Gimana hari ini? Good or bad?
Aku harap Good ya semuaa😙Masih mau baca cerita inikan?okay lanjut yaa sebelumnya absen duluuu~
Umur kalian berapa nihh?
Komen yaa, loaf youu❤Happy Reading 🦋🌿
"Urus korban lo gih. Gw males kebawa bawa."
¤¤¤¤ ■ ¤¤¤¤
Semua orang terdiam sekaligus bertanya tanya saat Diyna membuka suara dan melontarkan ucapan itu, histeris? Kenapa Riri harus histeris? Apa semenakutkan itu hanya sekedar dicubit oleh gadis itu? Apa sampai mati? Atau bahkan lumpuh? Separah itu?benarkah?!. Pertanyaan itu berputar dikepala Riri yang sedang mengadu nasibnya.
"Gimana? Tapi gw kasian sama lo,"
"A-apa maksud lo hah?!" sentak Riri sedikit berani.
"Hm? Pake kata kak coba biar enak didengernya. Bukan gila hormat tapi nih telinga kadang sakit kalo denger dekel belagu yang ga manggil senior dengan embel embel kak! Dan seengaknya lo tau arti sopan santun!" ujar Diyna sambil menekan setiap kata 'kak' dikalimatnya.
Riri tidak menjawab ia malah menundukan kepalanya dan sesuatu terjatuh dari atas kepalanya menuju lantai yang tepat ditatap oleh Riri.
"Aaaaa cicak!" pekik semua orang histeris dan mulai menjauh.
Sedangkan Riri yang berada dekat dengan hewan itu tiba tiba badannya membeku tapi tak lama ia langsung berteriak histeris dan menjauhi hewan itu yang sudah pergi merayap didinding meninggalkan kehebohan disana.
"Aaaaah iuwhh!" Gw pekik Riri histeris sambil mengacak rambutnya yang sempat disinggahi cicak sambil terus bergidik jijik.
Kedua temannya bukannya membantunya malah menjauhi Riri dengan gidikan jijik, sedangkan Diyna yang malah tidak bergerak sedikitpun dan hanya bersidekap dada sambil menatap tanpa ekpresi kejadian heboh itu. Ia sedikit geli dengan hewan itu tapi untungnya cicak itu langsung pergi kembali merayap didinding.
"Makannya jangan nempel terus didinding sambil gosipin orang, cicak juga mau lewat kali," sindir Diyna santai dan menatap Riri tanpa ekspresi sambil memasukan kedua tangannya disaku jaket almamaternya.
Diyna mendekat kearah Riri lalu menghela nafas berat, ia membantu Riri mengacak rambutnya lalu tersenyum tipis, "Lain kali bilang langsung sama orangnya kalo ada unek unek. Gw engga kenal lo dan lo udah tau gw. So? Kenapa engga datengin gw aja dan bilang kaya tadi didepan gw langsung hm?" ujar Diyna dengan serius lalu melunturkan kembali senyumnya dan beranjak melewati Riri setelah menepuk pundak gadis itu dua kali tanpa memandangnya.
Diyna melangkah sambil memasukan kembali kedua tangannya kedalam saku almamaternya, tapi baru beberapa langkah ia berjalan tiba tiba ada yang memanggilnya dengan suara yang sangat familiar ditelinganya.
"Diyna!" panggil Gama saat berhasil menembus kerumunan itu dan menatap Diyna dengan tatapan yang sulit diartikan, sedangkan semua orang yang ada disana juga menatap bingung kearah Gama.
Keduanya sekarang menjadi pusat perhatian kelas 10, Diyna berbalik dan menatap bingung cowok itu, penampilan yang sedikit berantakan dan nafas yang terengah enggah entah apa yang terjadi tapi Diyna bisa melihat tatapan cowok itu yang terlihat khawatir. Diyna mengangkat alis sebelah kirinya memberi kode kenapa dan dengan kedua tangan yang masih didalam saku almamaternya.
KAMU SEDANG MEMBACA
EARPHONE 1&2
Novela Juvenil"Bluetooth aja bisa nyambung, masa perasaan kita engga?" - Argama Kennanda. "Kalo lo samain gw sama Bluetooth anggep aja nama lo udah terdaftar diperangkat gw. Tapi gw engga ada minat buat sambungin itu. Sama sekali nggak!" - Gradiyna Alexa Hernama...