01

72.6K 1.3K 17
                                    

Matahari mengintip dari sela-sela tirai jendela yang sedikit terbuka, seseorang berbaring diatas tempat tidur dengan selimut menutupi seluruh tubuhnya, tidak terusik dengan suara ketukan pintu dari luar kamarnya yang diiringi suara lembut.

Tok... tok...

"Dilla, bangun sayang." panggil seseorang dari balik pintu.

Gadis yang dipanggil Dilla mengangkat selimut yang menutupi wajahnya sampai ke dada, matanya masih terpejam . "Hm," jawab Dilla yang makin erat memeluk gulingnya.

"Ardilla Ayudiana Hermansyah, kalo nggak bangun Abang dobrak!" teriak seorang laki-laki yang berada didepan kamar Dilla, mata gadis itu langsung terbuka lebar mendengar suara yang sangat familiar ditelinganya. "Dilla, gue dobrak beneran nih!" ancam suara tersebut.

Mata Dilla mulai terbuka pelahan mengejab beberapa kali untuk beradaptasi dengan indra penglihatannya.

"Haris, jangan gitu dong! Sama adik kamu." tegur suara perempuan yang pertama kali berdiri didepan pintu Kamar Dilla.

Mendengar nama yang disebut, tubuh Dilla langsung menegang dan terduduk diatas tempat tidur. Matanya membulat. "Kak Haris." ujar Dilla menyingkirkan selimut yang sedari tadi masih menyelimuti dirinya. Bergegas berjalan ke pintu kamarnya sebelum kakaknya itu benar-benar melaksanakan ancamanya kepada pintu kamar nya.

***

Genggaman pintu tertarik ke bawah, orang-orang yang berada diluar kamar sudah siap dengan apa yang akan mereka lakukan. Dengan satu tarikan pintu kamar terbuka lebar.

"Happy Birthday!" seru orang-orang yang menunggu Dilla keluar bersamaan.

Di depannya Bunda, Ayah, dan kedua kakak laki-lakinya, terlihat Bunda membawa Black forest kesukaan Dilla dengan lilin yang menghias diatas kue berbentuk angka 17 dengan Api menyala, dan betapa terkejutnya Dilla mengetahui jika seluruh keluarganya ingat dengan hari Ulang tahunya.

"Sekarang tiup lilinnya!" teriak Haris yang paling bersemangat banguni adik perempuannya itu.

Dilla mengangguk dan bersiap meniup lilin tapi dihentikan oleh laki-laki lain yang terlihat lebih tua dari Haris yang berdiri disamping Ayah dengan kemeja biru muda. "Sebelum tiup lilin Make a Wish dulu dong!" ujar Laki-laki itu. Gadis kecil itu mengangguk, ia sudah memejamkan mata dan memanjatkan do'anya, setelah selesai ditiupnya lilin angka 17 itu.

Seorang Pria paruh baya mendekati Dilla mengusap puncak kepala Dilla penuh sayang, "Selamat ya, sayang. Sekarang putri kecil Ayah sudah 17tahun. "Kata Ayah, memeluk putri kecilnya yang kini menginjak tangga ke Dewasaan. Senyum bahagia menghiasi wajah Dilla bagaimana tidak bahagia, orang-orang yang ia sayangi yang biasa selalu sibuk kini berdiri didepannya, menyisakan waktu untuk merayakan ulang tahunnya yang ke 17 tahun.

"Makasih Ayah," jawab Dilla mengusap matanya yang mulai berair.

"Bang Arga, bawain sebentar." perintah Bunda yang sedari tadi membawa kue Ulang Tahun putrinya, Arga menerima kue yang diberikan Bunda kepadanya. Bunda langsung memeluk Dilla putri kesayangannya penuh sayang, sekarang gadis kecil yang selalu menyusahkan itu sudah tubuh dewasa, air mata Bunda mengalir tidak bisa menahan tangisnya.

Dilla yang mendengar isak tangis Bunda merenggangkan pelukan. "Bunda kenapa?" tanya Dilla tersirat nada khawatir, bagaimana tidak khawatir tiba-tiba ibunda-nya menangis membuat gadis itu takut.

Wanita itu menggeleng, ia kembali memeluk putrinya lagi. "Nggak apa-apa sayang, Bunda nangis karena Bunda bahagia karena putri kesayangan Bunda sekarang udah menginjak tangga ke dewasaan." jawab Bunda yang dianggukin Dilla, "Selamat ya, sayang. Bunda sayang sama kamu, semoga apa yang kamu inginkan ke depannya bisa tercapai dan cita-cita kamu juga dapat terwujut." kata Bunda dengan do'a-do'a untuk anaknya, mengecup kening Dilla lembut.

Sweet Seventeen, from PoliceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang