[34]⚠️🔞

21.8K 441 36
                                    

Bab 34 [Marah]

Happy reading:)

_____________________________________

__________________________

Malam hari ini cuaca terasa sangat sejuk sekali, sebab kota metropolitan ini dilanda gerimis sedari sore hari. Udara dingin itu tak mampu menembus ke dalam kamar di sebuah mansion. Kamar ini sudah dinyalakan penghangat ruangan sehingga kedua manusia berbeda jenis kelamin itu yang tengah tiduran di sofa tidak akan merasakan dingin. Namun lain hal jika jendela besar itu dibuka.

Rania dan Gio tengah bersantai di sofa sembari menonton televisi yang menayangkan film kartun dari negeri sakura. Namun, Gio tidak menontonnya, yang menonton hanyalah Rania. Posisinya adalah Rania berbaring menyamping di pojok sofa dan di depannya ada Gio berbaring menghadap ke arahnya.

Rania berdecak malas. Pria yang berusia berbeda dengannya itu tengah mengusak wajahnya di belahan dadanya yang terlihat karena ia memakai tanktop hitam sehingga membuatnya merasa geli. Tangannya pun berulah nakal, ia mengusap perut rata Rania yang terlihat karena baju yang dikenakannya adalah crop top.

Kalau sudah begini pasti akan..

"Ia, e-."

"Gak." tolak Rania cepat. Ia memutar bola matanya malas, sudah tau dengan kodrat Gio.

"Hah? Kok Ia nolak sih?" ujar Gio kaget, ia menatap tak percaya pada Rania yang masih tetap menatap TV.

"Emang gak boleh?" tanya Rania tanpa melirik Gio.

"Ihh gak bolehlah, kamu harus nyusuin aku aja."

"Siapa kamu, nyuruh nyuruh?"

"Ia jangan gitu!"

"Kenapa? gak suka?"

Gio menatap Rania berkaca-kaca. Rania tidak tahu saja, jika bersama dengannya hati Gio itu hello Kitty, lemah, mudah retak.

"Ia kok gini?"

"Gini gimana?"

"Ia jangan menyudutkan aku huaaa."

"Eh," kaget Rania. Ia tidak mengira Gio akan menangis hanya karena ini.

"Kakak, aku cuma bercanda."

Rania mendekap kepala Gio ke dadanya dan kakinya mengapit tubuh Gio seperti guling. Rania tertawa keras, jika sudah membuat Gio menangis pasti akan ada rasa kesenangan tersendiri baginya. Rania seperti menjahili adik-adiknya.

"Udah kak, cengeng banget sih."

"Kamu hiks bikin aku takut hiks."

"Masa sih?"

"He'em." Gio sesenggukan di dada Rania.

Rania terkekeh. Ia mengelus lembut rambut Gio membuat laki-laki manja ini semakin mendekapnya erat. Gio mendongak menatap Rania polos.

"Nenen."

Rania merotasikan matanya malas, ia menunduk ke bawah hanya untuk mendapati tatapan polos bak bayi. Tapi ini bayi Dugong.

"Kakak umur berapa?" tanya Rania lembut khas pertanyaan seorang ibu. Rania mengelus poni Gio agar tidak menutupi dahinya.

Walaupun bingung Gio tetap menjawabnya dengan alis menukik, "18 tahun."

"Udah gede kan? Berarti udah gak boleh nenen. Kalo kakak umurnya masih satu tahun, baru boleh nenen."

Gio mengerutkan keningnya sedih, bibirnya pun menekuk ke bawah. Ia mendongak menatap Rania kembali.

Possessive GioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang