[22]

22.5K 716 24
                                    

Bab 22[mulai membaik]

Warning! Ada adegan yg cukup dewasa!
Bacanya pas buka puasa yaaa!! Jangan bandel!
Dosa ditanggung sendiri²!🗿

Happy reading:)

_____________________________________

__________________________


"Kakak, gak mau! Turuninnn!"

"Diamlah."

Rania tetap memberontak, ia memukul-mukul tubuh Gio dan kakinya bergerak menendang-nendang dengan brutal. Rania tak mempedulikan para maid yang berlalu lalang berpapasan dengan mereka. Yang terpenting bagaimana caranya turun dari gendongan Gio.

Rania masih terus memberontak hingga mereka berada di dalam lift. Rania tak menyadari, raut wajah Gio berubah datar.

"Diem," suara Gio tersirat akan peringatan.

"Gak mau! Turunin! Aku gak mau mandi bareng!"

Rania tetap memberontak tak menyadari tatapan mata elang dari Gio. Tiba-tiba Gio menurunkan Rania membuat senyuman tersungging di bibir Rania. Namun senyuman itu sirna ketika Gio membentur tubuhnya ke dinding lift dan langsung mengukungnya.

"Aku rindu bibir kamu." bisik Gio di bibir Rania. Bibirnya tersenyum smirk.

Rania melotot terkejut, belum sempat ia memberontak, bibir kenyal nan basah sudah lebih dulu menempel di bibirnya. Rania masih terdiam ketika bibirnya di lumat oleh Gio. Namun ketika Gio menggigit bibir bawahnya dan langsung memasukkan lidahnya untuk menjilat semua bagian yang ada di dalam mulut Rania, seketika itu juga Rania tersadar.

Rania memang sudah menerima Gio apa adanya, tapi tidak dengan bersalaman bibir ini. Ia tidak mau, dan akhirnya memberontak melepaskan diri.

Gio menggeram kesal karena tangan Rania memukul bahunya. Batinnya berkata 'kapan sih Rania gak berontak pas lagi di cium.' ia jengah dengan pemberontakan Rania, ia ingin Rania membalasnya!

Gio melepaskan bibirnya dengan wajah ditekuk membuat kerutan halus di dahi Rania terlihat. Rania bingung, ada apa dengan Gio.

Rania bertambah bingung saat Gio bergerak menjauh darinya dan menolehkan wajahnya ke samping, tak mau menatap Rania.

Dengan sedikit keberanian, Rania mendekat. "Kakak kenapa?"

Isak tangis terdengar membuat Rania membelalakkan matanya. Rania bisa lihat tangan Gio menutupi wajahnya dan menangis hebat.

"Kakak nangis?"

"Hiks kamu kenapa sihhh hiks gak mau aku cium huaa!" sentak Gio sesenggukan tubuhnya pun bergetar hebat. Melihat itu membuat Rania mendekat ke belakang Gio karena cowok itu membalik badannya tak ingin menatapnya.

"Emm, karna gak enak kak. Bikin sesek."

"Enggak kalo kamu menikmati!"

"Enggak, tetep bikin sesek."

"Kalo kamu balas ciuman aku pasti gak bakalan sesak kok." kali ini Gio tidak berucap ketus, melainkan lembut. Dan kini, ia membalikkan badan menghadap Rania.

"Mana ada kek gitu."

"Gak percaya?"

"Enggak."

"Yaudah ayo kita praktekkan."

Tubuh Rania di dorong perlahan ke dinding di belakang tubuh Rania. Wajah Gio sangat mesum bak pedofil yang tengah melakukan pelecehan pada anak kecil. Sangat cocok sekali mereka berdua dikatakan seperti itu, karena tubuh Gio yang besar nan tinggi, dan tubuh Rania yang sangat mungil seperti anak SMP.

Possessive GioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang