[14]

27.4K 775 10
                                    

BAB 14[ada apa dengan Gio?]

HAPPY READING:)

_____________________________________

_______________________

Malam hari telah tiba. Udara malam ini terasa sangat dingin. Sebab, sore hari tadi ibu kota Indonesia ini dilanda oleh hujan lebat hingga pukul 19:00 WIB. Cuaca dingin malam ini membuat siapapun enggan untuk keluar rumah atau sekedar ingin membeli sesuatu.

Rania kini tengah duduk di sofa depan Televisi besar yang berada di kamar Gio dengan nuansa hitam gelap ini. Wajahnya sangat serius menatap layar Televisi yang menampilkan sebuah kartun dari negeri Malaysia itu. Mulutnya terbuka sedikit ketika melihat Boboiboy melawan Adu du si kepala kotak dengan sangat hebat. Raut wajahnya terkagum melihat Boboiboy bisa berubah menjadi 3 orang. Terkadang ia tertawa lepas hingga terjatuh dari sofa karena kartun itu begitu lucu dan seru.

Rania sangat asik menonton kartun itu hingga tidak menyadari tatapan intimidasi dari Gio yang kini tengah berdiri di samping sofa. Laki-laki yang memakai baju kaos hitam polos berlengan pendek dan celana jeans hitam pendek itu, sedari tadi ia menatap datar Rania yang tengah tertawa terbahak-bahak.

Gio menduduki sofa samping gadisnya yang masih belum menyadari keberadaannya. Melihat itu, membuat Gio tidak suka. Rania harus selalu memperhatikannya!

Dengan raut wajah kesal Gio memeluk erat tubuh Rania dari samping dan langsung menyusupkan kepalanya di dada Rania.

"Eh!" Rania terpekik kaget. Ia melihat ke bawahnya dan mata bulatnya langsung bertubrukan dengan manik hitam legam milik Gio yang menatapnya dingin.

"Kak Gio, emm jangan kayak gini kak." Rania menggeliatkan tubuhnya dan juga mendorong pelan bahu Gio agar melepaskan pelukannya.

Gio yang masih memeluk pinggang Rania menukikkan alisnya tajam. Ia tidak peduli dengan tangan mungil tak bertenaga yang mendorong pelan bahunya itu. Gio semakin memeluk erat pinggang ramping Rania dan kepalanya di miringkan.

Rania mengatur napasnya agar beraturan. Ia biarkan saja pria bernama Gio Pratama itu yang tengah menciumi belahan dadanya dibalik baju kaos oversize berwarna hitam polos yang dipakainya. Ia memilih kembali fokus menonton kartun lagi.

Gio mendongak menatap wajah Rania yang tengah tertawa pelan itu. Raut wajah Gio terlihat muram, ia membenturkan kepalanya kesal ke dada Rania dengan sedikit keras, membuat Rania terkejut dan sedikit meringis.

Gio mencium belahan dada Rania yang kini sudah terpampang karena baju oversize berwarna hitam itu sudah ia tarik ke bawah sehingga memperlihatkan belahan dadanya.

"Emmemmm," gumam Gio tidak jelas. Ia sedang mengusak kepalanya di dada Rania membuat wajah Rania merona.

"Hahaha, kak Gio gelihh." Rania mendorong pelan kepala Gio alhasil kepala Gio mendongak ke atas. Gio menatap lekat manik Rania, membuat Rania risih dan mengalihkan tatapannya dari tatapan Gio.

Perlahan wajah Gio maju dan mengikis jarak diantara mereka. Rania yang sudah hapal dengan ini semua, langsung saja memalingkan kepalanya.

Gio terkekeh kecil kemudian secepat kilat ia mencium pipi Rania. "Kenapa lo selalu gak mau di cium?"

Mata Rania mengerjap-erjap pelan dan menatap polos kepada Gio. "Karena kata bunda Yemi, 'Seorang perempuan harus menjaga tubuhnya dari laki-laki'. Jadi aku harus menjaga tubuh aku dari Kakak. Tubuh aku boleh di sentuh dan di cium sama suami aku aja. Jadi kakak gak berhak cium-cium dan pegang-pegang tubuh aku." jelasnya dengan suara pelan. Matanya menatap penuh harap pada manik hitam milik Gio yang menatapnya geli.

Possessive GioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang