47

9K 300 7
                                    

Adam datang menemui Dilla di salah satu butik langganan Mama, laki-laki itu masih memakai seragam dinasnya tanpa memperdulikan semua matanya yang menatap dirinya. dengan langkah lebar dan tegas, suara sepatunya terdengar dengan jarak tiga meter dari tempatnya berjalan.

dilain sisi, Dilla berjalan dengan Mama dengan Tas belanjaan mereka yang banyak. Dilla tersenyum menanggapi semua perkataan Mama Adam kepadanya, ia merasa telah menjadi bagian di keluarga Adam setelah pertunangan Dilla dan Adam. gadis itu terlihat tersenyum mendengarkan perkataan Mama tentang Adam atau pun tentang Yusuf yang terkesan lucu.

"Oh iya, Mama baru ingat." ujar Mama menatap Dilla.

"Ingat apa, Ma?"

"Hari ini Mama ada pertemuan dengan Ibu-ibu pejabat di Kantor Papa, Dilla, Mama tinggal sendirian nggak apa-apakan?" tanya Mama.

Dilla mengangguk, "Nggak apa-apa, Mam." jawabnya.

setelah Mama berpamitan pergi, tinggal Dilla yang berjalan sendirian membawa tas belanjaannya yang lumayan banyak. dari belakang seseorang mengambil semua belanjaan Dilla, gadis itu terkejut. ia berbalik dan menemukan Adam berdiri dibelakangnya membawa semua belanjaan miliknya yang telah laki-laki itu ambil, sebelum Dilla bersuara.

"Ayo, makan. aku lapar." kata Adam.

Dilla mengangguk berjalan mengikuti Adam dari belakang, laki-laki itu berhenti berjalan membuat Dilla menabrak punggung Adam. "Jangan di belakang, sini samping aku." kata Adam menarik Dilla untuk berada disamping dirinya, mereka pun berjalan menuju salah satu Restoran yang ada dari sekian tempat makan yang ada di Mall tersebut.

***

Menaruh semua tas belanjaan Dilla di samping tempat duduknya, "Tadi beli apa saja?" tanya Adam duduk didepan Dilla.

"Nggak banyak sih, paling cuma beli baju sama sepatu, memang kenapa?" tanya Dilla.

"Setelah ini kita ke Toko Emas, langganan Mama." jawab Adam, Dilla mengejabkan bulu matanya.

gadis itu melihat ke jari manisnya. "Ini masih ada, "

"Itu beda,"

"Beda?" memiringkan kepalanya.

"Iya, itu cincin pertunangan kita. sedangkan nanti yang akan kita beli adalah cincin pernikahan kita." jawab Adam.

"Kenapa harus beli yang baru pakai ini kan bisa?"

Adam menggeleng, "Dalam adat istiadat di keluarga besar ku, Cincin pernikahan dengan cincin simbol lain itu berbeda. Cincin pernikahan lebih syahkral dari semua cincin, karena cincin pernikahan menandakan setiaan, komitmen dalam hubungan rumah tangga dan masih banyak lagi." Adam terdiam sebentar menatap Dilla. "aku nggak bisa jelasin semuanya, karena itu Mama nyuruh aku jemput kamu disini."

"Jadi kita perlu beli cincin itu berdua?"

"Iya, semuanya juga gitu. memangnya kamu nggak tahu?"

Dilla menggeleng, ia memang tidak tahu, yang ia tahu cincin pertunangan bisa dijadikan cincin pernikahan juga tapi ternyata dikeluarga besar Adam sangat berbeda mereka lebih menjunjung nilai dari simbol cincin tersebut.

seorang pelayan mengantarkan pesanan Adam dan Dilla, sebelum masuk restoran Adam telah terlebih dulu memesan makan via telepon ketika ia masuk ke dalam Mall.

"Silakan."

"Terima kasih."

Dilla membuka bungkus sumpit dari kemasannya, "En, besok kita sudah mulai mengurus pengajuan par nikah bersama, jadi kita harus menemui beberapa orang kantor."

Sweet Seventeen, from PoliceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang