73

1.1K 104 9
                                    

Malam-malam Adam mendapat kabar dari Bunda kalo Aida masuk rumah sakit, tanpa pikir panjang Adam langsung tancap gas tanpa memberi tahu orang rumah. Penampilannya pun benar-benar mengenaskan, hanya dengan pakaian tidur dan hoodie maroon. Mobil Adam membelah jalanan yang sepi, butuh waktu lama untuk sampai ke rumah sakit yang di kirim Bunda via Chat.

Sesampainya di rumah sakit, Adam langsung menuju UGD. Disana ia bisa melihat kedua orangtua Dilla, dan Kakak-kakaknya. Adam sama sekali tidak melihat Dilla di luar, ia menghampiri Bunda.

"Bun, " Panggil Adam.

Bunda menoleh dan menatap Adam dengan wajah khawatir, tersirat jelas jika wanita itu mencemaskan cucunya.

"Nak Adam. "

"Bunda Ayah. "

Ayah hanya tersenyum, "Bagaimana keadaan Aida, Bun? " Tanya Adam, ia belum siap mendengar kabar buruk tentang putrinya. Waktu yang ia habiskan untuk Aida masih belum cukup, Adam belum bisa menjadi orangtua yang baik untuk Aida. Belum memberikan semua kasih sayang kepada Aida yang sangat ia cintai melebih diri sendiri. jika ia di beri kesempatan, Adam ingin menebus semua dan memberikan semua waktunya untuk Dilla dan Aida, dua orang yang sangat Adam cintai.

Pintu ruang UGD terbuka, seorang dokter bersama Dilla keluar. Dokter itu menjelaskan secara detail kepada Dilla, wajah Dilla terlihat lelah. Pasti terasa berat menjadi orangtua tinggal dan mengurus Aida sendirian, tak bisa Adam bayangkan tiap malam Dilla harus terjaga karena tangisan Aida.

Tepukan di bahu Adam menyadarkannya, "Cepat susul Dilla. " Ucap Ayah.

Adam mengangguk dan mengejar Dilla yang berjalan bersama dokter yang merawat Aida, "Tunggu...! "

Keduanya menoleh dan melihat Adam berlari ke arah mereka, "Dia siapa? " Tanya si Dokter yang sepertinya terpesona dengan Adam.

Dilla hanya tersenyum, seperti sudah biasa. "Suami saya. " Jawab Dilla.

Sang Dokter menatap Dilla, ia benar-benar heran dengan gadis di depannya. Dilla masih muda dan cantik, punya suami tampan dan anak seimut Aida adalah poin yang sangat bagus untuk Dilla, tapi wajah gadis itu tidak terlihat bahagia seperti ada luka di sana.

"Maaf saya mengganggu, saya ingin tahu keadaan anak saya. " Jawab Adam memberi tahu.

Mengangguk, "Baiklah kalo begitu mari ke ruangan saya, akan saya jelas kepada Bapak dan Ibu kondisi si kecil sekarang. " Jawab Dokter mempersilahkan keduanya masuk ke dalam ruangan.

Mata Adam sempat melihat ke Dilla tapi gadis itu malah menghindar dan masuk ke dalam duluan.

Sebegitu bencinya kamu sama aku? Batin Adam yang menyusul masuk, dan menutup pintu.

"Jadi... "

***

Malam itu Adam memilih menginap di rumah sakit menemani Dilla yang terlelap di kursi tunggu bersama Bunda, Arga menghampiri Bunda dan Dilla membawa minuman dan makanan ringan, pria itu menatap Adam, bibirnya membentuk senyuman kecil ke pria yang terlihat berantakan itu.

"Minumlah." Kata Arga memberikan Segelas kopi kepada Adam, mendongak menatap Arga penuh pertimbangan.

Arga duduk di samping Adam, setelah pria itu menerima gelas kopi pemberian Arga. "Hm... Resiko jadi orangtua ya begini. " Ujar Arga di sela-sela menikmati kopi hitamnya, malam ini ia kebagian jaga malam.

Mengangguk, andai saja ia tidak bodoh dan terpancing perkataan Dewi, mungkin sekarang Dilla dan Aida baik-baik saja.

"Huuaaak... "

Sweet Seventeen, from PoliceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang