10

20.7K 591 2
                                    

Bunyi Bel Istirahat, Dilla buru-buru memasukan buku-bukunya ke dalam laci meja dan melesat keluar kelas. Uli dan Dewi mengikuti dibelakang, Tadi Dilla sudah menyampaikan niatnya kepada Uli dan Dewi. awalnya Dilla menolak kedua temannya itu menemani dirinya menemui Tyo tapi rasa takutnya membuat Dilla akhirnya mensetujui kedua temannya untuk mengikuti Dilla, ternyata benar yang dikatakan Adam bahwa Tyo dan Rai sedang di hukum di lapangan depan, disana berdiri Adam dan salah satu rekannya.

"Tyo," panggil Dilla.

senyum cowok itu langsung terukir melihat Dilla menemui dirinya, "Ada yang perlu gue omongin sama lo." kata Dilla.

Tyo yang mendengar cara bicara Dilla yang berbeda langsung mendekat, "Ada apa, kita bicara ditempat lain." kata Tyo menarik tangan Dilla.

"Kamu mau kemana?" tanya sosok berdiri memakai seragam kepolisian. "Hukuman kamu belum selesai." Dilla dan Tyo menoleh ke sumber suara, ternyata Adam yang berbicara.

"Tapi ini urusan saya dan pacar saya."

Dilla menyentuh tangan Tyo, "Kita bicara disini, lo juga masih dihukumkan." kata Dilla.

"Baiklah, jadi apa yang mau kamu bicarain ke aku?"

ada yang beda dengan tatapan Dilla kali ini tidak seperti tatapan biasanya, "Gue minta kita putus." ucap Dilla.

"Why?"

"Karena lo nggak bisa nepatin janji lo sama gue."

kening Tyo berkerut, "Janji, janji yang mana lagi Dilla sayang?" perkataan Tyo yang diucapkan membuat Dilla ingin muntah.

"Lo lupa sama janji yang lo janjiin sama gue, bahwa lo nggak bakal berkelahi lagi." ucap Dilla mengalihkan tatapannya ke arah Rai yang juga menatapnya, cowok itu terlihat kaget dengan apa yang baru saja ia dengar dari mulut Dilla.

"Oh yang itu, terus kenapa lo tiba-tiba minta putus? apa karena gue berantem sama dia?" tunjuk Tyo ke Rai, Dilla menggeleng sebenarnya ia sudah mulai bosan harus bertele-tele seperti ini. Dilla harus serius dan tegas.

"GUE ELO END! gue nggak bisa pacaran sama cowok yang suka berantem dan suka main belakang, cowok tipe kayak lo." Tyo hanya diam ia ingin mendengarkan alasan Dilla. "Dan gue berharap lo bisa bahagia sama cewek-cewek lo sekarang." ucap Dilla.

"Dilla maksud lo apa?" "Lo mau putus dari gue, karena gue main belakang. lo masih dengeri berita Hoak dan nggak percaya sama gue, cowok lo sendiri."

"Iya, gue lebih percaya berita Hoak yang gue lihat sendiri, kemarin sore di kafe tempat lo sama Kia bermesra-mesraan. jadi lo jangan mungkirin kalo gue mau putus dari lo!" bentak Dilla.

kia yang baru saja datang bersama Una dan Viona membekap mulutnya yang mendengar ucapan Dilla, Una dan Viona malah menatap Kia bingung.

"Dilla kamu salah, aku dan Tyo nggak ada hubungan apa-apa."

mata Dilla terasa gatal, "Iya, Dil. mana mungkin Kia jadi selingkuhannya Tyo, mereka kan temenan." ujar Viona.

Dilla tersenyum miring, "dari temen bisa tumbuh perasaan suka, Vi. lo dulu juga gitu kan sama Baim, dan mereka sama. bedanya Baim nggak punya pacar sedangkan Tyo punya gue,"

"Dilla, gue bisa jelasin semuanya buat lo, gue dan Kia nggak ada hubungan apa-apa, sumpah kia cuma sahabatan dan kemarin sore yang lo lihat itu kita cuma salah paham biasa aja." kata Tyo menggenggam tangan Dilla.

"Jalan biasa pakai acara pelukan, cium kening itu yang namanya jalan biasa? ketahuan boong lo." ucap Dilla, menghentakan pegangan tangan Tyo dan berjalan pergi.

Una menatap Kia tidak percaya, jelas Una lebih percaya dengan Dilla. karena Una bisa melihat kedekatan Kia dan Tyo lebih dari sekedar teman.

"Dilla, aku nggak mau putus dari kamu!" teriak Tyo.

Sweet Seventeen, from PoliceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang