35

10.1K 287 5
                                    

cahaya remang-remang menghiasi ruangan tersebut, Dilla duduk manis bersama Tya di salah satu meja yang berada di sudut ruangan. seorang cowok berjalan dengan ke dua tangan penuh dengan botol minuman, suara musik memenuhi isi ruangan tersebut. orang-orang menarik-menarik di lantai dansa, Dilla hanya bisa melihat tanpa harus ikut bergabung, ia sedang tidak ingin berdansa walau Bagus selalu mengajaknya turun ke lantai dansa.

menggeleng, ia menyesap Orange Jus pesanannya. "Ayolah!" ajak Bagus mengulurkan tangannya kepada Dilla, gadis itu hanya menatap acuh ke arah tangan cowok itu. sebuah tangan menerima uluran Bagus, Maya tersenyum.

"Klo Dilla nggak mau sama gue aja?" kata  Maya berdiri dan menarik Bagus ke lantai dansa, wajah cowok itu terlihat kecewa tapi mau bagaimana lagi.

Tya pergi meninggalkan Dilla sendiri, "Gue ke Toilet dulu ya?" kata Tya.

Dilla mengangguk, sekarang tinggal dirinya yang sendirian di meja. menonton orang-orang menari-nari, seorang cowok berjalan menghampiri Dilla setelah selesai mencari angin segar. cowok itu duduk di salah satu sofa yang ada, diam-diam melirik Dilla yang menikmati musik yang keras.

"Yang lain kemana?" tanya cowok itu.

membuat Dilla terkejut, matanya membulat melihat orang yang bertanya kepadanya. "Eeh, itu..." seorang cowok lain menghampiri mereka bersama seorang gadis disampingnya.

***

Adam merapikan meja kerjanya, sebuah photo jatuh dari tumpukan buku-buku lama yang berada di dalam laci. di pungutnya photo tersebut, senyumnya merekah melihat photo siapa yang di tangannya.

seorang gadis dengan seragam putih biru dikucir ekor kuda tengah berdiri dipinggir jalan bersama teman-temannya yang lain, menyebrang jalan. Adam masih ingat bagaimana cara dirinya mendapatkan photo tersebut, dan hal itu tidak akan pernah ia lupakan. pintu ruangan terbuka seorang pria masuk ke dalam dan duduk di  sofa yang ada diruangan tersebut.

"Saya sudah dengar." kata pria tersebut.

Adam menghentikan kegiatannya memasukan kertas-kertas bekas ke dalam kerdus, "Dan saya harap untuk kedepannya lebih baik dari hari ini." kata Atasan Adam, pria itu langsung meninggalkan ruangan Adam setelah mengatakan hal tersebut.

laki-laki itu tersenyum dan menegakan tubuhnya, Atasan Adam berdiri, laki-laki itu memberi hormat kepada pria tersebut sebelum meninggalkan ruangan.

***

Bunda duduk di hadapan Dilla matanya menatap putri sematawayangnya lekat-lekat membuat Dilla tidak nyaman dengan tatapan Bundanya, ia melirik ke arah lain. melihat Yoga tersenyum dan mengobrol dengan seorang penjaga kasir, yang terkesan tengah menggoda gadis tersebut. jengkel dengan tatapan Bunda, akhirnya gadis itu bobol pertahannya.

"Bunda, kenapa?" tanya Dilla.

wanita itu mengembalikan tatapannya seperti biasa, ia mulai menyusun kata untuk mengatakan niatnya menemui anak perempuannya. "Kamu dan Adam harus segera menikah." perkataan Bunda membuat Dilla tiba-tiba tersedak dan dadanya terasa sesak mendengar apa yang di utarakan Bunda.

"Hah, Bunda."

tangan Dilla langsung di genggam oleh Bunda, wanita itu menatap Dilla dalam dan penuh kasih sayang. ketika melihat tatapan Bunda yang seperti itu sebagai anak Dilla tidak bisa menolak, tapi ini terlalu terkesan mendadak.

"Bun,"

"Bunda, tahu kamu masih ingin kuliah dan menikmati masa muda kamu. tapi kamu juga harus memikirkan Adam, laki-laki seperti Adam sudah cukup untuk menikah. kamu nggak mau kan melihat Adam bersama perempuan lain, apa lagi Bunda dengar ada teman sekantor Adam yang suka sama laki-laki seperti dia."

Sweet Seventeen, from PoliceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang