46

9.6K 295 9
                                    

Pintu masuk restoran secara otomatis terbuka, seorang laki-laki berjalan masuk dengan rasa percaya dirinya. Ia sudah memastikan bahwa pakaian yang ia kenakan terlihat rapi, tidak ada satupun serutan di kemeja abu-abunya. Adam berjalan ke meja resepsionis dan menanyakan, apakah meja yang ia pesan telah siap. Setelah mendengar penjelasan dari petugas resepsionis, salah seorang pelayan mengantarkan Adam menuju meja yang telah ia siapkan untuk makan malam bersama Dilla.

Setelah memastikan semuanya, bergegas Adam menyusul Dilla dirumah. Ia sudah tidak sabar untuk bertemu dengan kekasihnya itu dan mengatakan kabar gembira, yang akan sangat membuat gadis manis miliknya berjingkrak kegirangan setengah mati. Karena apa yang selama ini mereka tunggu akhirnya ada kepastian.

Mobil Adam berbelok masuk le gerbang rumah Dilla, suasana rumah tersebut masih sama seperti biasa, suara tangisan Henna dan sekaligus suara tawa Dilla dapat ia dengar. Bibir Adam tertarik ke atas, ia langkahkan kaki nya menuju pintu utama rumah Hermansyah.

Tangan kanannya mengepal siap untuk mengetuk pintu, ketika sebuah suara terdengar dari belakangnya.

"Oh, jadi anda calon suami Dilla. " suara keras dan ketus itu berasal dari belakangnya, Adam menoleh dan menatap laki-laki yang sepertinya lebih muda darinya, bisa diperkirakan usianya hampir sama dengan Dilla.

Mengedipkan matanya, "Yeah, saya calon suami Dilla, ada urusan apa anda dengan saya? " tanya Adam menatap wajah didepannya.

Laki-laki itu menyeringai, "Ada yang perlu aku sampaikan kepadamu, jauhi Dilla dan batalkan pernikahan kalian. " kata laki-laki itu.

Adam mencubit bagian antar alisnya, "kenapa saya harus membatalkan pernikahan kami, dan siapa anda sampai harus ikut campur. " lama-lama Adam terbawa emosi karena ulang laki-laki di depannya.

"Aku adalah calon suami Dilla yang sesungguhnya, dari kecil kami sudah sepakat untuk menikah saat kami beranjak dewasa. " jawab laki-laki itu.

Tiba-tiba Adam tersenyum lebar, "janji masa kecil toh? " "tapi sayang jadi masa depan lebih gemilang dari pada janji masa lalu. " ujar Adam.

....

Di dalam rumah, suasana yang awalnya kacau kini kembali tenang, Dilla merapikan riasannya yang berantakan karena ulah Henna, Jilbabnya sampai tidak berbentuk karena ulah anak kecoak satu itu. Didepan cermin meja rias, Dilla tersenyum setelah melihat wajahnya sudah tidak kembali berantakan dan jilbabnya telah seperti sedia kala.

Gadis itu menuruni anak tangga menuju lantai dasar, samar-samar Dilla mendengar suara ribut-ribut diluar rumah. Arga keluar dari kamar sambil menggendong Henna yang membenamkan wajahnya di dada Papa-nya.

"Ada apa ribut-ribut? " tanya Arga, Dilla menggeleng. Ia baru saja turun dan sampai.

"Itu suara Bang Adam, Bang. " jawab Dilla berlari kepintu dan membukanya, pada saat yang tidak terduga sebuah pukulan hampir saja mengenai wajahnya. Dilla diam terpaku dengan apa yang akan terjadi padanya, ia menatap dua tangan yang ter-arah kepadanya. Yang satu akan memukulnya dan yang lain melindungi dirinya, Dilla melirik sosok yang berdiri disampingnya. Adam memasang wajah datar menatap laki-laki di depannya.

Dilla langsung kembali sadar saat melihat siapa orang yang akan mengarahkan tangannya kepadanya, "Agung, "

Menoleh menatap Dilla, "ngapain kamu disini? " tanya Dilla. Ia menatap Adam dan Agung bergantian, "aku kan udah pernah bilang jangan nemuin aku lagi, apa kamu nggak jelas! " bentak Dilla

Disamping Adam membelalak matanya, baru sekarang ia melihat Dilla marah-marah. "Dan lagi ini ngapain kamu ikut-ikutan, udah tua inget umur woi! " seru Dilla kepada Adam.

Sweet Seventeen, from PoliceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang