81

684 20 6
                                    

Pukul 4 pagi

Seperti janjinya mereka ke bangunan belakang Pasar, Dilla dengan di bantu Jordan menaruh tas berisikan uang itu ke dalam Tong sampah dengan secarik kertas yang tertulis alamat rumah Dilla.

"Kita tungguin."

"Jo apa nggak sebaiknya kita pergi?"

"Kalo kita pergi kita nggak tahu siapa penculik itu."

"Tapi Jo kalo kita tetap di sini, pasti mereka nggak akan berani buat ambil uangnya. " perkataan Dilla benar, "Lebih baik kita pulang, aku takut kalo di tetap di sini Aida kenapa-napa? "

Jordan menyentuh kedua bahu Dilla, "Baiklah kalo itu mau kamu kita pulang?" Ajak Jordan membantu Dilla menuju Pajeronya.

Suara mobil itu menghilang dari kejauhan, sebuah sosok berpakaian hitam keluar. Senyum bahagia secerah mentari yang bersinar terang.

"Akhirnya Akhirnya aku jadi kaya raya?" Ujar wanita itu, ia harus segera pergi sebelum ada yang melihatnya.

"Setelah ini aku harus pergi keluar Kota kalau bisa sekalian Luar Negeri, wahahahhahaha..."

Tidak tahu saja wanita itu, malaikat manut telah menunggunya di rumah. Dengan cepat ia ambil dan pergi dari tempat tersebut, di dalam mobil ia melihat anak kecil itu masih tertidur.

"Kamu memang anak pembawa keberuntungan. " ujarnya, ia berpikir. Jika dia melakukan hal ini lagi pasti ia akan mendapatkan lebih banyak lagi. "Ternyata orangtuamu kaya juga ya tapi aku nggak bisa tahan kamu terus menerus, karena kamu berisik. Bisa-bisa bukan dapat uang malah masuk penjara." Kata wanita itu, ia melihat secarik kertas.

Alamat rumah Dilla, "Hm... karena aku orangnya baik akan aku kirim kamu ke tempat orangtua mu." Kata wanita itu menyentuh pipi anak kecil yang tertidur lelap.

***

Keranjang bayi di taruh di depan rumah besar dan mewah itu, dengan langkah mundur ia berbalik dan lari pergi.

Ting!

"Ada apa Nak?" Tanya Bunda yang duduk di sebelah Dilla.

"Bun, Dilla dapet SMS bun."

"Buka cepat Buka." Perintah Ayah.

From: 089175400110

Priksa depan rumah.

"Apa katanya?"

"Priksa priksa Dilla harus priksa depan rumah Bun Yah, Dilla..."

"Nak tenang Nak kita priksa bersama-sama ya?" Kata Bunda.

Kedua orangtua Dilla membantu anak gadisnya keluar rumah, Jordan yang baru selesai sholat Subuh bersama Arga menyusul.

"Ada apa Bun?"

"Penculik itu kirim pesan."

"Pesan?"

"Iya katanya kita di suruh priksa?"

"Priksa gerbang." Ujar Dilla.

Gadis itu benar-benar rapuh, di sentuh sedikit kapan saja bisa hancur.

Tangisan itu terdengar, Dilla kenal suara tangisan itu. "Itu su... suara Aida Bun, itu Aida..." tertatih-tatih Dilla berjalan, merasa jalannya terhambat gadis itu melepaskan pegangan Ayah dan Bundanya.

"Nak pegangan Bunda."

"Nggak bisa Bun, Dilla harus cepat Dilla takut..." dengan susah payak Dilla lepas dari pegangan orangtuanya.

"DILLA!"

Hampir saja gadis itu tersungkur, "AIDA AIDA ANAK MAMA!" Teriak Dilla di balik pagar.

"BUKA BUKA PINTUNYA KAK ARGA JORDAN AYAH!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 14, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sweet Seventeen, from PoliceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang