[44]

2.7K 113 60
                                    

Bab 44[Clarity]

Happy reading:)

_____________________________________

_______________________

Waktu menjelang sore tiba yang dimana pemilik mansion ini sudah pulang dari menuntut ilmu. Jeffrey berjalan cepat sambil membuka tasnya dan melempar ke sembarang arah. Ia ingin cepat-cepat bertemu mataharinya.

Tidak perlu repot-repot mencarinya karena tadi pagi gadis manisnya sudah izin ingin mengerjakan tugas di kamar Rania. Lantas ia dengan cepat menaiki lift dan menekan tombol lantai 2.

Rania dan Elisa yang tengah asik menonton film horor itu langsung terkejut ketika pintu kamar Rania dibuka secara tiba-tiba dan pelaku yang membuat mereka jantungan itu dengan tanpa dosa berjalan ke arah Elisia yang tengah menelungkup lalu memeluknya mesra.

Posisinya adalah Jeffrey yang menindih Elisa dan menelungkupkan kepalanya di leher wangi gadisnya itu. Rania hanya menatap malas adegan romantis itu, ia lebih memilih menonton kembali.

Jeffrey menciumi pipi Elisia sarat akan kerinduan hingga kepalanya harus bergeser ke samping. . Tubuhnya pun direngkuh erat pria itu. Jeffrey menciumi tengkuk Elisia, tempat favoritnya.

Rania menghela napas kencang. Tidak perlu menonton drama Korea untuk melihat adegan romantis, cukup berada di pinggir mereka berdua saja Rania yakin keromantisan di dalam drama akan kalah dengan mereka berdua.

"Kak, ada Rania."

"Kangen."

Sebenarnya sudah sering kali Rania melihat adegan seperti ini. Setiap Juned sehabis pulang sekolah pasti akan ada rutinitas seperti itu. Pertama kali lihat Rania sangat terkejut karena manusia es bisa bersikap manja juga.

Elisia menatap Rania melas meminta pertolongan. Mau tidak mau Rania membantunya.

"Kak Juned, laper nih dari tadi kita berdua belum makan."

Setelah mendengar ucapan Rania barulah Jeffrey berhenti. Ia menatap Elisia tajam, "kamu belum makan?"

"Iya tadi kita ngerjain tugas banyak banget, tapi aku makan cemilan kok buat ngeganjel."

"Bagus."

Cup

Rania langsung memalingkan wajahnya melihat lelaki es itu mencium bibir kecil Elisia. Rania harus banyak bersabar di rumah ini demi kewarasannya. Kadang ia merasa iri, sudah lama ia tidak dimanja oleh Gio.

'ets gak boleh mikirin cowok itu lagi!' batinnya.

"Ayo makan."

***

Malam sudah sangat larut, kendaraan di jalanan mulai sepi hanya beberapa saja yang masih bisa menyetir walaupun waktu sudah menunjukkan pukul 00:54 dini hari.

Di gedung salah satu yang berdiri di kota Jakarta ini terlihat sepi, para pegawai sudah pulang tersisa beberapa pegawai yang sedang lembur. Di lantai paling atas gedung ini, yaitu tempat dimana presdir perusahaan ini duduk pada kursi kebesarannya.

Di sofa yang terdapat di ruangan remang-remang itu, terlihat siluet manusia. Di sana ada 4 siluet pria yang memiliki postur tubuh yang berbeda-beda. Yang paling kekar duduk di sofa tunggal, terlihat sekali kalau ia paling beda dari yang lainnya.

"Gue gak ngerti sama jalan hidup lo." kesal salah satu pria disana yang bernama Draka.

Ya, ke empat lelaki primadona SMA Nusa Bangsa itu sedang berkumpul di perusahaan milik ayah Gio. Ini perusahaan kedua yang di bangun olehnya, perusahaan utama keluarga Pratama itu hanya akan dipegang oleh ayah Gio dan akan diwarisi oleh cucunya nanti.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 25 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Possessive GioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang