27

16K 361 7
                                    

seorang gadis menuruni anak tangga dengan tergesa-gesa, tangannya membuka pintu. matanya menemukan sosok yang berdiri membelakangi dirinya, merasakan sosok yang berdiri dibelakangnya. cowok itu berbalik menatap gadis yang menatapnya bingung.

"Elo,"

cowok itu tersenyum, sudah hampir sebulan ia mengikuti gadis yang berdiri di depannya tidak perduli dengan pendapat dan pandangan orang tentang dirinya yang mengikuti gadis itu kemana saja, walau selalu mendapat perlakuan tidak baik dari gadis tersebut.

"Mau berangkat bareng?" cowok itu menawarkan berangkat bersama.

Dilla berjalan melewati cowok yang telah mengganggu hidupnya, pintu ia kunci dan melangkah meninggalkan cowok yang tertegu menatap punggung gadis yang melewati dia begitu saja. "Nggak," jawab Dilla lain ke motornya, ia tidak ada waktu ngurusin cowok.

"Dilla tunggu!" teriak cowok yang berdiri didepan gerbang rumah Dilla, Dilla melajukan motornya ke arah gedung-gedung Fakultas Sastra. diparkirnya motor asal-asalan, ia tidak ada waktu berlama-lama mencari parkiran karena dirinya hampir terlambat masuk ke dalam kelas.

langkah Dilla berhenti ketika ia melihat sosok yang sangat ia kenal baru sampai diwaktu bersamaan dengan dirinya, dengan tenan Dilla berjalan di belakangnya tanpa suara. beberapa mahasiswa yang berada di Lobby fakultas memperhatikan sosok yang berjalan di depan Dilla, mengagumi betapa berwibawa dan tampan Dosen jurusan mereka.

suara dering telepon Dilla membuat gadis itu kaget, ia mendongak melihat ke arah Dosen yang sangat ia takuti selama ia menimbam ilmu di salah satu Universita Negeri. tapi sepertinya Dosennya tidak terganggu dengan suara ponsel milik Dilla, di tatapnya nama seseorang yang sudah lama ia rindukan.

"Hallo," bisik Dilla yang masih berjalan di belakang Dosen-nya.

seulang senyum mengembang, "Aku kangen kamu" kata Adam yang menelpon Dilla, Dilla tersenyum sudah lama ia tidak mendengar suara Adam. semenjak ia memutuskan untuk kuliah di luar Kota waktu untuk bertemu Dilla dan Adam sangatlah jarang, hanya dua kali dalam seminggu itu jika salah satu dari mereka tidak sibuk dengan tugas-tugas mereka.

"Aku juga kangen kamu." masih tetap berbisik.

Adam tahu jika Dilla sedang berbisik pasti gadis itu sedang berada di kampus atau sedang ada disalah satu kelas, tapi laki-laki itu tidak tahu bahwa Dilla sekarang sedang berjalan dibelakang salah satu Dosen killer di kampus. laki-laki yang tidak suka mendengar berisik apa pun, apa lagi di kelas.

"Baiklah." kata Adam.

"Baiklah apa?" tanya Dilla kaget, karena tiba-tiba Adam mengatakan hal yang tidak ia mengerti.

Adam menghela nafas, ia tahu rasa rindunya memang tidak bisa di tahan. "Baik-baik kamu disana jangan nakal, dan belajar yang rajin. Oke!" kata Adam.

"Oke, udah dulu ya, aku harus ke kelas sekarang." kata Dilla memutuskan telepon.

setelah Dosennya masuk ke ruang Dosen, Dilla segera berlari ke lantai tiga menuju salah satu ruang kelas yang biasa menjadi kelas-nya. Dilla membuka pintu yang disambut tatapan kaget dan pelototan dari teman-temannya, seorang gadis melambaikan tangan ke arah Dilla.

"Dilla." panggilnya, Dilla berjalan menghampiri gadis itu dan duduk disampingnya.

"Yui, lo udah ngerjain tugas dari Pak Hendra?" tanya Dilla mengeluarkan buku dari tasnya. Yuita menggeleng, seperti kebiasaan gadis itu tidak pernah mengerjakan tugas dan selalu mencari pinjaman buku dari teman-teman yang lain.

"Gue lagi nungguin lo, mau minjem. yang lain lagi pada sibuk jadi pada nggak dengerin." jawan Yuita, membuka buku milik Dilla.

lima belas menit kemudian Dosen yang mereka tunggu akhirnya datang juga tapi yang paling aneh seorang anak laki-laki yang berjalan dibelakangnya, banyak mahasiswi yang berbisik-bisik menanyakan siapa orang yang dibawa oleh dosen mereka. Dilla memperhatikan laki-laki itu, ia seperti pernah melihatnya tapi entah dimana. pintu dibuka dan muncul sosok yang sangat Dilla kenal, salah satu temannya di kampus.

Sweet Seventeen, from PoliceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang