45

9.2K 283 4
                                    

Diruang tamu Dilla duduk bersama Aisa dan Tya, ketiga gadis itu sedang menunggu Naya keluar dari kamar. Dilla jadi merasa minder mendapat tatapan dari Abah Naya yang terus menerus melihat ke arahnya, dari mereka bertiga bisa dibilang Dilla paling telat hijrah dan memutuskan berjilbab. Dilla sudah berteman dengan Naya, Tya dan Aisa sejak mereka duduk di bangku sekolah menengah pertama. Dan Dilla juga sering main kerumah teman-temannya jadi tidak heran jika mereka seperti saudara sendiri.

"Nak Dilla, paman dengar sebentar lagi kamu akan segera menikah? " tanya Abah Naya.

Dilla mengangguk, "benar, Paman. "

Abah Naya selalu memprioritaskan pendidikan dari pada yang lain untuk anak-anaknya termasuk teman dari anaknya, dan Dilla sudah hafal dengan karakter Abah sahabatnya ini.

"Lalu bagaimana dengan kuliah Nak Dilla? " tanya Abah lagi.

Dilla tersenyum manis, "masih lanjut paman," jawabnya.

"Abah, sudah jangan mojokin Dilla seperti itu kasihan dia. " kata Naya yang baru saja datang.

Abah berbalik dan melihat Naya, "Abah bukan mau mojokin nak Dilla, cuma Abah kasihan dengan nak Dilla jika kalo sekolahnya berhenti gara-gara menikah. " kata Abah.

Ketiga gadis yang duduk di depan Abah mengangguk termasuk Dilla, ia awalnya juga tidak mau menikah muda. Tapi dari pada hal-hal yang tidak di inginkan terjadi lebih baik segera menikah.

***

Disandaran mobil berkali-kali Dilla menghela nafas setelah keluar dari rumah Naya, dua orang yang duduk dibelakang juga melakukan hal yang sama.

"Nay, kok kamu bisa kuat sih dengerin Abah kamu. " ujar Aisa.

Tya mengangguk setuju, "kalo aku jadi kamu Nay, udah nggak kuat aku deh. " nimbrung Tya

"Apa lagi aku. " jawab Dilla.

"Ya mau bagaimana lagi kalian kan udah kenal karakter Abah bagaimana. " jawab Naya.

"Btw sekarang kita mau kemana? " tanya Tya.

Aisa menjentik jarinya, "aku baru inget, kita ke Pondok pesantren yuk? " ajak Aisa dengan mata berkedip-kedip sok imut, semua yang ada di dalam mobil rasanya ingin muntah.

"Ngapain? "

"Minta arahan buat kamu kalo udah nikah nanti. " jawab Aisa dengan senyumannya.

"Jih, Ngapain harus ke pesantren segala. " menutup wajahnya.

"Biar kamu diruqyah, agar pacarnya nggak terlalu over. " jawab Aisa lagi.

Kayaknya temennya ini nggak begitu suka dengan Dilla yang sekarang punya pacar, Tya tertawa terbahak-bahak dan Naya geleng-geleng kepala mendengar ucapan Aisa.

"Terserah deh, tapi aku nggak masuk ya... " kata Dilla.

Aisa memajukan tubuhnya, "Eh,  nggak bisa kamu harus ikut masuk juga, kan kamu yang mau di ruqyah." ucap Aisa membuat Dilla melotot.

***

Mobil Dilla berhenti di lampu merah, matanya terfokus ke depan tidak memperhatikan sekeliling sebelum Tya menyuarakan suaranya.

"Dil, itu bang Adam bukan sih? " tanya Tya menunjuk seorang polisi berseragam dipinggir jalan, Dilla mengikuti arah lihat yang ditunjuk Tya.

"Eh, ama siapa itu bang Adam? " tanya Aisa, "pakai masih pakai seragam sekolah lagi. "

"Wah jangan-jangan saingan baru, Dil. "

Dilla menyengitkan keningnya, ia seperti kenal seragam sekolah yang dipakai anak SMA yang mendekati Adam, terlihat ada berkali-kali menghindari cewek itu tapi sepertinya cewek tersebut pantang menyerah. Tiba-tiba saja Dilla menjadi takut sendiri, takut jika Adam tergoda dengan gadis yang lebih muda darinya.

Sweet Seventeen, from PoliceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang