33

9.5K 315 4
                                    

"Kalo tahu gini gue nggak usah pulang." ujar Dilla ketika duduk bersama Una disalah satu hiburan yang ada Mall.

Una meletakan ponselnya, "jangan gitu, emang lo nggak kangen sama kita-kita." kata Una menunjuk dirinya dan ketiga teman mereka yang asyik bermain Bowling, tidak begitu menghiraukan Dilla dan Una di pinggir yang menikmati Snak yang mereka bawa sewaktu jalan melewati toko roti.

"Ya kangen lah." ujar Dilla mulai merajut, menggelayuti lengan Una seperti anak yang baru ketemu sama induknya setelah sekian lama.

seorang gadis berjalan menghampiri meja mereka dengan tampang kusut, "Gantian" ujar Viona yang mengambil duduk disamping Una dan bersandar disalah satu bahu gadis itu.

"Hei, hei... kalian berdua malah enak-enakan disini, ayo, sana main." teriak Dewi yang berdiri di samping Ambar yang bersiap melempar bola.

Dilla berjalan menghampiri ke dua sahabatnya itu, "Sini gue mau coba." kata Dilla meminta bola ke Dewi, ia bersiap-siap melempar ketika sebuah tawa terdengar dari samping mereka. tiga sampai empat cowok menertawakan sikap Dilla, gadis itu hanya melirik dan melemparkan bola Bowling tersebut ke arah para Pin yang berdiri tegak seakan tidak ada yang bisa menjatuh kan mereka. dengan matanya yang tajam, Dilla mengayunkan tangannya ke sana.

"Strike!" teriak Dewi menoleh ke arah cowok-cowok itu yang menatap dengan mulut terbuka, melihat permainan Dilla yang begitu memukai karena cuma dalam sekali lempar gadis itu langsung bisa menjatuhkan semua Pin tanpa sisa.

"Gila keren Dil, lo belajar dari mana?" tanya Ambar.

gadis itu tersenyum mendengar pujian atau sindiran dari sahabatnya itu, "Ya dong, gue kan tiap hari main ke Bowlingi Cafe." ujar Dilla membanggakan diri, siapa sih yang nggak tahu tentang Bowlingi Cafe yang berada di sekitar daerah kampus Dilla.

sebenarnya Dilla hanya sekali dua kali dalam sebulan pergi ke Bowlingi Cafe cuma buat nemenin Yuita yang nungguin Asna selesai kerja dan Dilla juga tidak kalah menyempatkan nonton para pemuda pemudi disana main dengan tingkat keahlian mereka, sampai membuat Dilla pernah mencoba tapi gagal dia terus mencoba saat waktu jam istirahat tiba.

***

Adam berbaring di Kamar Apartemennya, ia merasakan tubuhnya terasa sakit setelah minum-minum bersama Natsume dan Yamada kemarin malam, dan hal itu dapat sedikit membuat Adam melupakan sedikit masalahnya. tapi mau bagaimana pun ia masih ingat bagaimana tatapan Dilla kepadanya, dia hanya diam dan memberi waktu gadis itu untuk tenang dan memikirkan semua, jika ia maju sekarang pada akhirnya nasipnya akan sama seperti yang dulu. pada akhirnya mereka akan benar-benar bertengkar satu dengan yang lain, dan Adam tidak ingin hal itu terjadi lagi, biarlah Adam diam disini, di kamar Apartemennya.

suara dering telepon terdengar yang diiringin dengan suara bell pintu, Adam bingung ia harus bergerak mana dulu. laki-laki itu memutuskan ponselnya, ketika membaca nama yang tertera disana, Adam menarik salah satu ujung bibirnya ke atas dan menutup telepon.

sebelum Adam membuka pintu, ia melihat dulu siapa tahu yang datang siang-siang ke Apartemennya tengah bolong begini. senyum Adam melengkung ke bawah ketika tahu siapa yang datang berkunjung ke tempatnya, siapa lagi kalo bukan Linzy. wanita perusak hubungan orang.

***

Seorang cowok berjalan menghampiri Dilla yang berdiri di mesin minuman sendirian, cowok itu berdiri disamping Dilla mencodongkan tubuhnya sedikit kedepan untuk melihat wajah cantik gadis itu. Dilla yang merasa diperhatikan tidak begitu terganggu, ia malah berdiri diam sambil menunggu minumannya keluar.

"Di maklumi saja, mesin minuman disini memang sudah tua." kata cowok itu.

Melirik ke arah cowok itu tidak suka, ketika minuman Dilla keluar segera gadis itu mengambil dan menunjukan cincin pertunangan ke arah cowok itu yang langsung ciut. melihat tanda ikatan disana. tanpa banyak tanya cowok itu langsung berpaling dan menekan tombol minuman kaleng yang mau dia minum.

Sweet Seventeen, from PoliceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang