[16]⚠️🔞

41.8K 816 6
                                    

Bab 16[Nen lagi]

Happy reading:)

_____________________________________

_______________________

Rania menatap Gio yang terlelap dengan berdiri di pinggir ranjang. Tadi setelah berdebat hingga setengah jam lamanya, akhirnya Gio melepaskan Rania. Namun cowok itu kembali memejamkan matanya.

Rania bingung, ia sebenarnya ingin pergi sekolah. Ia tidak mau ada keterangan alpa di absen. Ia juga tidak mau ketinggalan pelajaran yang susah masuk ke otak.

Ketahuilah, Rania itu bukan gadis pintar. Ia hanya murid biasa sama seperti sahabatnya yang memiliki IQ di bawah rata-rata.

"Engh, Nia."

Rania terkesiap mendengar lenguhan dengan suara deep voice. Di sana terlihat Gio tengah menggeliat dan mengucek matanya menggunakan punggung tangannya.

"Good morning." sapa Gio riang menatap Rania yang berdiri menjulang di pinggir ranjang.

Bibir Gio berkedut ke depan, matanya berkaca-kaca. "Humm, Rania gak bales aku." lirihnya hampir menangis, suaranya bergetar.

'cengeng banget.' batin Rania.

"Morning," balas Rania. Balasan Rania terkesan cuek, namun mampu membuat Gio tersenyum senang.

"Nia peluuukk." Gio merentangkan kedua tangannya dengan masih berbaring.

"Mandi kak."

"Hug duluuu, please." Gio memohon dengan puppy eyes.

Rania menghela napas gusar. Terpaksa ia menuruti kemauan Gio karena tidak kuat dengan tatapan Gio yang sangat lucu, omaygat.

"Nia aku punya panggilan khusus ke kamu." ucap Gio ketika Rania sudah berbaring di sampingnya dengan memeluk tubuhnya.

Gio yang tengah menidurkan kepalanya di dada Rania, lantas mendongak ingin melihat wajah cantik gadisnya. Rania menunduk membalas tatapan Gio yang lucu ketika dilihat dari atas sini.

"Apa?" tanya Rania. Ia tak kuat untuk tidak mengelus rambut halus Gio.

"Ia, aku mau panggil kamu Ia. Hehe lucu kannnn."

"Hmm,* gumam Rania bingung. Panggilan itu begitu menggelikan. Sejauh ini tidak ada yang pernah memanggilnya dengan sebutan itu.

"Ia mau nenennnn." rengek Gio.

"Mandi dulu, kakak bau iler," alibi Rania.

"Ih aku enggak ngiler!"

"Eh tapi semalem keknya ngiler deh soalnya ngemut-ngemut punya Rania, enyak sampe bikin aku ngeluarin air liur."

Astaga, Rania begitu malu wajahnya sangat memerah. Gombalan pria ini agak mainstream, bukannya menggoda dengan kata-kata romantis, melainkan dengan godaan seperti.. akh Rania tak bisa mendeskripsikannya.

"Udah, sana mandi."

"Ia sekarang hobi banget nyuruh aku mandi, dari tadi lohhh gak capek apaaa? Aku aja dengernya capek." Gio mendongak menatap Rania lucu. Jari-jemari Gio memainkan tali tanktop yang dikenakan Rania. Menarik-narik tali itu ke pinggir. Rania memang memakai tanktop hitam dan celana jeans pendek.

"Enggak."

"Ia, aku capek tiap hari sekolah. Sekali-kali aku mau tiduran ajaa gitu di kasur, seharian." curhat Gio menatap belahan dada Rania.

"Terus gak mandi?"

"Iyaaa, mandinya satu kali aja nanti sore."

"Gak makan?"

Possessive GioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang