⁰⁰~26 < seas ² > ¿•?

65 14 6
                                    

÷! Hari terakhir. ¡÷

⁰⁰

^*^

Hujan mulai mereda, namun petir dan angin masih terus mendominasi alam. Diyna, Gama, dan Satya hanya bisa terus menunggu keadaan lebih membaik agar mereka bisa pulang.

Namun berbeda dengan Gama dan Satya, Diyna justru tidak bisa menunggu, karena perutnya terus saja berbunyi dan berharap Keanu datang untuk membawakannya makanan.

"Lo berdua ngga laper apa?" celetuk Diyna, dengan nada lemasnya, tubuhnya terus ia sandarkan pada sandaran Sofa dan tatapannya tertuju pada ponsel yang ia mode pesawat namun menonton acara mukbang di vidio yang telah ia download.

"Kita abis makan mie ayam tadi, sebelum hujan si," jawab Satya santai, sambil menarik selimutnya yang baru ia dapat di nakas meja di depannya.

"Oh... enak tuh kayaknya," mata Diyna terus menatap ponselnya dan mulai merasakan kepalanya sedikit sakit.

"Lumayan, cuman sambelnya kurang nampol pedesnya," Satya melirik Gama yang sedari tadi duduk diam sambil memejamkan matanya dan menyandarkan kepalanya pada sandaran sofa.

Setelah itu Diyna diam dan tak merespon lagi, ia memilih mematikan ponselnya dan kembali duduk meringkuk dengan bantal sofa berada di pangkuannya.

Satya pun kembali diam dan mulai merasa nyaman karena selimutnya dan rasa kantuk menghampirinya.

Gama membuka matanya, ia melihat keluar jendela yang separuhnya tertutup horden, lalu menatap jam tangannya yang menunjukan pukul 7.40 malam. Sedangkan petir masih terus mendominasi langit, dan hujan mulai terlihat akan turun kembali dan  lebih deras.

Gama berdiri sambil menatap ke arah Diyna yang masih terlihat lesu, "Dapur di mana?" ujarnya santai.

Diyna menatap Gama bingung, "Di balik tembok ini, mau apa?" dengan dagunya Diyna menunjuk tembok di belakangnya.

Gama membuka isi tasnya, dan mengeluarkan kresek alf*mart yang berisi 5 macam mie kuah, tissue, dan 10 cemilan  bakso dan sosis siap makan yang masing-masing warian ada 5.

"Masak mie," jawabnya santai sambil melenggang pergi kedapur membuat Diyna emosi di buatnya.

"LO PUNYA MIE DARI TADI KENAPA NGGA BILANG ARGAMA?!" teriak Diyna dan bangkit mengejar Gama dengan selimut yang ia bawa sambil diremas menahan emosinya.

Sedangkan Satya yang mendengar teriakan Diyna hanya menutup kedua telinganya dan melanjutkam tidurnya, membiarkan interaksi Gama dan Diyna yang memang ia tunggu.

"Kenapa emangnya?" jawab Gama santai, sambil mengambil panci yang tersusun rapih dan semua alat makan sampai alat masak terlihat bersih di tempatnya.

"Gw laper dari tadi! Kenapa lo baru keluarin itu sekarang!" Diyna mencebikan bibirnya, matanya sedikit berair karena sedikit emosional menahan lapar sedari pagi.

Gama mengambil tissue dari dalam kantung kresek lalu membukanya dan mengelap dua panci itu sebelum ia isi air dari keran lalu meletakan diatas kompor dan menyalakan apinya, yang beruntung sekali karena itu adalah kompor listrik.

"Lo kan ngga bilang, tadi gw tanya, lo malah nyuruh gw buat inget semua tentang lo,  karena ini hari terakhir, yaudah gw ngga jadi buatin mie." jawab Gama santai, tanpa memperdulikan Diyna ia mulai membuka 1 bungkus mie tanpa gunting.

EARPHONE 1&2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang