Bab 32[gen aktor]
Happy reading:)
_____________________________________
__________________________
Di dalam kamar bernuansa dark itu Gio duduk di pinggir kasur memangku Rania yang menangis memeluk lehernya.
"Ia kenapa nangis?" tanya Gio dengan nada lucu seperti biasanya.
Gio ini, masih saja bisa bersikap manja. Padahal Rania sedang menangis.
"A-aku gak papa." Rania bersusah payah berucap.
"Aku liat di google katanya kalo cewek udah bilang gak papa pasti ada apa-apa. Ribet banget padahal tinggal ngomong aja ada masalah tapi malah ngomong gak ada apa-apa."
Rania menatap Gio dengan wajah mengkerut. Pasalnya ia heran karena Gio cerewet, biasanya tidak seperti ini. Gio hanya akan cerewet saat ia meminta nenen.
"Ya aku gak kenapa-napa. Tadi aku nangis gara-gara Resya ngomong bikin aku nangis."
"Resya nyakitin kamu? Ngomong apa dia? Kok dia jahat sih bikin kamu nangis? Katanya kalian sahabat, udah pernah beli kalung juga kan? Sampe aku ijinin kamu ngelepas kalung yang aku kasih buat make kalung kembaran itu yang kata kamu best friend."
Rania melongo mendengar ucapan panjang itu dengan nada kesal. Apalagi melihat wajah Gio yang biasanya dingin dengan ekspresi datar tanpa ekspresi itu menjadi imut sekali. Rania berpikir mungkin Gio ada gen aktor dari saudaranya.
"Enggak kak, Resya baik kok. Kakak jangan berpikiran negatif ke Resya."
"Habisnya kata kamu Resya ngomong sesuatu sampe bikin kamu nangis. Pasti Resya ngatain kamu kan?"
"Enggak kakak, astaga."
Ini kenapa jadi Rania yang harus menenangkan Gio? Seharusnya ialah yang menenangkan dirinya agar berhenti menangis. Sekarang tanpa dibujuk pun Rania sudah tidak menangis.
"Hm yaudah, lain kali jangan nangis gitu. Kamu bikin aku khawatir." Gio menatap Rania berkaca-kaca, puppy eyes.
"Iya kak."
Gio memeluk Rania dan meletakkan kepalanya di leher Rania. Lengan yang berada di pinggang Rania mempererat rengkuhannya. Rania mengusap wajahnya yang basah karena air mata.
"Ia, nen."
"Heh!" sudah Rania duga, Gio cerewet begini pasti akan meminta nenen. Karena Gio tidak mungkin berbicara banyak hanya untuk membahas hal yang tidak penting.
Eh tapi memangnya nenen penting?
Penting sekali, bagi Gio itu adalah hal yang paling penting sedunia yang lain tidak penting.
"Kenapa?" tanya Gio menatap Rania polos.
"Kakak mah, aku lagi nangis loh."
"Ya terus kenapa? Yang nangis mata kamu bukan nenen kamu. Jadi ayo dibuka mba bajunya hihi."
Sikap Gio random sekali.
"Males ah kak. Kan lagi ada temen-temen kita kak. Kamu kalo udah nenen bisa berjam-jam," ujar Rania kesal. Menurutnya sikap Gio itu berubahnya di waktu yang tidak tepat.
"Iaaaa, mau nenen."
"Enggak boleh."
"Ia, mereka itu pasti lagi sibuk mesra-mesraan."
Bohong, ucapan Gio itu kebohongan. Pasalnya di ruang tamu tersebut hanya ada suara isakan dari dua orang perempuan itu. Draka sedang bermain game sambil memangku Rere, sedangkan Daniel sedang mengintrogasi Resya. Ia menanyakan penyebab mereka menangis, padahal tidak usah segitunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive Gio
Romance[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] 18+ [BAGI YANG BELUM CUKUP UMUR MENDING CARI CERITA LAIN DAH JANGAN BACA CERITA INI! Aku udah kasih warning loh ya] Gio Pratama, nama panjangnya dan akrab disapa Gio. Cowok dengan julukan pria tak tersentuh yang begitu...