TIGA PULUH ENAM

25 4 0
                                    

Enam jam yang lalu,

Mave baru saja mendapat kabar dari pamannya yang berada di Australia mengenai sahabat sekaligus pejuang kanker yang pernah bertemu dengannya ketika Mave sedang berlibur dan berkunjung ke rumah sakit tempat pamannya bekerja. Ia melangkahkan kakinya lebar-lebar dengan senyuman yang lebar, ia tidak sabar untuk bertemu dengan Christian. Namun, sebelum Mave masuk ke dalam kamar rumah sakit, ia dapat melihat sosok perempuan yang berada disebelah sahabatnya itu. Ia adalah Gia, Georgina Ario, perempuan yang beberapa minggu yang lalu ketika sedang menangis dipelukannya.

"Kenapa Gia bisa ada disini? With Christian?" Mave berkata dalam hati. Ia sungguh tidak dapat berpikir apapun saat ini karena pikirannya hanya mengarah pada satu kemungkinan. Christian adalah Ian yang selama ini disebut oleh Jade, pria yang menghancurkannya, yang membuatnya menunggu dan berujung patah hati. Sahabatnya adalah kekasih dari wanita yang ia cintai. Helaan nafas berat terdengar dari Mave, ia kemudian mengambil ponselnya dan mengetikkan suatu pesan untuk Jade, perempuan yang belum mengabarinya sepanjang hari ini dan selalu membuatnya khawatir.

Sepuluh menit Mave berdiri di depan kamar Christian sembari menunggu jawaban dari pertanyaannya untuk Jade, akhirnya Mave memutuskan untuk masuk ke dalam kamar tersebut ketika Gia sedang memberikan gelas berisikan air untuk sahabatnya itu.

"Mate! How are you?" Christian dengan gembira menyapa Mave yang berjalan masuk tanpa ekspresi, wajahnya begitu datar.

"I wanna ask you something," Mave menegaskan rahangnya. Ia tidak akan berbasa-basi lagi. Ia juga akan mengambil risikonya. Kalau memang betul Christian adalah Ian yang selama ini menyakiti Jade, ia akan pergi. Namun, kalau jawabannya adalah bukan, maka ia akan mengubah sikapnya dan memeluk sahabatnya yang sudah ia rindukan itu.

"You wanna ask something? Bisa nanti, mungkin? Gue mau kenalin lo sama Gia. She is my bestfriend," Christian menunjuk perempuan yang ada disampingnya itu dengan penuh bangga dan senyuman yang begitu lebar.

"Lo punya pacar?" tanya Mave tanpa memedulikan apa yang dikatakan oleh Ian.

"Pacar?" Christian mengerutkan dahinya heran, sepertinya ia pernah menjawab pertanyaan yang sama sewaktu mereka masih di Australia, "I told you already, mate, gue sama sekali nggak punya pacar."

"Lo kenal sama yang namanya Jade Hamilton?" Tick, tick, boom. Bom nuklir baru saja dijatuhkan oleh Mave karena dari raut wajah Christian, Mave sudah dapat mengetahui jawabannya. "Jadi lo adalah Ian," Mave tersenyum kecut. Sepertinya dunia memang sempit dan Tuhan sedang mempermainkan dirinya.

"Lo kenal sama Jade?" Kali ini Gia yang bertanya karena sepertinya Ian tidak dapat membuka mulutnya lagi ketika membaca raut wajah Mave. Tentu saja pria itu tau Mave sedang menahan emosinya, yang tidak ia ketahui adalah apa korelasi antara emosi Mave dengan Jade.

Tidak ada yang bersuara setelah itu seakan mereka sedang berkutat dengan pikirannya masing-masing, sampai pada akhirnya Gia berdeham dan memberanikan diri untuk bersuara, "Jadi, lo berdua mengenal orang yang sama? Lo kok bisa kenal sama Jade, Mave?"

"Ya, sayangnya kita mengenal orang yang sama," Mave berdecih.

"What do you mean?" Ian bertanya.

"You really think you could play dumb with me?" Mave membalasnya dengan pertanyaan juga.

"What about it?" Ian dengan serius bertanya, ia masih belum paham kenapa Mave marah kepadanya seakan pria itu begitu mengenal Jade dan benci padanya.

"She is the love of my life. I love her," Mave menjawabnya dengan suara yang lantang.

Ian menyunggingkan senyuman lebarnya, "Good for her. She really needs someone like you."

"Really? Remind me again, why are you acting like a jerk? Meskipun gue sayang sama dia, she loves you with all her heart, Christian! And you? Lo selalu mimpi untuk sembuh dan kembali ke kekasih lo, you always talk and dream about that since my uncle diagnosed your cancer. You love her too, am I right?" Mave tidak paham, pikirannya kembali berputar dan mencocokan semua cerita yang seringkali ia dengar mengenai Ian dari Jade, "kalau lo cinta sama dia, kenapa harus mempersulit keadaan? Lo kembali ke Indonesia dan Jade tetap ada disini untuk lo, kenapa harus mempersulit semuanya?"

"I don't think we should discuss about this. Not today," Gia menyarankan, dua jam yang lalu ia baru saja kembali dari konsultasi dokter dan mereka mengatakan bahwa kondisi tubuh Ian sudah tidak begitu bagus lagi.

"Tell me, Chris!" Mave menaikan nada suaranya ketika memanggil nama dari pria yang sempat ia sebut dengan julukan sahabat, namun sepertinya setelah hari ini ia akan menyebut pria itu sebagai pria paling brengsek di dunia.

"Mave," panggil Gia, ia setengah memohon saat ini. Ia sangat berharap agar Ian tidak drop lagi seperti kemarin malam setelah pertengkaran dengan Jade.

"She stuck between how it should be and what it really is. That is why she stayed, that is why she held on, that is what wore her out, that is why she cried all day and night, that is why she got fed up, that is why she reached a breaking point, that is why she became silent besides you, Chris. Bahkan ketika lo kembali tanpa penjelasan dan memutuskan untuk kembali menjadi pria terbrengsek di hidup dia, dia tetap memilih untuk disini bersama lo. You kept her for two years. Don't you think that she deserves an explanation?"

"It's easy and simple, Mave. I love her so much, enough to choose to act as the worst human being on this earth because once I leave her again, this time for good, she will easily let me go," Ian berkata, ia menatap mata Mave dengan sungguh-sungguh, air matanya sudah berada diujung dan akan terjatuh sebentar lagi, "semua pengobatan dan tindakan dari dokter sama sekali nggak bekerja. Semuanya gagal dan sia-sia. Kalau lo ada di posisi gue dan mengetahui perempuan yang lo cintai masih memilih untuk bertahan dan berjuang untuk lo yang sebentar lagi, bahkan bisa aja di detik ini meninggal, lo akan memilih untuk menjadi orang yang seperti apa, Mave? Menjadi brengsek atau menjadi seseorang yang perempuan itu cintai dan kembali menghancurkan dia ketika lo pergi untuk selamanya?"

TAKE A CHANCE WITH METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang