02

36.1K 897 7
                                    

Adam mendengus menatap Dilla yang masih bersikukuh dengan pendiriannya, sebelum ia mengeluarkan suara. sebuah mobil sedan berhenti dibelakang Adam, laki-laki itu berbalik dan menatap siapa orang yang baru saja keluar dari mobil.

Senyum Dilla mengembang, ia tahu penyelamatnya telah datang. Haris memasang tampang datarnya menatap ke arah bawahannya yang kini berdiri dihadapannya, laki-laki itu mulai berbicara dan membentak-bentak bawahannya. Dilla nggak perlu tahu karena dugaan-nya benar bahwa polisi-polisi yang menilangnya tidak memiliki surat tugas.

"Dil, udah ada Kak Haris tuh!" "Balik ke mobil yuk!?" ajak Rista menarik tangan Dilla, gadis itu menuruti perintah Rista.

Setelah selesai ngomel-ngomel, Haris menyuruh anggotanya kembali ke Kantor dan disanalah laki-laki itu akan marah-marah lagi. Adam menatap punggung Haris yang berjalan menghampiri dua gadis yang ia tangkap tadi, ia melihat wajah Dilla yang tersenyum cerah melihat Haris menghampiri dirinya.

"Ini STNK-nya." ucap Haris tangan kirinya merogoh saku celana belakang, "Dan ini SIM kamu Rista," kata Haris menyerahkan STNK mobil dan SIM milik Rista yang sudah jadi.

"Makasih, Kak."

Haris menatap Dilla, "Kali ini kamu bebas dari hukuman tapi jangan sampai Bang Arga tahu tentang ini." kata Haris dengan tampang datarnya, laki-laki itu mengeluarkan kartu Kreditnya dan di serahkan kepada Dilla. "Ini buat jaga-jaga." Dilla mengangguk.

"Makasih, Kak." Haris mengangguk dan berbalik menyusul Aditya yang sudah menunggu dirinya disamping mobil sedan.

***

Tyo mondar-mandir di tempatnya, ia begitu khawatir dengan Dilla yang belum sampai-sampai juga. Sudah hampiri satu jam cowok itu menunggu tapi sampai sekarang gadisnya itu belum sampai juga, telah ia coba menghubungi Dilla tapi tidak diangkat sama sekali.

Mercy warna merah berhenti didepan Kafe, cowok itu berhenti ketika melihat siapa orang yang turun dari mobil.

"Dilla," panggil Tyo berjalan ke pintu menyambut Dilla yang baru saja sampai.

Mood-nya masih jelek gara-gara kejadian tadi, tapi melihat wajah Tyo yang menyambutnya di pintu kafe buatnya harus berpura-pura bahagia. Dilla langsung menghambur ke dalam pelukan Tyo, laki-laki itu mengusap lembut rambut panjang Dilla.

"Kamu kemana aja, kenapa baru sampai sekarang, aku khawatir. Ponsel kamu aku telepon nggak diangkat." Dilla dikrutuki pertanyaan dari Tyo, gadis itu tidak ingin menjawab pertanyaan pacarnya.

"Ayo, masuk." ajak Dilla melepas pelukannya dari Tyo, yang diikuti teman-teman Dilla.

Sebuah kejutan sudah dibuat Tyo untuk Dilla buat ulang tahun kekasihnya yang ke 17 tahun, Tyo menarik kursi untuk Dilla, disana sudah duduk Una, Viona, Dewi dan Kia teman sekolah Dilla.

Tanpa Dilla sadari dari belakang segerombolan orang-orang mengendap-endap mendekati meja yang di duduki Dilla dan teman-temannya, sebuat balon berada cukup dekat dengan Dilla dan...

DOOORRRR!!!

Suara balon meletus terdengar ditelinga Dilla membuat gadis itu kaget dan menoleh, betapa terkejutnya dirinya melihat teman-teman sekolahnya berdiri dibelakangnya membawa balon, kado dan kue.

"HAPPY BIRTHDAY ARDILLA SWEET SEVENTEEN!" teriak mereka kompak, ada tulisan besar-besar yang dibawa oleh teman-teman cowoknya dengan tulisan yang sama diucapan oleh mereka.

"Ya ampun!" ucap Dilla menutup mulutnya, ia tidak menduga akan mendapat kejutan untuk ketiga kalinya.

Seseorang berjalan dengan buket bunga menutupi wajahnya, menghampiri Dilla, ia menoleh kesamping nggak ada Tyo.

Sweet Seventeen, from PoliceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang