluar gerbang rumahnya.
Gama keluar dan melihat pemandangan yang sangat lebay menurutnya. Mobil merah labo berada didepan dan dikawal oleh 20 orang anggota DRAG (geng motor yang dipimpin olehnya dan Satya), mereka parkir didepan rumah Gama dengan santainya tanpa memikirkan lalu lalang kendaraan lain yang ingin lewat tapi jalanan penuh oleh mereka.
"Oh shit. Ngapain kalian?" ujar Gama dengan frustasi.
Seseorang yang berdiri sambil bersender diatas lambo merahnya itu melepas kacamatanya lalu mendekati Gama sambil mengigit ujung salah satu kacamatanya, ia meletakan lengannya dibahu Gama tapi Gama menghindar dengan cepat, cowok itu lalu melepas gigitannya itu.
"Nganterin ketua Drag kesekolah dong," ujar cowok itu lalu meletakan kacamata hitamnya dikerah kaosnya yang dibalut dengan jaket kulit hitam.
"Lebay bang Yunda, gw bisa sendiri, mending balik deh kalian." perintah Gama sambil berganti menatap anggotanya.
Brumm brumm... ckitt...
Satu motor berhenti didepan mobil lambo dan membuka helmnya, lalu berjalan kearah Gama dan melemparkan jam dari sakunya kearah Gama.
"Pake, disitu ada GPS, jadi gampang kita mantau lo," ujar Satya tanpa beban.
"Huft, cukup GPS ini aja, kalian balik ke markas sana, bang Yunda juga kerja gih," Gama menangkap jam dari Satya lalu memakainya.
"Udah disini masa balik lagi, ayolah kita itu khawatir sama lo Gam," ucap Yunda mengangkat dagunya kearah anggota Drag yang sudah siap dimotornya.
"Hah terserah, sekali ini gw biarin, kalo sampe ada kedua kalinya gw mending ga sekolah." Gama pasrah lalu berjalan kearah motornya tapi dengan cepat ujung bajunya ditarik oleh Satya, hanya bi Yana dan Satya yang bisa membuat phobianya tidak berimbas besar padanya.
"Lo naik mobil bang Yunda, ga boleh bawa motor sendiri dulu, nurut atau kita bisa lebih gila dari ini." pinta Satya dengan tegas namun lembut, Gama pasrah dengan semuanya dan akhirnya masuk kedalam mobil tanpa mengucap sepatah kata pun.
Yunda masuk kedalam mobilnya, dan Satya yang memakai helmnya, semuanya bersiap menyalakan kendaraanya untuk mengantar ketua mereka, Argama Kennanda pergi kesekolah.
٬x҉
╌╌╌╼⃘۪۪❁⃘̸۪۪⃗╾╌╌╌
Hai semua, gimana tahun 2023 ini? Masih aman atau udah ancur mentalnya? Semoga aman ya, soalnya masih ada tahun tahun selanjutnya lagi, okayy see u, thanksya udah baca♡!
Dont forget to follow guys! Vitahrna_
Kamis, 12-01-23
KAMU SEDANG MEMBACA
EARPHONE 1&2
Teen Fiction"Bluetooth aja bisa nyambung, masa perasaan kita engga?" - Argama Kennanda. "Kalo lo samain gw sama Bluetooth anggep aja nama lo udah terdaftar diperangkat gw. Tapi gw engga ada minat buat sambungin itu. Sama sekali nggak!" - Gradiyna Alexa Hernama...