09

18.7K 577 3
                                    

menatap dirinya yang berada dicermin, Dilla harus memperjelas hubungannya dengan Tyo sekarang. ia tidak bisa seperti ini terus ia harus mengambil keputusan yang tepat, sudah semalaman ia memikirkan keputusan yang harus diambil dan Dilla sudah mantap dengan pilihannya. ia juga tidak bisa berlama-lama mempertahankan hubungan yang memang sudah tidak bisa dipertahankan apa lagi hubungan yang dilandasi oleh kesalahan.

kesalahan Dilla yang dulu meminta Tyo untuk menjadi pacarnya hanya untuk melupakan perasaannya yang bertepuk sebelah tangan kepada Kakak kelas, Dilla meraih Tasnya dan berjalan keluar kamar.

di meja makan, Dilla menangkap sosok lain disana. Adam duduk dimeja makan bersama anggota keluarga yang lain, ia memilih duduk di dekat Arga.

"Pagi."

"Hm."

Dilla mengambil satu atau dua roti tawar yang berada di tengah-tengah meja, "Dik, Adam ambilin juga tuh," perintah Bunda.

dengan dua roti di tangan Dilla melirik Adam yang masih mengobrol dengan Haris, "Kak Haris aja yang deket." jawab Dilla mengambil selai coklat.

"Nggak usah tante, Adam. bisa ambil sendiri." jawab Adam.

kemarin sore setelah Dilla turun dari mobil, ia nggak habis pikir dengan jawaban Adam. padahal ia sudah bilang kalo Dilla nggak pantas buat laki-laki seperti Adam, tapi... ah sudahlah, Dilla pusing mikirin kejadian beberapa hari ini.

"Hm, ngomong-ngomong setelah makan malam kado buat Dilla belum Ayah dan Bunda kasih tuh!" ujar Haris.

semua menatap ke arahnya yang mengingatkan mereka semua tentang Kado ulang tahun Dilla yang sudah lewat seminggu, Ayah sampai terbatuk-batuk.

"Oh, itu. kado ulang tahun kan perjodohan Dilla dan Adam." jawab Bunda santai membuat Haris tersedak, mendengar jawaban Bunda. Dilla yang tadi berniat memasukan roti ke dalam mulutnya batal, gadis itu berdiri.

"Dilla menolak perjodohan ini." jawab Dilla lantang.

Bunda dan seluruh yang ada disana terpaku, "Dilla."

"Dilla, menolak, Bun." jawab Dilla.

Haris ikut berdiri, "Haris juga menolak."

"Haris, Dilla kalian apa-apaan, sih, nak?" tanya Bunda kaget dengan penolakan ke dua anaknya, Bunda menatap Adam yang terlihat tenang.

"Pokoknya Dilla menolak, Dilla masih sekolah Bun, Dilla belum siap dengan perjodohan ini." kata Dilla, kepala Dilla menoleh ke arah Adam yang juga yang menatapnya.

Haris mengangguk, "Haris juga setuju, ini terlalu cepat, Bun. Dilla baru 17 tahun, dan apa-apaan ini perjodohan." matanya menatap Adam yang duduk disampingnya. "Dan lo kenapa lo diem aja?"

"Gue nggak perlu ngomong, Ris. gue cuma orang asing disini." apa yang dikatakan Adam benar dirinya memang orang asing belum menjadi anggota keluarga, dan dirinya tidak boleh ikut campur urusan keluarga mereka.

"Pokoknya Dilla menolak titik." ucap Dilla yang langsung pergi.

"Dilla," Bunda masing memanggil-manggil nama Dilla, Haris yang tadi akan mengejar dicegah Adam.

"Biar saya yang mengejar Dilla."

"Tapi..."

"Lo percayakan sama gue, gue disini nggak bakal maksa dia kok." jawab Adam berpamitan dengan Ayah dan Bunda sekaligus Arga, Kakak tertua Dilla hanya diam mendengarkan pertikean Dilla dan Anggota keluarga lainnya.

***

mobil yang dinaiki Adam mengikuti Dilla dari samping, kaca pintu terbuka laki-laki itu memanggil-manggil Dilla.

Sweet Seventeen, from PoliceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang