ENAM

54 6 0
                                    

            "Ash, lo bawa sabun nggak? Gue lupa bawa lagi, sialan," umpat Harry, padahal ia sudah mencatat kebutuhan peralatan dan perlengkapannya, tapi bodohnya ia melupakan fakta bahwa pouch alat mandi miliknya telah dibuang secara paksa oleh adik perempuannya karena Harry mengambil sabun mandi favorit kesukaan Lea, adik perempuannya.

"Lupa sama sengaja sih beda tipis ya, Har," sindir Asher, ia mengeluarkan roti rendah lemak miliknya dari balik ransel hitam yang ada dibawah kakinya.

"Lo pada nggak mau turun makan?" Maverick tiba-tiba menonggolkan kepalanya dari arah bawa pintu bis, "nggak mau turun juga?" tanyanya. Ia baru saja selesai mengatur dua belas mahasiswa lainnya dan mengarahkan mereka untuk makan di restoran yang sudah ditunjuk sebagai destinasi tempat makan.

Asher menggoyang-goyangkan bungkusan rotinya pada Mave, "Nggak, anak gym harus tetap maintain bentuk tubuhnya biar makin gemoy," tidak lupa dengan alis tebalnya yang naik turun ketika mengatakan hal tersebut. Sudah dua tahun ini memang Asher telah mengatur semua makanan yang masuk ke dalam tubuhnya agar usahanya di tempat gymtidak sia-sia.

"Terserah," Maverick memutar bola matanya karena sudah biasa menurutnya, "lo nggak turun, Har?"

"Turun kok," jawab Harry.

Maverick menganggukan kepalanya dan menaiki anak tangga bis agar dapat melihat perempuan yang saat ini sedang merapihkan tempat duduknya. "Jade, lo nggak makan? Ada soto sama sate ayam sih tadi gue liat di resto."

"Oh, sate ayam sama soto ya? Nggak jadi turun deh kalau gitu," jawab Jade ragu-ragu, ia tidak begitu menyukai sate ayam karena ia jauh lebih memilih untuk makan sate kambing atau sapi, lalu untuk soto? Ia memutuskan untuk berhenti makan soto ayam karena makanan itu adalah makanan favorit dari Ian.

"Lo nggak suka sate ayam sama soto?" Maverick bertanya dengan heran, menurutnya jarang ada yang tidak menyukai kedua makanan itu.

Asher dan Harry menutup mulutnya rapat-rapat dan hanya melihat dan mendengarkan interaksi kedua orang yang ada di dalam bis itu.

"Ya, nggak suka," ujar Jade.

Maverick melepaskan hoodie hitamnya akibat cuaca yang begitu panas di luar, ia kemudian berjalan semakin dekat ke arah tempat duduk Jade, "Lo mau makan apa? Gue bisa beliin di tempat lain kalau emang lo nggak suka sama soto ayam dan sate."

"Eh? Nggak usah, Kak," Jade menolak.

"Nggak apa-apa. Lo mau makan nasi goreng aja? Atau mungkin ayam bakar? Gue sempet liat beberapa menu di resto tadi sih." Ketika Maverick selesai mengatakan apa yang ia inginkan, ia telah sampai di depan Jade. Matanya benar-benar menatap lurus dan melakukan eye contact yang sangat ... membingungkan bagi Jade. "Ada makanan Jepang juga deh tadi gue liat," Maverick menunduk sedikit karena tingginya yang tidak tersahabat dan tidak dapat mengedarkan pandangannya ke depan bis, "ah, iya, ada makanan Jepang disitu," ia menunjuk salah satu resto Jepang yang begitu ramai dengan telunjuknya.

"Nggak usah, Kak. Gue udah makan kok tadi," tolak Jade dengan halus meskipun sangat berbanding terbalik karena ia sama sekali belum makan dari pagi.

"Oke," Maverick menjawab.

Mendengar jawaban bodoh nan singkat yang diberikan oleh temannya itu langsung saja membuat mulut Harry dan Asher terbuka sangat lebar, "OKE?" seru Asher frustasi, ia bahkan tidak sengaja membuang roti yang ada di genggamannya.

"Orang tolol!" seru Harry marah.

Jade tersenyum miris dengan reaksi yang diberikan oleh kedua orang yang duduk di depannya saat ini. Jujur saja ia tidak begitu peduli dengan oke yang diberikan oleh Maverick karena memang dirinya yang dari awal menolak untuk merepotkan cowok itu, tapi kenapa hatinya seakan teriris?

"Turun, ayuk, kita makan," Maverick memutar kepalanya ke barisan tempat duduk Asher, "roti lo juga udah kebuang kan," matanya terarah ke lantai. Tanpa menunggu jawaban dari kedua sahabatnya itu, Mave turun dari bis dengan langkah lebarnya itu, namun sempat berpapasan dengan Kian Harvey yang baru saja tiba dengan menggunakan mobil kampus, "dua puluh menit lagi kita berangkat."

Kian yang baru saja selesai menaruh kopernya hanya dapat menganggukan kepalanya dengan lelah. "Dua puluh menit, that's enough."

"Loh? Gue kira lo nyusul langsung ke Surabaya pakai pesawat," Harry mengerutkan dahinya begitu ia keluar dari dalam bis.

"Nggak, ternyata rapat sama Jutom lebih cepat dari perkiraan," jawab Kian, ia kemudian menyerahkan lembar report yang sudah rapi diketik dan dicetak oleh Yunanda, sang sekretaris Hima yang dipimpin oleh Harry. "Hasil report udah ada di dalam sini."

"Okay, thanks," Harry menerima lembaran tersebut dan menganggukan kepalanya dengan helaaan nafas, "ada dinas ke Surabaya aja tetap harus ngurusin Hima ya."

Kian tertawa dengan penuh sarkastis, "Baru ngerasa?" Ia sudah terbiasa untuk menggantikan tugas Harry karena Ketua Himanya itu bertugas untuk mengurus permasalahan internal. Maka dari itu, Kian yang seringkali dikirim untuk tugas perwakilan keluar kota untuk mewakili jurusannya.

"Ada titipan vitamin di tas gue dari Sherly," Harry tidak menanggapi apa yang dikatakan oleh Kian sebelumnya, "minum vitamin biar nggak mati muda. Habis dari Surabaya lo ada break tiga hari sebelum ke Jepara kan?"

"Ya, thanks," Kian lalu meninggalkan tempat dan naik ke atas bis tanpa menghiraukan Harry dan kedua laki-laki lainnya. Tujuannya adalah cepat-cepat naik dan memakan semua makanan yang dapat ia temukan di minimarket tadi sebelum datang ke rest area. Matanya menjelajah bangku-bangku yang sudah terisi dengan tas dari mahasiswa lain dan pada akhirnya terkunci dengan mata berwarna hitam yang begitu familiar baginya. Seutas senyum langsung saja merekah, "Jade."

"Kian!" seru Jade dengan penuh kegembiraan, akhirnya ia dapat menemukan orang lain yang ia kenal selain Samanta.

"Bangku lo kosong?"

"Kosong kok!" balas Jade, nada suaranya begitu gembira dan penuh kesenangan. Kalau orang lain mendengarnya, pasti dapat disangka kalau Jade sangat menyukai Kian sampai benar-benar menyambut pria itu dengan girang.

"Lo nggak makan?"

"Nggak," Jade menjawab.

"Kenapa?"

"Gue malas turun."

Kian kembali melebarkan senyumannya, "Untungnya gue udah beli beberapa camilan yang kemungkinan besar pasti lo suka. Ada oreo juga nih," ia mulai mengeluarkan satu persatu camilan yang ada dikantung belanjaannya, "ada yupi juga."

"Wah! Semua yang ada di kantung belanjaan lo," mata Jade berbinar ketika ia mengatakan kalimat selanjutnya, "semuanya kesukaan gue." Ia begitu takjub. "Kok lo bisa tau sih?"

"I know everything about you," Kian terkekeh keras. 

TAKE A CHANCE WITH METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang