÷! Kedekatan. ¡÷
⁰⁰
^*^
"Mah, pah, Diyna berangkat ya," pamit Diyna menghampiri Gara dan Sandrina di ruang makan, bersama bibi yang sedang menyiapkan roti bakar di atas piring.
"Eh sayang, sarapan dulu sini..." tawar Sandrina.
"Diyna ngga biasa sarapan mah..." ujarnya lalu segera menyalami tangan Gara dan Sandrina, "Duluan ya mah, pah, buru-buru udah di tunggu Keanu." dengan segera Diyna berlari kecil keluar rumahnya, dan langsung berangkat bersama dengan motor Keanu.
"Belum sempet papah ngomong, udah berangkat aja," celetuk Gara setelah mengigit rotinya.
"Mungkin buru-buru tuan, udah jam 7 soalnya, 30 menit lagi masuk, belum lagi macet di jalannya tuan," ujar bibi mencoba mengerti keadaan Diyna.
"Iya, lagian, semalem juga kita begadang...," imbuh Sandrina, dan membuat Gara mengangguk mengerti.
"Bi... emang Diyna ngga biasa sarapan ya?" tanya Gara.
"Iya tuan... tapi non Diyna biasa makan di kantin waktu istirahat, non juga ngga pernah bawa bekal," jawab bu Yana setelah selesai menuangkan susu di gelas Sandrina.
"Bibi tau ngga, biasanya kalo di kantin Diyna pesen apa aja? Pernah cerita engga?" Sandrina menimpali.
"Bukan cerita si nyonya, cuman pas bibi tanya non udah makan atau belum, non jawabnya 'udah bi, makan siomay tadi,' gitu katanya, soalnya makanan kesukaan non akhir-akhir ini tuh siomay nyonya," jelas bibi.
"Oh... gitu ya, makasih ya bi," jawab Sandrina.
"Iya nyonya, bibi kebelakang dulu mau nyuci, selamat menikmati ya tuan, nyonya, mari...," pamit bibi dan dibalas anggukan oleh Sandrina yang menganggukan kepalanya.
Gara melihat ponselnya, ia mengecek email singkat dari seseorang. Setelah beberapa saat ia membacanya, ia membuka mulutnya, "Sany, kita ngga bisa terlalu lama disini, 1 minggu lagi kita harus pergi, dan selesaiin masalah di London." jelas Gara, dengan terselip nada cemas.
"Mereka... email kamu lagi?" tanyanya memastikan.
"Iya, sudah dua kali, dengan isi email yang sama, 'waktumu menipis', mereka seperti terus memantau kita." tukasnya sambil mematikan ponselnya, seakan ia tidak mau melihatnya lagi.
"Kamu yakin? Kalo waktu kita masih satu minggu lagi? Aku tau, mereka tidak sesabar itu," ungkap Sandrina yang juga turut merasa khawatir.
"Entahlah... kita juga harus jadi lebih dekat dengan Gradiyna, purti kita...,"
Sandrina terdiam sejenak, ia teringat sesuatu, "Kita ajak Diyna jalan-jalan yuk, family time, kita juga harus buat putri kita bahagia kan?"
"Boleh juga, kita ke dufan gimana? Weekend ini?"
"Boleh... aku pesen tiket di online aja ya," ujarnya dan langsung mengambil ponselnya dengan semangat.
Tanpa sadar bahwa itu adalah kebahagiaan mereka yang akan membuat hati Diyna berubah.
*
KAMU SEDANG MEMBACA
EARPHONE 1&2
Teen Fiction"Bluetooth aja bisa nyambung, masa perasaan kita engga?" - Argama Kennanda. "Kalo lo samain gw sama Bluetooth anggep aja nama lo udah terdaftar diperangkat gw. Tapi gw engga ada minat buat sambungin itu. Sama sekali nggak!" - Gradiyna Alexa Hernama...