⁰⁰~25 < seas ² > ¿•?

70 16 3
                                    

÷! Samar. ¡÷

⁰⁰
[Note: adegan ini juga terjadi di waktu yang sama sebelum Keanu mengantarkan Dini.]

^*^

Diyna sedang duduk di atas sofa single dirumah almarhum kakek neneknya, ia terus menatap kearah jendela dan melihat rintik hujan yang terus turun dari langit,  sedangkan ia membiarkan gerbang terus terbuka agar Keanu yang janji akan kembali tidak perlu repot membuka pagar lagi.

Tapi dugaanya salah, karena sudah 1 setengah jam lamanya, Keanu tidak kunjung datang, dan membuat pikiran Diyna gelisah karena membiarkan gerbang depan terbuka lebar.

"Ck pengen pipis! Tapi gerbangnya kebuka, gimana kalo ada orang lain masuk..., apa gw tutup aja kali ya," gumamnya, sambil mempertimbangkan untuk menutup gerbangnya atau membiarkannya dan ia pergi ke kamar mandi.

"Keanu taik! Katanya setengah jam doang janjinya! Kenapa seabad lamanya! Bodo amat deh gw tutup aja! Lagian juga udah mau deres hujannya!" gerutunya dan masih dengan seragamnya ia pergi keluar untuk menutup gerbang.

Baru setengah gerbang ia tutup, ia mendengar suara motor yang melaju dengan pelan, dan saat Diyna melihat, ia malah bersitatap dengan mata tegas dan terlihat sedikit sayu milik seseorang yang sangat ia kenal, Argama Kennanda.

Laki-laki itu bersama dengan Satya yang berada di depan mengendarai motornya.

"Eh... kalian ngapain lewat sini?" Diyna mengerutkan kedua alisnya, ia mengembalikan kesadarannya saat memutus kontak mata dengan Gama.

Tapi ia sedikit heran, kenapa keduanya lewat sini, walaupun ia tidak heran jika banyak anak sekolah SMA bunga laskari lewat di depan rumah ini, karena rumah almarhum kakek neneknya memang dekat dengan SMA itu.

Tapi yang membuatnya heran adalah, tidak biasanya Gama dan Satya lewat jalan ini, karena rumah ini berada di belakang kawasan sekolah, sedangkan biasanya Diyna melihat Gama dan Satya selalu lewat gerbang depan.

Satya mematikan mesin motornya, dan melihat kearah Diyna dan rumahnya secara bergantian, "Disana hujan udah deres, kita lewat sini jalan pintas, lo ngapain disini? Bukannya ini rumah kosong?" jawab Satya sambil bertanya balik pada Diyna, karena sudah beberapa kali sebenarnya ia dan Gama pulang lewat jalan ini.

Gama hanya diam menatap Diyna, ia tidak tahu tentang perasaanya, setiap ia menatap Diyna, rasanya banyak sekali perasaan yang terus meledak di dalam dirinya, namun tidak bisa ia ungkapkan.

"Ini rumah almarhum kakek nenek gw, gw... cuman lagi beberes aja disini." jawabnya sedikit berbohong, karena faktanya, ia kemari untuk menenangkan dirinya.

"Oh... Gam, lo ngga mau ngomong sesuatu sama Diyna?" tegur Satya sambil sedikit menoleh kebelakang.

"Ga. Cepet jalan." Gama hanya membalas dingin pertanyaan Satya, dan memalingkan wajahnya kearah lain, apapun itu, selain menatap Diyna.

"You should be able to say hello a little bit, man,"

"Ga perlu."

"Dasar gengsian," ledek Satya lalu menyalakan kembali mesin motornya, dan berpamitan dengan Diyna.

Belum sempat Satya mengegas motornya, petir mulai terdengar dan langit semakin mendung.

SERRT! JEDDERR!

Diyna langsung menutup kedua telinganya dengan kedua tangannya, ia menatap langit yang seakan terbelah karena kilatan petir.

Beruntungnya, hujan belum turun terlalu deras, dan membuat Gama terus mendesak Satya agar ia cepat menjalankan motornya.

EARPHONE 1&2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang