TIGA PULUH

18 3 0
                                    

"Ian minta maaf ke gue, Mave. Dia minta maaf," Jade memberikan jeda, suaranya sedikit bergetar, tangan kanannya yang ia gunakan untuk memegang ponselnya pun juga ikut bergetar. "You didn't go through hell for this, dia bilang begitu, Mave. Artinya apa? Dia bakalan kembali lagi sama gue kan? Akan berubah jadi Ian yang gue kenal kan, Mave?"

Mave yang berada dirumahnya pun hanya bisa terdiam mendengar suara frustasi dari perempuan yang sangat ia cintai, ya, ia baru menyadarinya ketika merasa kehilangan.

"Mave, jawab gue. Perjuangan gue nggak akan sia-sia kan?"

"Jade."

"Mave, jawab gue," ia terdengar begitu sedih dan sangat membutuhkan jawaban.

"Jade, dia nggak bakalan balik sama lo."

"Mave!" seru Jade, tangisannya hampir saja terlepas, suara teriakannya hampir membuat seluruh pasien yang sedang duduk di ruang tunggu menghampirinya. "Dia akan balik ke gue. It is supposed to be that way. I waited too long for this, Mave. He needs to be back."

"He changed, Jade."

"He changed for the better, Mave."

"For the better? Are you sure?"

Jade terdiam, tidak bisa menjawab pertanyaan yang ditanyakan oleh Mave karena sejujurnya ia tidak tau apa-apa saat ini. Ia hanya mencoba untuk menjaga dirinya sendiri meskipun sepertinya sia-sia karena pada akhirnya semua orang dan dirinya sendiri tau kalau Jade akan hancur. Beberapa menit berlalu dan masih tidak ada suara dari kedua orang yang terhubung dengan sambungan telepon sampai pada akhirnya Mave menhela nafasnya panjang.

" Jadi, gue punya cerita mengenai katak yang ada di dalam panci air diatas kompor. Ketika api sudah dinyalahkan, si katak itu berusaha untuk menyesuaikan tubuhnya dengan temperatur air disekitarnya. Lalu ketika air sudah mulai mendidih, si katak udah nggak bisa menyesuaikan lagi dan saat itu si katak pastinya memilih untuk melompat keluar tapi jeleknya apa? Ia sudah tidak bisa untuk melakukannya. Kenapa? Karena ia sudah kehilangan semua tenaganya untuk penyesuaian itu dan setelah itu apa yang terjadi? Katak itu mati," Mave kembali menghela nafasnya panjang, ia memutuskan untuk pada akhirnya menceritakan cerita yang diceritakan oleh kenalannya.

"Dan, siapa katak itu?" sinis Jade dengan kekehannya.

"That is not the point, Jade."

"Then, what is?"

"Apa yang ngebuat katak itu mati?" Mave mengambil jedanya dan bertanya, berharap Jade menjawab pertanyaannya dan mengerti.

"Air mendidih?"

"Ya, mungkin semua orang akan jawab kayak gitu, tapi kenyataannya itu karena ketidakmampuannya dalam memilih kapan dia harus melompat keluar. Kesimpulannya? Kita emang harus menyesuaikan diri dengan situasi di sekitar kita, tapi kita juga harus bisa menentukan kapan harus move on karena adakalanya kita harus menghadapi situasi dengan mengambil tindakan yang sesuai dengan yang kita dapatkan. Jangan sia-siain perasaaan emosi, fisik ataupun mental dan pilih kapan harus melompat ketika masih punya kekuatan atau kita akan mati karena nggak mampu mengambil keputusan yang tepat," Mave lagi-lagi mengambil jedanya sebelum menjatuhkan bom nuklirnya kembali, "you need to move on,Jade. There is no us between both of you."

Sedetik, dua detik, dan detik ketiga akhirnya tangisan Jade lolos begitu saja dan air mata yang sudah ditahan pun mulai keluar. Jade menjatuhkan dirinya dan tidak melepas pegangannya pada ponselnya, membiarkan Mave menjadi saksi bisu dari tangisannya itu.

"I am so sorry, Jade. Maaf banget gue harus ngomong kayak gini. But, you need to move on and this is the least I could do for you."

Tidak ada jawaban dari Jade.

"Gue tau kalau sebenarnya lo tau mengenai ending kisah ini. But, I understand. Denial and everything, I know how it feels."

"Mave,"

"Biarin gue ngomong, Jade."

"Apa?"

"Gue tau kalau ini bukan waktu yang pas untuk ngomong ini, but I will do it anyway," Mave menggelengkan kepalanya sekali dari seberang sana dan menyiapkan mentalnya untuk mengatakan kalimat terberat dan terpanjang di waktu yang salah ini, ia juga tidak lupa untuk berharap bahwa akhirnya ada akhir dari jawaban atas pertanyaannya pada Tuhan selama beberapa waktu ini.

"I love you, Jade. Enough to fight for you, compromise for you and sacrifice myself for you if need be. Enough to miss you incredibly when we're apart, no matter what length of time it is for and regardless of the long distance. Enough to believe in our relationship, to stand by it through the worst of times, to have faith in our strength as a couple, and never give up on us. Enough to spend the rest of my life with you, be there for you when you need, or want me, and never ever want to leave you, or to live without you. I love you this much, Jade." 

TAKE A CHANCE WITH METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang