25

13K 379 6
                                    

Mobil Adam berhenti di depan gerbang rumah Dilla, laki-laki itu menoleh ke arah Dilla yang ke susahan membuka seatbelt. Adam mendekat mencoba membantu Dilla melepaskan sabuk pengaman, kaget Dilla menmendorong tubuhnya ke belakang. laki-laki di depannya mendongak menatap wajah indah milik Dilla dan tersenyum.

"Udah." ucapnya.

kaku Dilla mengangguk, ia membuka pintu mobil. sebelum pintu mobil terbuka lebar, Adam menarik pintu itu kembali dan mendaratkan ciuman di pipi Dilla kilat, membuat wajah putih pucat itu menjadi merah muda.

Adam memundurkan wajahnya dari Dilla, dan membelai wajah gadis itu lembut. "Maaf, acara kita di undur dulu ya," kata Adam, Dilla mengangguk.

berdiri dipinggir jalan, kaca mobil masih terbuka dan memperlihatkan Adam yang tersenyum kepada Dilla terlihat wajah laki-laki yang sangat menyesal karena lagi-lagi harus membatalkan acara mereka yang sudah tiga hari ia rancang, Di pinggir jalan Dilla tersenyum memaklumi laki-laki itu dan melambaikan tangan untuk mengiringi Adam.

setelah cukup jauh mobil Adam pergi, Dilla berbalik dan masuk ke dalam rumah. ia sudah sangat merindukan tempat tidurnya, dan ingin segera menenggelamkan tubuhnya ke balik selimut.

***

END

.

.

.

.

Boong, Ding... masih lanjut...

.

.

.

bantingan Pintu terdengar keras, membuat seisi ruangan menatap ke datangan sosok yang baru saja datang. menatap wajah Adam yang terlihat tajam beberapa orang tidak ada yang berani bernafas atau pun bersuara, Najib yang biasa cerewet kini hanya diam menunduk. ia tahu telah merusak rencana Adam dengan Dilla, tapi mau bagaimana lagi ini urusan mendesak.

Adam menarik kursi yang masih kosong dan tidak bisa berhenti menatap bawahannya, pintu terbuka lagi menatap lurus ke depan tak kalah tajam dari Adam. Haris menatap bawahannya kesal, bagaimana tidak kelas. seharusnya hari ini ia bisa tidur dengan nyenyak di kamarnya tanpa ada gangguan, gara-gara telepon mendadak dari kantor membuat laki-laki itu bergegas datang tanpa memperdulikan penampilannya yang berantakan malah ada beberapa atribut yang tertinggal dan salah pasang. ketika melihat wajah orang-orang yang hampir tertawa, suasana hati Haris yang buruk bertambah buruk. dengan marah pintu yang di belakangnya ia banting dengan keras mengakibatkan beberapa orang terlonjak kaget dengan suara bantingan, Adam hanya menatap sambil menahan senyumanya melihat rekan-rekannya.

"makanya jangan pernah banguni macan yang lagi tidur." gumam Adam tidak terdengar yang lainnya.

***

"Jadi sekarang, Kak Adam lagi ke Kudus. Ngapain?" tanya Tya.

mereka dengan berkumpul disalah satu kafe, mencari wi-fi gratis dan membuka pengumuman kampus yang seminggu lalu mereka ikuti untuk ujian umum.

"Yupz" jawab Dilla tanpa mengalihkan matanya dari komper.

"Terus kalian mutusin buat nggak komunikasian dulu gitu?" Dilla mengangguk mengiyakan apa yang di katakan Tya, Naya dan Aisa hanya menjadi pendengar yang baik.

Dilla telah memutuskan untuk tidak menggangguk Adam selama laki-laki itu mengemban tugas, jadi Dilla dan Adam telah memutuskan untuk tidak saling menghubungi, agar Adam bisa mengerjakan tugasnya dengan baik dan lancar, agar bisa segera pulang.

"Dil, kalo ke Kudus pesen sama Adam buat beliin Soto kudus ya," kata Aisa.

mendengar omongan Aisa membuat ke tiganya terdiam, Tya yang sadar dan geregetan menonyol kepala Aisa. "Kupret lo, kalo di bawa ke sini udah basi kali Sa." sembur Tya, Aisa hanya mengusap-usap kepalanya.

Sweet Seventeen, from PoliceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang