59

8.2K 268 9
                                    

Arga melepas stetoskop, setelah memeriksa Dilla yang cemberut menatap keponakan nakalnya. Pintu kamar rawat Dilla terbuka, berdiri Adam dengan wajah khawatir nya.

"Gimana, mas? Istri aku nggak kenapa-napa kan? " tanya Adam menatap Arga dengan penuh tanya, gadis kecil yang duduk di samping Dilla langsung mengulurkan tangannya.

"Oom Dam, endong! " merajut, Dilla yang udah cemberut tambah cemberut.

"Nggak boleh di gendong, udah gede nggak malu apa? " ucap Dilla yang langsung menarik tangan Adam.

Pria itu jadi bingung karena tangannya juga di tarik oleh keponakan kecilnya, "Baby, nanti dulu ya? " ujar Adam, giliran Hera yang cemberut. Ke cemberutan gadis kecil itu sangat menggemaskan, membuat Adam tergoda beralih kepada Hera.

Tangan Dilla mempererat pegangannya, "kalo Abang ke Hera, nanti malam tidur sendiri. " ancam Dilla membuat Adam pasrah.

"Iya, enggak kok. Abang nggak gendong Hera. " jawab Adam mengusap kepala Dilla.

Arga langsung mengambil Hera ke pelukannya, "Jangan ganggu Oom dan Tante ya? " bujuk Arga, si kecil hanya diam menatap Dilla dengan permusuhan, Dilla pun tak mau kalah.

Melihat keduanya saling melempar tatapan permusuhan, Adam langsung memeluk Dilla agar tidak melihat Hera. Menepuk-nepuk kepala istrinya, "jadi gimana Mas, Dilla nggak kenapa-napa kan? " tanya Adam mengalih perhatian yang ada di ruangan.

"Dilla, nggak apa-apa. " jawab Arga.

Yang di periksa menoleh, "Mas Arga yakin? " tanya Dilla menatap Arga dengan ekspresi menderita.

"Menurut Mas kamu secara fisik baik-baik saja. " Jawab Arga mengusap kepala Dilla seperti biasanya tapi di tepis oleh Hera.

Kali ini Dilla cuek saja, "Masa Menstruasi kamu apa akhir-akhir ini lancar? " tanya Arga. Dilla dan Adam saling berpandangan.

"Memangnya kenapa Mas, kok tanya masa datang bulan ku? " tanya balik Dilla, Arga tersenyum mencubit pipi Dilla yang kini giliran Adam yang merasakan cemburu.

"Gimana kalo kita tes urine? " usul Arga, lagi-lagi pasutri itu saling pandang.

"Tes urine? " Adam dan Dilla terheran-heran mendengar usul Arga, pria yang menggendong Putri semata wayangnya mengangguk.

"Iya, kebetulan Mas punya kenalan Dokter  di bagian Spesialis Ginekologi. Mungkin setelah ini kalian bisa menemui dia. " kata Arga.

"Maksud mas Arga? " Saudara Dilla itu mengangguk mengiyakan, "Apa jangan-jangan kamu..." kalimat Adam terputus karena cubitan Dilla.

"DIEM, BAWEL. " omel Dilla.

***

"Muka lo kenapa Bang? " tanya Yusuf yang berdiri di samping Adam, cowok itu baru saja datang bersama Mama mereka dan sekarang Sang Mama sedang menemui menantu perempuannya yang berada di kamar rawat.

Memang bukan sakit yang serius tapi tubuh Dilla membutuhkan kan asupan energi dan nutrisi, apa lagi seharian ini gadis itu banyak mengeluarkan isi perut nya dan susah makan. Membuat sang Bunda meminta Dilla di berikan infus untuk membantu Dilla.

"Dek... " Adam mencengkeram bahu Yusuf, membuat cowok itu meringis kesakitan.

"Heeeh... Bang, lepas napa, sakit. "

"Nggak, lo harus tahu Dek. "

"Iya, tahu apa? "

"Bentar lagi gue... Gue... " mengguncang tubuh Yusuf.

"I iya lo naapa? "

"Sebentar lagi gue bakal jadi Ayah! " seru Adam penuh kebahagiaan, pria itu melepas bahu Yusuf.

Sweet Seventeen, from PoliceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang