[21]

19K 663 15
                                    

Bab 21[impossible]

Happy reading :)

_____________________________________

__________________________

Keadaan hening sejak 10 menit berlalu disaat Gio menghentikan ceritanya. Rania dan Gio sama-sama terdiam dengan pandangan lurus ke depan, tak ingin menengok satu sama lain.

"Kau mengingkari ucapanku, Rania."

Tiba-tiba Gio memulai percakapan tanpa menoleh pada Rania. Begitupun dengan Rania, ia merasa sangat terkejut dan perasaan campur aduk melekat pada dirinya. Rania tidak percaya.

"Aku bilang, jangan pernah melupakanku."

Kali ini Gio menoleh, menatap tajam wajah gadisnya. Bagaimana bisa gadis kecil ini melupakan dirinya, sedangkan ia mati-matian menahan rasa rindu kepadanya.

Setiap malam selalu memimpikannya, setiap saat selalu memikirkannya, dan selalu ingin memilikinya. Tapi ternyata, gadisnya sama sekali tidak mengenalnya.

Gio maju mendekati Rania. Pinggang ramping itu di tarik oleh salah satu lengannya hingga membentur dadanya. Satu tangannya lagi menarik dagu Rania agar mendongak. Sedikit mencengkram.

"Kenapa diam? Jawab." ucap Gio dingin.

"Mmm." Rania menunduk. Ia bingung ingin menjawab apa. Perasaannya campur aduk.

"Hm?"

"A-aku... kak--" Rania tak bisa berucap.

Ini semua sangat tidak mungkin. Rania sangat tidak percaya bahwa lelaki di depannya itu adalah kakak angkatnya yang sudah lama ia nantikan. Walaupun ini terasa tidak mungkin.

"Kakak gak mirip sama kak Iyo." Rania bisa berucap selepas mengatur napasnya. Rania masih tak berani menatap Gio.

"Kenapa?*

"Kak Iyo itu baik, penyayang, lembut. Gak kayak kak Gio, kasar, jahat, mesum. Beda jauh."

"Benarkah? Katakan apa lagi yang membuatku berbeda dengannya."

"Kakak... manja." Rania mengulum bibirnya.

"Kak Iyo sosok kakak banget, kalo kak Gio brengsek." tambahnya.

"Terus?* tanya Gio. Ibu jari dan telunjuknya mengapit dagu Rania agar mendongak.

"Muka kak Gio beda banget. Aku gak bisa ngenalin kakak, karna dari awal kakak udah mesum sama aku. Tiba-tiba cium aja."

"Kak Iyo, baik. Gak pernah bentak-bentak, lembut kalo ngomong sama aku, penuh kasih sayang."

Keduanya terdiam. Rania menatap ragu pada Gio, sedangkan sang lawan bicara tengah menatap dirinya datar dan berekspresi rumit.

"Rania, semua laki-laki pasti akan berubah karena ia melakukan proses baligh."

"Sikapku dulu hanya penipuan. Kau tidak tahu, aku di sekolah bagaimana. Aku bersikap seperti yang kau ucapkan tadi, karena aku ingin membuatmu nyaman. Sikapku yang asli adalah yang sekarang."

Possessive GioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang