⁰⁰~09 < seas ² > ¿•?

116 18 0
                                    

÷! Penasaran ¡÷

⁰⁰

^*^

Kembali ke posisi Diyna, gadis itu memperhatikan sekeliling dengan asal dan mencoba mencari alasan karena ia gugup, "Gw c-cuman lewat kok!".

"Masa? Lewat doang kenapa ngintai rumah gw? Pergi sana." Nada dingin Gama menyadar kan Diyna akan banyak hal.

Cowok itu memang benar berubah, bahkan dari ekpresi, nada, dan tingkah lakunya. Diyna benci mengakuinya, tapi hatinya sakit saat sadar perubahan Gama padanya.

"Ck apaan sih! Orang gw cuman lewat! Terus ngeliat layangan di atas rumah lo tuh! Geer banget!"

Memang kenyataanya ada layangan di atas rumah Gama, lebih tepatnya di belakang rumah Gama ada anak-anak yang sedang bermain layangan.

"Alasan." cuek Gama tak perduli dengan omongan Diyna.

"Ngeselin banget si lo!" Diyna yang sudah sangat kesal akhirnya berusaha berdiri sambil bertumpu pada pohon di sebelahnya.

"Mau pergi gw! Najis gw lewat rumah lo lagi!" sewotnya karena tak suka dengan nada bicara Gama.

"Dih ya pergi aja." acuh Gama, ia masih merasa aneh pada hatinya sejak Diyna dan Yunda menjadi dekat.

"Ya sabar! Kaki gw sakit bego!" Diyna berjalan dengan tertatih-tatih, pergelangan kaki kanannya sungguh sakit pasca terkilir tadi, "ngeselin banget! Koma lagi aja sana!" gerutunya.

Gama mengerutkan keningnya, "kenapa?" tanya Gama penasaran.

"Hah?" Diyna menghentikan langkahnya, dan membalikan pandangannya menatap Gama yang juga menatapnya. Ralat, kakinya.

"Masuk." Gama menunjuk rumahnya dengan dagunya.

"Apa?"

Gama terdiam sebentar, lalu ia masuk kedalam rumahnya, tanpa mengatakan apapun lagi.

"Apasih! Gila kali ya! Ih sebel banget gw sama dia! Gw sumpahin lo sehat terus! Awas aja lo!" hardiknya.

Diyna berjalan kembali dengan perlahan, karena ia merasa kakinya sedikit bengkak.

"Ah elah apes banget si! Tau gini gausah gw kesini repot-repot buat mastiin perasaan Gama! Dianya juga acuh tuh! Aah tau ah sakit!"

Dan tak lama Diyna berjalan, ada seseorang yang memanggilnya dari rumah Gama, "Neng! Tunggu!" wanita paruh baya itu menghampiri Diyna.

"Ayo masuk, obatin lukanya dulu ya neng," wanita itu membantu Diyna dengan memegang tangan dan bahu Diyna.

"Tapi... Gama tadi ngusir saya bi," faktanya memang begitu bagi Diyna.

"Engga... tadi den Gama bilang suruh panggil neng Diyna masuk terus obatin lukanya,"

"Hah? Bener? Gajelas dia bi... bibi salah denger kali," perkataan bi Yana membuat jantung Diyna berdebar sedikit kencang, lantaran rumah itu adalah hal yang Diyna coba jauhi, karena gengsinya tidak mau menjenguk Gama.

"Bener neng... ayo...," bi Yana membantu Diyna berjalan, dan Diyna terus mencoba menormalkan debaran jantungnya, yang entah kenapa berdebar sangat cepat.

EARPHONE 1&2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang