64

9.6K 212 42
                                    

"Assalamualaikum. "

Semua yang ada di dalam rumah keluar, "Walaikumsalam, Dilla. Kamu dari mana saja? " tanya Bunda menghampiri putri bungsu nya.

Dilla mencium tangan Bunda, ada Arga dan Haris yang terlihat khawatir, gadis yang tengah hamil delapan bulan kurang terlihat bingung.

"Kalian kenapa sih? " tanya Dilla menatap Bunda dan kedua kakaknya.

Bunda memeluk Dilla, "kamu dari mana? Kami nyariin kamu dari tadi, telepon kamu juga nggak bisa di hubungi. "

Dilla mengambil ponselnya di saku tas dan baterai ponsel ternyata habis, pantas Dilla tidak merasa ada suara notifikasi apapun dari sana.

"Oh pantesan Hp aku mati, Bun. " jawab Dilla.

"Kamu pulang sama siapa?" tanya Arga.

"Dimana Adam? " kali ini giliran Haris.

Ketika kedua kakak nya akan bertanya lagi segera Dilla menyelanya, "stop! Aku jawab dulu pertanyaan kalian. " ucapnya segera duduk di sofa.

"Aku pulang bareng Jordan, Kak Arga. " jawab Dilla menatap Arga, kakaknya itu terlihat bingung siapa Jordan. "Sedangkan Bang Adam aku nggak tahu dia kemana? Mungkin ke rumah Mama. " jawab Dilla.

"SIAPA JORDAN? " tanya serempak Arga dan Haris.

"Jordan, tunggu Bunda seperti pernah dengar nama itu. " Dilla tersenyum lebar.

"Jangan bilang, Jordan anaknya Tante Aira, Dek? " tebak Bunda.

Menjentikkan jarinya, "Yupss betul banget, Bun. " jawab Dilla.

"Lho dia udah pulang, kamu ketemu dimana?... " dan rentetan pertanyaan Bunda ke Dilla tentang Jordan mengalir begitu saja, mengabaikan Arga dan Haris.

Arga mengusap rambutnya, "sepertinya aku harus segera kembali ke Rumah sakit. " katanya.

"Dan aku harus menghubungi suaminya. " ucap Haris.

***

Beratusan kali Adam mencoba menghubungi Dilla tapi selalu tidak bisa, rasa khawatirnya semakin melonjak saat tidak ada kabar dari teman-teman Dilla yang sempat ia hubungi.

Seorang gadis berjalan mendekati Adam, membawakan dua gelas minuman. "Masih coba hubungi istri kamu itu? " tanyanya.

Mendongak, "iya... "

"Aku heran kamu bisa ya bertahan dengan wanita seperti itu dengan ku saja hanya berjalan kurang dari setahun, itu pun kamu nggak mengakui kalo kita pernah punya hubungan. "

"Dewi, stop. Itu masalalu, aku nggak ingin ungkit-ungkit itu lagi. "

"Oke, terserah kamu toh itu tetap kenangan terindah buat aku. " ucap Dewi, wanita yang sempat mengisi hari-hari Adam sebelum bertemu kembali dengan Dilla, tapi bagi Adam kebersamaannya dengan Dewi hanya sebatas saling membutuhkan. Adam butuh Dewi karena cuma gadis itu yang di kenal Adam saat bertugas di luar Jawa, sedangkan Dewi membutuhkan Adam untuk melupakan mantan tunangannya yang pergi tanpa kabar. Menjadikan Adam sebagai pelarian sampai Adam mengetahui yang sebenarnya saat sang mantan Dewi kembali ke pelukan gadis itu, padahal hati Adam mulai terbuka untuk bisa menerima Dewi saat itu setelah memilih melupakan Dilla.

Ponsel Adam berdering, berharap Dilla yang menghubungi tapi sebaliknya malah Haris kakak ipar menyebalkan yang malah menelepon nya, hampir sepuluh kali Haris menelepon nya menanyakan Dilla tapi sama seperti Haris yang khawatir Adam pun juga belum mendapatkan kabar.

"Sudah aku bilang Dilla nggak bersama ku, aku udah coba... "

"Dilla udah di rumah. " kata Haris yang menghentikan Adam, Adam tahu rumah yang dimaksud Haris rumah siapa yang jelas bukan rumah Adam dan Dilla, karena nggak mungkin Bibik tidak menghubungi Adam jika Dilla sudah kembali pulang.

Sweet Seventeen, from PoliceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang