40

12.2K 303 6
                                    

"Assalamu'alaikum."

pintu depan terbuka, Dilla masuk ke dalam yang disambut oleh Alysa. "Walaikum salaam," jawab Alysa yang menggendong Henna. "Baru nyampai kamu, Dik?" tanya Alysa menaruh Henna di sofa.

"Iya, Mbak. ngomong-ngomong, orang rumah pada kemana Mbak?" tanya Dilla melepas sepatunya, jalan mendekati keponakannya dan kakak iparnya.

"Bunda sama Ayah lagi pergi kondangan pernikahan anak temen Ayah." jawab Alysa, "Kalo Bang Arga dan Haris belum pulang kerja." imbuh Alysa.

Dilla mengangguk, "Ya udah, Mbak. Dilla ke kamar dulu ya?" kata Dilla yang dijawab dengan anggukan kepala oleh Alysa.

Di kamar, hal pertama yang dilakukan Dilla adalah melemparkan dirinya ke atas tempat tidur. tidak terasa Dilla terlelap dalam tidurnya, perjalanan pulang sangatlah melelahkan membuat Dilla kecapekan. suara panggilan masuk terdengar dari saku celananya, Dilla dengan malas mengambil benda yang menyuarakan panggilan, tanpa melihat terlebih dulu siapa yang menelponnya.

"Apa sih, nggak tahu apa klo gue baru nyampai rumah!" seru gadis itu.

"Hai... hai... woles aja dong! nggak usah teriak-teriak gitu." kata si penelpon. mata Dilla yang terpejam terbuka lebar, ia menjauhkan ponsel dari telinganya dan sebuah nama tertera disana.

"Hallo..."

kembali Dilla mendekatkan ponselnya ke telinga, "Elo, lo bisa tahu nomor gue dari mana?" tanya Dilla penasaran, karena seingat Dilla setelah Crisna menganterin dia, setelah itu tidak ada kontak apa pun setelahnya. Dilla cuma mengucapkan terima kasih dan lalu masuk ke dalam gang komplek perumahannya.

tawa itu terdengar menggelikan, "Lo tanya gue dapat dari mana nomor lo?" tanya Crisna, sama-sama Dilla mengangguk. "Jelas gampang buat gue dapat nomor telepon lo, salah satu contoh gue bisa minta nomor lo dari Staff TU atau Kemahasiswaan buat dapat nomor lo atau yang paling gampang gue tinggal ngancem salah satu temen kuliah lo buat ngasih nomor lo ke gue gampang kan."

Dilla hanya diam dengan mulut sedikit terbuka karena kaget, apa ia tidak salah dengan perkataan Crisna yang terakhir. Ngancem temen kuliah Dilla, sama saja bikin gosip baru. "Lo gila ya!" bentak Dilla sadar dari kekagetkannya.

lagi-lagi Crisna hanya tertawa, "Woles kali, lo tenang saja selesai liburan nggak bakal ada gosip apa pun tentang lo. kalo ada gue pastiin orang-orang yang berani bikin gosip itu akan kena akibatnya."

"Jangan aneh-aneh ya, gue baru saja selesai dengan kasus yang kemarin jangan jangan nambahi masalah gue lagi." kata Dilla.

disebrang telepon Crisna tersenyum miring, "Gue udah bilang, klo gue nggak bakal bikin hidup lo menderita. sebaliknya gue bakal ngelindungin lo." kata Crisna.

Dilla mendengus mendengar perkataan Crisna, "Terserah lo, tapi inget jangan bawa-bawa nama gue." ucap Dilla memutuskan sambungan telepon sepihak.

***

menerima kabar bahwa Dilla udah sampai rumah, membuat Adam bersemangat untuk menemui kekasihnya itu. ketika ia sampai pintu keluar, Adam dihadang oleh seseorang yang sangat ia kenal.

"Ris, gue mau lewat." kata Adam ke Haris yang berdiri memblok pintu keluar.

Haris hanya diam tidak menjawab Adam, masih berdiri menutupi pintu keluar. "Lo dilarang nemui Dilla malam ini." kata Haris membuat Adam menatap dengan tatapan bingung.

"Kenapa?"

tangan Haris terlipat di dada, "Intinya malam ini lo nggak bisa nemuin Dilla dulu," kata Haris melihat wajah Adam yang pongah membuat Haris jengkel. "Ayolah, masa lo nggak ngerti. Hari ini gue mau ngajak Dilla jalan, dan lo nggak bisa nemuin dia dulu." kata Haris.

Sweet Seventeen, from PoliceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang