LIMA

58 7 0
                                    

Kalian tau apa yang terjadi ketika Jade menerima mochi pemberian Maverick? Ketiga cowok yang bertugas sebagai pengawal sekaligus peserta dari perjalanan Jakarta-Surabaya ini langsung saja pindah ke posisi depan Jade, lebih tepatnya karena Asher si laki-laki kardus yang begitu penasaran dengan perempuan yang membuat sahabatnya melangkah jauh dan membuat pergerakan terlebih dahulu.

"Lo sadar kalau kejadian ini langka kan?" tanya Asher pada Maverick yang begitu sibuk melahap biskuit kesukaannya itu.

Maverick mengerutkan dahinya, "Apaan?"

"Ini," Asher memutar jari telunjuknya membentuk lingkaran di udara, "semua ini langka."

"Yang mana?" tanya Maverick yang masih belum paham juga.

"You made the first move. For God's sake! First move with a girl, Mave! This is huge!" seru Asher yang reaksinya tidak jauh berbeda dengan Samanta tadi. Sebetulnya siapapun juga akan terkejut dengan langkah spontan yang dibuat oleh Maverick, cowok yang awalnya sama sekali tidak memedulikan perempuan sampai ada rumor mengenai dirinya yanggay.

"Lo bisa kecilin suara lo nggak sih? Orang-orang lagi pada tidur," Harry dengan segera membekap Asher yang begitu heboh dengan jaket miliknya. "Lo ngomong udah kayak pakai toa tau nggak?"

"Setuju," Maverick menganggukan kepalanya.

"Bwodo wuamat!" seru Asher yang masih dibekap sama Harry.

"To be very honest, gue tuh sama sekali nggak kepikiran sama yang ada diotak lo saat ini, Mave. Lo tuh ... aneh," ujar Harry. "Kayak apa ya ... hem ... lo itu kayak keluar dari comfort zone lo saat ini."

Jaket milik Harry yang membekap wajahnya pun langsung saja ditebas dengan usaha yang begitu keras dari Asher, ketika sudah kembali ke posisi semula, ia pun berkata, "Lo beneran penasaran sama dia, Mave?" Asher baru ingat kalau kemarin Maverick sempat mengatakan bahwa dirinya begitu penasaran dengan perasaan yang ia rasakan ketika bertemu dengan Jade.

Maverick terdiam, belum bisa menjawab apapun yang ditanyakan oleh temannya.

"Lo penasaran? Jadi cuman sekedar penasaran? Rasa penasaran yang ngebuat lo keluar dari comfort zone lo dan sekarang acting like a fucking playboy?" Harry menyerbu Maverick dengan pertanyaan-pertanyaannya, "kalau emang niat lo cuman karena penasaran, lebih baik lo mundur dari sekarang sebelum kena karma dari mainin perasaan orang."

"Sebenarnya kalau dibilang cuman rasa penasaran sih ya iya, cuman kayaknya kalau gue mainin perasaan dia sih nggak deh," Maverick menjawab dengan nada dinginnya, "gue nggak sebrengsek itu, tenang aja."

Kali ini Asher yang memutuskan untuk berbicara karena ia rasa sudah waktunya bagi Asher untuk mengikuti perbincangan ini. Alasannya? Karena ia tau kalau tidak ditengahi cepat-cepat, pasti akan ada korban jiwa. "Gue tau kalau emang lo itu sama sekali nggak brengsek, Mave. Lo bukan gue yang deketin cewek buat main-main dan jadiin bahan percobaan rasa penasaran gue sama hubungan singkat. Tapi, kita nggak ada yang tau kalau misalkan tiba-tiba cewek itu," Asher menunjuk Jade yang masih tidur dengan dagunya, "baper sama lo. Lo bakalan ngelakuin apa kalau misalkan itu terjadi?"

"Gue setuju sih, Mave," Harry menimpali dan mengingatkan bahwa sahabatnya saat ini sedang bermain api. Ya, sahabatnya yang belum pernah punya pengalaman apapun tentang percintaan tiba-tiba ditemukan dengan perempuan yang membuat hatinya tidak karuan dan diliputi rasa penasaran, jadi wajar saja jika tiba-tiba ada yang aneh dari keputusan yang dibuat oleh Maverick.

"Apa yang bakalan gue lakuin kalau ternyata Jade baper ya?" Maverick nampak berpikir untuk sesaat, lalu ia memfokuskan pandangannya pada Jade yang masih terlelap dengan tenang, "gue nggak bakalan tanggung jawab akan perasaan orang lain ke gue sih."

"Lo gila," sinis Harry.

Maverick terkekeh dengan wajah yang begitu brengsek seakan ia betul-betul ingin minta dilempar dari gedung paling tinggi di Jakarta, "Lagian gue nggak bakalan ngapa-ngapain kali. Emangnya bakalan gue apain sampai dia baper sama gue?"

"Lo lebih brengsek dari pada gue sih," Asher menggelengkan kepalanya tidak percaya dengan perkataan yang baru saja keluar dari mulut sahabatnya itu.

"Gue setuju banget sih sama lo, Ash," Harry menimpali dengan wajahnya begitu kesal saat ini.

Maverick memilih untuk diam dan tidak membela dirinya sendiri dihadapan teman-temannya. Bukan tidak mau, tapi ia sendiri sadar akan apa yang sudah ia lakukan adalah contoh-contoh dari perlakuan cowok brengsek. Namun, ia tetap akan melakukan itu tanpa adanya penyesalan karena pada akhirnya hanya ada dua kemunginan yang dapat terjadi. Meninggalkan atau melanjutkan. Dan, ia tidak dapat memastikan langkah kemungkinan apa yang akan dia ambil kedepannya.

"Jujur sama gue deh, Mave. Tujuan lo apaan sih? Selain rasa penasaran ya," tanya Asher.

"Nggak ada, seriusan deh," jawab Maverick.

"Duh, gue gregetan sama lo, asli deh!" Harry rasanya ingin membanting orang saat ini, belum pernah ia dibuat penasaran, sekalipun dengan perempuan yang ia rencanakan untuk dekati.

Maverick lalu tertawa kecil, "Masih ada dua belas jam sebelum sampai di Surabaya dan gue yakin dalam rentang waktu itu, I can figure things out, guys," ujarnya. Ia kemudian berdiri dari tempat duduknya dan merentangkan selimut bulu yang memang diberikan selama perjalanan, "kemungkinan apa yang bakalan terjadi ya? Gue pengen tau." Maverick menutupi tubuh mungil perempuan yang begitu manis ketika terlelap sembari mendengarkan lagu dengan headphone dengan selimut miliknya.

TAKE A CHANCE WITH METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang