14

16.8K 508 1
                                    

"Saya bisa jelaskan semuanya ke kamu, saya nggak ada hubungan apa-apa dengan Susan dia hanya teman saya. kamu harus percaya sama saya." kata Adam menggenggam tangan Dilla, mencoba meyakinkan gadis di sampingnya.

mereka berdua tengah berada di Gazebo, Dilla bersikap biasa saja? karena ia telah terlatih menjadi perempuan yang kuat.

"Aku nggak masalah kamu mau deket sama siapa," jawaban Dilla membuat Adam semakin mempererat genggamannya.

"Kenapa?"

"Ya itu hak lo buat dekat dengan siapa saja, seperti halnya dengan gue. lagi pula bukannya peremuan yang sama lo tadi siang itu perempuan waktu itu kita ketemu di rumah makan ya?" tanya Dilla, Adam mengangguk. "Dan kalo gue lihat dia punya rasa loh sama lo, memangnya lo nggak sadar?"

"Saya sadar tapi hati saya sudah di kamu."

Dilla tersenyum, "Nggak usah gombal, gue udah kebal sama gombalan."

"Saya nggak lagi gombal, saya sedang mencoba meyakinkan kamu." lampu-lampu taman belakang mulai menyalah menerangi malam yang semakin gelap ditambah dengan hembusan angin, Dilla melepaskan genggaman tangannya dari Adam dan memeluk tubuhnya yang mulai kedinginan.

"Udah, gue mau masuk ke dalam." ujar Dilla berdiri dari duduknya, tapi tangannya di tarik dan membuat tubuhnya kehilangan keseimbangan, membuat Dilla jatuh menimpa tubuh Adam yang masih duduk. mata membulat maksimal, kaget dan tidak menyangka.

Adam mendekap tubuh Dilla yang menimpa tubuhnya yang masih duduk, posisi yang bisa dibillang nggak begitu nyaman. "Tetaplah disini sebentar." kata Adam.

dengan susah payah Dilla meronta melepaskan pelukan Adam darinya, "Oke, tapi lepasin gue." ucap Dilla, "Gue nggak bisa nafas." kata gadis yang masih berada dipelukan Adam.

"Saya nggak akan lepasin kamu, tapi saya akan melonggarkan pelukan saya ke kamu." kata Adam membuktikan ucapannya, Dilla kini dapat bernafas lega walau masih berada di peluk oleh laki-laki yang tidak mengizinkan dirinya pergi.

***

cukup lama mereka dalam posisi seeperti itu dan tidak ada satu pun yang berbicara, sampai nada dering ponsel Adam yang berada di atas meja memecahkan kesunyian diantara mereka. Dilla melirik siapa yang orang yang menelpon malam-malam Adam, ia mendengus membaca nama yang membuat dirinya tercebak di dalam pelukan laki-laki ini.

"Ada telepon tuh!" bisik Dilla di telinga, Adam memundurkan kepalanya menatap wajah Dilla yang begitu dekat dengannya. Dilla yang duduk dipangkuan Adam langsung mundur, matanya menghindari mata teduh milik laki-laki yang masih memeluknya itu. "Di angkat mungkin penting." ucap Dilla.

Adam menoleh ke arah meja, tepat ke ponsel yang masih berteriak-teriak minta di perhatikan. "Biarkan saja." ucap Adam kembali memeluk Dilla. kapan lagi Adam bisa seperti ini dengan Dilla, singa betina-nya tengah jinak.

sebaliknya Dilla masih memasang tampang cemberut karena Adam sama sekali tidak memberikan ruang dirinya untuk kabur, tapi entah kepada kali ini ia begitu menurut dengan laki-laki yang terkesan posesif yang memeluknya.

***

"Arrrggghh!" teriak Dilla terbangun dari tidurnya, Jam Dinding dikamarnya sudah menunjukan pukul 06.35. sudah hampir dua hari Dilla tidak bertemu dengan Adam, terakhir bertemu waktu laki-laki itu memeluknya semalaman dan sampai membuat Dilla tertidur. setelah itu Adam sama sekali tidak menghubungi atau menemui Dilla seperti biasanya apa lagi sekarang tengah Ujian Akhir Sekolah dan supir pribadinya itu sama sekali tidak menampakan batang hidupnya didepan Dilla. Ya supir pribadi, karena Adam selalu mengantar kemana pun Dilla pergi dengan sukarela tanpa penolakan.

Sweet Seventeen, from PoliceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang