✩.・*:。≻───── ⋆♡⋆ ─────.•*:。✩
Happy Reading
✩.・*:。≻───── ⋆♡⋆ ─────.•*:。✩Tanpa mereka sadari seseorang memperhatikan mereka dari balik pohon, seseorang itu tersenyum getir mendengar percakapan Nayla sedari tadi. Dia langsung pergi meninggalkan mereka Saat Alfan tanpa sengaja melihat nya, Namun sepertinya Alfan tidak memperdulikan nya.
Dia berlari menuju lapangan Basket dan duduk sendirian di tribun. Diam-diam dia menangis, sampai seseorang menepuk bahu nya.
"Vin, lo kenapa?" tanya Vivi
"Nayla" jawab Gavin berusaha menahan tangis nya.
"Gue tau" ujar Vivi langsung memeluk Gavin dan mengelus punggung nya. Gavin menangis tersedu-sedu di pundak Vivi. Vivi juga mulai merasakan bahwa pundak nya mulai basah karena air mata Gavin. Tangis Gavin mulai reda namun sesegukan nya masih belum hilang
"Lagian lo ngapain kasih celah buat dia deket sama Nayla?"
"Gue pikir Nayla gak bakal nyaman sama dia"
"Yaudah sabar aja kalau emang Nayla Nyaman sama Alfan"
Gavin hanya mengangguk lesu "Hati gue sakitt" adu Gavin sambil memegangi dada nya.
"Hati gue jauh lebih sakit Vin liat lo nangisin Nayla padahal gue juga suka sama lo" batin Vivi
"Lupain Nayla Vin, gue tau itu susah tapi lo harus berusaha" ujar Vivi mengelus pundak Gavin
"Lo gak tau kan?, di sekitar lo juga ada yang suka sama lo, cuma dia mendem semua perasaan nya sama lo, karna dia tau lo suka sama Nayla" ujar Vivi sambil beranjak dari duduk nya.
Gavin menatap ke atas melihat Vivi pandangan mereka bertemu "Siapa Vi?" tanya Gavin
"Lo bakal tau Nanti" jawab Vivi lalu meninggalkan Gavin sendirian. Gavin masih memikirkan apa maksut ucapan Vivi tadi, orang terdekat?, Gavin tidak punya orang terdekat mungkin itu hanya keluarga nya, Nayla dan Vivi. Apakah mungkin Vivi yang selama ini menyimpan perasaan pada nya?. Gavin benar-benar bingung saat ini, dia menutuskan untuk ke kamar mandi dan membasuh Wajah nya yang tampan.
Gavin bercermin dan melihat penampilan nya namun sekali lagi dia masih memikirkan kata-kata Vivi tadi.
"Vivi suka sama gue?" tanya Gavin pada diri sendiri
"Gue gak ada orang terdekat selain mereka"
Gavin di kejutkan karna tiba-tiba Alfan memasuki Toilet. Alfan menyapa Gavin. "Lo tau gak Nayla udah Nyaman sama Gue"
"Wah selamat ya"
"Iya makasih"
Gavin berjalan saat di depan pintu Gavin mengucapkan sesuatu "Gue bakal ungkapin perasaan gue sama Nayla" Alfan yang mendengar itu reflek menoleh dan memegang pundak Gavin.
"Lo gila hah?, saat dia udah nyaman sama gue lo mau ungkapin perasaan lo"
Gavin menoleh dan menatap Alfan lekat "Gue cuma mau ngungkapin, toh lo bilang dia udah nyaman sama lo, jadi lo gak usah takut, gue gak obsesi sama dia" jawab Gavin sambil melepaskan tangan Alfan dari pundak nya dan meninggalkan Alfan sendirian.
Gavin berjalan menelusuri lorong sekolah dan sampai pada kelas nya, Gavin langsung menghampiri tempat duduk Nayla "Nanti pulang sekolah jadi ya Nay, sekalian gue pengen ngomong penting sama lo"
"Lo tenang aja gue udah bilang sama Alfan, gue pinjem lo bentar" ujar Gavin
"Pinjem-pinjem dikira gue barang apa" jawab Nayla kesal
"Gemesss" ucap Gavin sambil mengacak Rambut Nayla
"Gavin ihhh jangan di acak-acakk" sebal Nayla
Gavin tersenyum dan segera menuju tempat duduk nya sendiri di samping nya terdapat Vivi yang sedang memaikan ponsel nya. "Vi" panggil Gavin pelan dan Vivi menoleh. "Kenapa?"
