32

10.8K 303 6
                                    

"Jadi elo dapat surat?"


Dilla mengayunkan kakinya di ayunan, menatap sendu ke depan dengan kedua tangan memegangi secangkir susu coklat panas.

"Hem, bisa dibilang begitu." jawabnya.

"Terus, rencana lo selanjutnya?"

menoleh memberikan senyuman terbaiknya, "Gue nggak bakal datang," jawab Dilla, Yuita menghela nafas. hari ini Yui memutuskan untuk menginap ditempat Dilla, dikarena kan Asna sedang lembur kerja dan kemungkinan pulang besok pagi.

tubuhnya mencodong kedepan, "BTW, Mas Adam tahu tentang ini?" Dilla menggeleng, mana mungkin dia mengatakan tentang surat itu kepada Adam. Yui menarik nafas dalam-dalam, "Itu kesalahan lo dari awal, lo nggak pernah bisa terbuka sama Adam. kalo ada apa-apa lo cerita biar dia tahu, and endingnya nggak bakal kayak kemarin." cerocos Yui, "Yang gue heran kenapa Adam bisa tahu posisi lo waktu itu, padahal lo nggak ngomong atau kirim pesan apa-apa sama dia kan?"

Dilla mencubit sebelah alisnya, "Elo bener, dia tahu gue waktu itu dimana?"

"Yang jelas lo udah selamat sekarang." kata Tya yang baru muncul.

"Setuju gue, dan kali ini jangan sampai keulang. lo harus cerita sama Adam, biar dia juga tahu." imbuh Yui yang kini menyilangkan ke dua kakinya.

***

Pintu Kafe terbuka, gerombolan orang-orang keluar dari sana.

Adam berdiri paling belakang, ketika semua orang sudah sampai pada langit malam yang gelang, dirinya masih berada di ujung teras Kafe menatap langit malam yang dipenuhi bintang. acara makan malam untuk perayaan ulang tahun salah satu rekannya, berlangsung dengan beriang. Adam juga ikut andil dalam perayaan tersebut.

rington dari ponselnya berbunyi membuat Adam segera mengangkat telepon tersebut, ia berjalan melewati teman-temannya yang lain yang masih bercengkrama satu dengan yang lain tentang acara makan-makan tersebut.

"Iya, besok." "Hmmm, baiklah. saya akan kesana." jawab Adam memutuskan telepon berjalan menghampiri kawan-kawannya untuk berpamitan pulang.

laki-laki itu langsung melesat pergi meninggalkan area parkiran kafe yang cukup ramai karena malam minggu. malam minggu ini, ia lalui sendiri tanpa Dilla disampingnya. biasanya Adam ada berada ditempat Dilla sekarang membelai rambut gadis itu lalu mengecupnya dengan penuh sayang, matanya melirik ke arah tumpukan berkas yang berada di kursi sampingnya. senyumnya mengembang seketika, melihat apa isi yang ada didalam sana.

***

Hari senin

seperti biasa, Dilla berlari menaiki anak tangga. ia tidak mungkin naik lift karena penuh dengan mahasiswa lainnya, jadi ia memilih menaiki anak tangga untuk mencapai lantai 3. beruntung selama kuliah untuk hari senin tidak ada yang berada dilantai paling tinggi, jadi Dilla tidak perlu lama-lama menunggu antrian lift untuk sampai kesana.

BRUUKKK!!!

barang bawaan orang yang ditabrak Dilla berceceran dilantai, gadis itu berjongkok untuk mengambil kertas-kertas yang berserakan dilantai matanya menatap satu persatu kertas yang ia kumpulkan tanpa perlu membaca apa isi yang ada didalam sana.

"Maaf," ucapnya menunduk menghindari kontak mata dengan orang yang ia tabrak, dan sepertinya orang itu tidak perduli dan begitu saja pergi.

tubuh Dilla berbalik melihat punggung seorang gadis menuruni anak tangga dan menghilang, "Dilla, lo nggak apa-apa?" tanya Ayu.

Dilla mengangguk, ia merasa baik-baik saja. "Lo kenal sama cewek tadi?" tanyanya ke Ayu.

"Yupz, dia senior kita calon Ketua BLEM saingannya kak Rangga." jawab Ayu dengan senyuman dibibirnya yang berwarna merah muda. "Yuk ke kelas." kata gadis itu merangkul tangan Dilla membawa masuk ke dalam kelas yang mulai dipenuhi dengan mahasiswa lainnya.

Sweet Seventeen, from PoliceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang