÷! Kerumitan. ¡÷
⁰⁰
^*^
Beberapa menit setelah Diyna sampai di rumah Keanu, dan Diyna langsung tidur di kamar Keanu. Gadis itu sangat lelah setelah seharian bermain, dan malamnya ia menangis sampai kelelahan.
Keanu duduk disebelah gadis itu sambil mengusap rambut lembutnya, sedangkan Diyna tidur sambil memeluk pinggang Keanu.
Drrt... drrt...
Tak lama, terdengar suara getaran dari ponsel Keanu yang diletakan diatas meja, cowok itu mengambil dan melihat Sandrina menelfonnya, kemudia ia segera mengangkat pangilan itu dengan tenang.
"Halo tant."
"Diyna bareng kamu ngga? Dia ngga ada dirumah, ngga pamitan juga perginya, tante jadi khawatir," terdengar nada khawatir Sandrina di sebrang sana.
"Diyna aman, sama aku tant, kita lagi kerjain tugas kelompok buat besok, tapi kayanya bakal nginep disini," ujar Keanu dengan suara sedikit lebih pelan agar tidak membangunkan Diyna.
"Oh... okay, tante minta kamu jangan macem-macem ya, mau gimanapun kamu dan Diyna udah besar, engga seperti waktu kecil dulu," Ingat Sandrina, wanita itu mencoba agar Keanu dan Diyna memberi batasan untuk hubungan mereka.
"Aman tante," Keanu tersenyum sinis, 'setidaknya gw lebih tau batas dari pada kalian! sekalinya pulang malah bikin anaknya nangis!' lanjutnya didalam batin.
"Yasudah, jagain Diyna ya,"
"Ya tant."
Sandrina langsung mematikan panggilan setelah itu, Keanu melempar ponselnya kebawah kakinya, ia merasa kesal dengan Gara dan Sandrina setelah Diyna menceritakan semuanya padanya.
"Nu, gw harus gimana?" Diyna terbangun, gadis itu menyembunyikan wajahnya dengan bantal, ia tidak mau Keanu melihatnya menangis.
"Mau lo gimana? Ikutin kata hati lo," Keanu membuka bantal yang menutupi wajah Diyna dan menghapus air mata gadis itu.
"Gw ngga tau...! Gw ngga mau pergi, tapi gimana nasib orang tua gw nanti kalo mereka kena masalah disana Nu?" Kali ini Diyna menutup wajahnya dengan kedua tangannya sambil menggelengkan kepala dan tangisan yang terus menjadi.
"Hei... calm down! Tenangin pikiran lo, udah bener lo tidur aja dulu, besok lanjut mikir dan ambil keputusan!" Keanu menarik lembut kedua tangan Diyna, ia menyingkirkan rambut Diyna yang menutupi wajah gadis itu, dan mengusap air matanya.
Diyna memutup mulutnya, pikirannya berkecambuk, air matanya terus mengalir deras, ia ingin merasakan kasih sayang orang tuanya, tapi ia menyesalinya karena mereka hanya memberikan kasih sayang itu hanya sesaat.
Ia merasa ditipu oleh keluarganya sendiri, untuk apa membuatnya bahagia jika hanya ingin menghancurkan hidupnya.
Diyna menggapai tangan Keanu, dan ia menggenggam tangan itu, kepalanya terasa sangat sakit, matanya perih, ia tidak sanggup untuk menangis lagi, nafasnya mulai tersendat.
"Tenang Diy..., kalo lo ngga mau lo bisa nolak," ujar Keanu, dan sedikit membuat Diyna tenang, Keanu betul, ia bisa menolaknya, besok ia akan mendengar penjelasan Gara dan Sandrina terlebih dulu.
Mata Diyna kembali memberat, rasa tenang yang Keanu berikan saat membelai rambutnya membuat ia kembali menutup matanya, nafasnya mulai teratur, gadis itu tertidur lelap setelah mengetahui fakta kedua orang tuanya.
***
Keesokan paginya, Diyna kembali ke rumahnya untuk mengambil seragamnya, sedangkan Keanu sedang mandi, Dira, Jerly, dan juga Tomy masih di villa.
KAMU SEDANG MEMBACA
EARPHONE 1&2
Ficção Adolescente"Bluetooth aja bisa nyambung, masa perasaan kita engga?" - Argama Kennanda. "Kalo lo samain gw sama Bluetooth anggep aja nama lo udah terdaftar diperangkat gw. Tapi gw engga ada minat buat sambungin itu. Sama sekali nggak!" - Gradiyna Alexa Hernama...