"Maksut lo di tribun tadi apaan? Gue gak ngerti"
"Lo bakalan ngerti Vin tapi gatau kapan, lo cari tau sendiri ya" Jawab Vivi. Gavin menganggukan kepala nya
Pelajaran di lakukan seperti biasanya dan tibalah saat pulang sekolah. Saat yang paling di tunggu oleh semua siswa, yang awalnya mengantuk kembali menjadi segar saat belajar berbunyi. Nayla menoleh kebelakang melihat Alfan yang mengemasi barang nya tanpa melihat ke Nayla dan langsung keluar kelas. Nayla bingung namun Nayla berpikiran bahwa Alfan sedang terburu-buru ke suatu tempat.
Gavin menghampiri Nayla lalu memegang tangan Nayla. "Yuk Nay"
"Eh iya ayuk"
Nayla dan Gavin berjalan bersama menuju parkiran dan langsung melesat kerumah Gavin. Nayla turun dan membuka helm nya Gavin juga melakukan Hal serupa. Gavin menggandeng Nayla memasuki rumah nya dan di sambut oleh adik Gavin yang sedang bermain bersama Mama Gavin.
"Ehh halo Nayla sayangg" sapa Mama Gavin
"Halo juga Tante" balas Nayla
"Lo ke kamar gue aja gue bawain eskrim nya ke atas"
"Iya Nayla masuk aja ke kamar Gavin gak usah sungkan"
"Iya Tan makasih"
Nayla berjalan menaiki tangga dan memasuki Kamar Gavin. Kamar Gavin sangat Rapi berbeda dengan banyangan Nayla bahwa kamar cowo itu kotor, Banyak yang berkata seperti itu namun Nayla kini paham bahwa tidak semua laki-laki seperti itu.
Gavin datang dengan membawa beberapa macam eskrim di nampan milik nya dan meletakkan nya di meja kecil kamarnya.
"Nih Nay di makan"
"Wahhh makasih Gavin Ganteng"
"Gue emang Ganteng Nay"
Nayla memakan eskrim tersebut dengan lahab, kadang Gavin bingung apakah Nayla tidak merasakan ngilu pada gigi nya, padahal Nayla hampir setiap hari memakan eskrim. Walaupun Nayla sudah sering di larang oleh bunda dia tidak pernah mendengarkan nya. Bandel sekali bukan?
Nayla menghabiskan semua eskrim yang di bawakan oleh Gavin. Gavin yang sedari melihat Nayla memakan semua eskrim nya menatap Nayla Cengo
"Gigi lo nggak ngilu Nay?"
"Engga kokkk ini enak banget malah, lo ada lagi?"
"Heh bocil, lo gak boleh makan eskrim banyak-banyak sama bunda lo" ujar Gavin sambil menyentil kening Nayla.
Nayla mengerucutkan bibir nya sambil mengelus kening nya "sakit tauu"
"Hehehe maaf dehh"
"Hihihi miif dih" cibir Nayla
"Heh gak boleh gitu gue cium lo nanti"
"Sini sini hah gak takut" ujar Nayla menantang
Gavin dengan cepat mencium bibir Nayla dan langsung melepas nya hanya seperkian detik saja kejadian itu sangat cepat hingga membuat Nayla diam mematung.
"Nay" panggil Gavin dan Nayla menoleh
"Gue sayang sama lo, lebih dari sekedar temen" ungkap Gavin tiba-tiba.
࿇ ══━━━━✥◈✥━━━━══ ࿇
To be continue.....
࿇ ══━━━━✥◈✥━━━━══ ࿇
KAMU SEDANG MEMBACA
Crush
RomanceMenceritakan seorang Gadis pindahan dari Korea selatan yang disukai oleh ketua basket di sekolah baru nya. Ketua basket tersebut sangat tampan dan menjadi idaman para gadis, Namun belum pernah ada yang mendapatkan hati nya. Sang ketua langsung meny...