TUJUH BELAS

24 2 0
                                    

Semua orang sudah berkumpul di area kolam renang indoor yang merupakan tempat dimana Leah dan Jade berada. Tidak ada pembicaraan apapun diantara mereka semua, hanya ada dua tatapan yang dapat dirasakan yaitu tatapan kosong dan kekhawatiran. Sebagian orang merasa cemas dan khawatir akan posisi tempat duduk Leah yang begitu pinggir dan siap kapanpun untuk jatuh, sedangkan Jade ... perempuan itu sedang menikmati air dingin dari kolam yang terasa ke kakinya dan berkutat dengan pikirannya sendiri.

Sergio menghembuskan nafasnya gusar, ia sudah tidak tahan dengan keheningan ini semua, "Can you please ... talk to me?" ia akan sangat bersyukur kalau Leah berteriak dan memaki dirinya karena apa yang ia lakukan betul-betul salah serta layak untuk mendapatkan sebuah tamparan kencang di pipinya.

Jade menoleh ke arah belakang dan menyadari bahwa orang-orang yang ia kabarkan mengenai posisi Leah, sudah datang dalam diam. Matanya terhenti pada Sergio yang terlihat sama kacaunya dengan Leah.

"Someone said kalau kita harus fall in love with the wrong one, guess my wrong one is you, Gio," Leah membuka mulutnya. Akhirnya ia memutuskan untuk berbicara setelah beberapa menit merenungkan nasib hubungan percintaannya itu.

"Kalian mau kita pergi aja nggak?" Jade menawarkan, ia merasa tidak enak kalau terus berada disini dan mendengarkan perbincangan yang harusnya penuh dengan privasi.

"Nggak perlu," Leah menggelengkan kepalanya.

"O-okay kalau kayak gitu," Jade menganggukan kepalanya meskipun perasaan tidak enaknya terus bermunculan.

"Le, let me just explain this," Sergio kemudian memohon, ia berjalan selangkah demi selangkah untuk duduk diposisi yang ada disebelah Leah sedangkan Jade perlahan bangkit untuk meninggalkan tempatnya.

Meskipun ia tau kalau Leah memperbolehkannya untuk disana, Jade tetap akan memberikan privasi bagi kedua orang itu. Ia berjalan ke tempat dimana Mave berdiri. "Jangan marahin gue karena nggak balik ke kamar," ujar Jade.

"I will not," gelengan kepala Mave terlihat.

"Gue nggak butuh penjelasan, Gio," Leah berbicara, ia mengangkat kepalanya dan menatap lurus kedepan, "you knew what you were doing and you knew it would hurt me, but somehow that did not stop you," ujarnya.

Sejak beberapa minggu lalu, Leah memang pernah memergoki Sergio dan Serena sedang berduaan di gudang belakang kampus, tempat dimana jarang sekali disentuh orang. Namun, ia tidak langsung melabraknya, Leah memilih untuk menunggu waktu yang tepat dan berharap kalau Sergio akan menyesal dan menghentikan hubungan perselingkuhannya, sayangnya apa yang ia harapkan tidak terwujud hingga hari ini.

"Leah, I love you," Sergio dengan nada pelan berbicara, "I love you."

"You don't love me. You love her and I know it."

"Leah, no," tolak Sergio, ia mengggelengkan kepalanya berkali-kali.

"Jujur, gue nggak butuh penjelasan apapun dari lu ataupun Serena," Leah berkata. Ia juga sempat diceritakan oleh mahasiswa lainnya mengenai hubungan terlarang kekasihnya itu. Lucu bukan? Sudah ada banyak orang yang tau mengenai hubungan Sergio dan Serena, kecuali Leah. Leah bahkan harus diceritakan oleh orang lain dulu baru memahami alur hubungan kedua orang itu. "Lo mau tau apa yang gue seselin?"

Tidak ada balasan dari Sergio karena ia sedang mati-matian menahan air mata penyesalannya akan hubungannya yang sebentar lagi akan kandas.

"Gue tau dari semua kebusukan lo secara detail itu dari orang lain. Bukan dari lo," Leah berkata, matanya sudah begitu lelah menangis, jadi itu yang membuat air matanya sudah berhenti produksi.

"Leah, bukan gitu, gue," sayangnya ucapan Sergio lebih dulu dipotong dengan kalimat yang benar-benar tidak ingin ia dengar dari Leah.

"Orang yang selingkuh mana mungkin mau ngaku sih? Udah ya, Gio. I am done with everything yang related to you and our relationship."

"Leah, no."

"Kalau lo pikir gue nggak akan bisa hidup tanpa lo, jawabannya adalah tidak. Gue bisa hidup tanpa lo. Tapi, yang jadi pertanyaannya itu cuman satu. Lo bisa hidup tanpa gue? I don't think so." Apakah Leah berbohong? Ya, tentu saja.

"Le, gue sama Serena itu cuman main-main. Cuman pelarian sesaat aja. Gue masih cinta sama lo, sayang sama lo dan nggak mau putus sama lo."

"Udah telat nggak sih?"

"Ya?"

"Ya, kalau lo ngomong tiga hal itu sebelum kejadian hari ini dan memutuskan untuk mutusin Serena dan fokus untuk jalanin hubungan kita lagi, mungkin gue akan berubah pikiran. Tapi, sayangnya lo baru ngomong ketiga hal itu ketika semuanya terkuak."

Pada saat Sergio mencoba untuk menggengam tangan Leah guna meyakini perempuan itu untuk merubah keputusannya, Serena masuk ke dalam area kolam renang dan melangkahkan kakinya ke tempat Sergio berada. "Leah, gue nggak mau putus sama lo. Apapun yang terjadi."

"Cewek lo udah datang tuh," Leah berpura-pura kuat saat ini. Kalau disini cuman ada Jade, mungkin ia akan menangis lagi seperti yang tadi ia lakukan. Atau, mungkin kalau ia sendirian di area kolam dan tidak ditemukan oleh orang lain ... mungkin ia sudah berada di dalam air dan mencoba untuk mengakhiri semuanya sendiri, nyawanya sendiri.

"Leah, don't be like this. Gue bakalan ninggalin Serena dan kembali jadi Sergionya Leah. Gue bakalan berubah, kasih gue waktu and gue nggak akan ngulangin kesalahan ini."

"Kesalahan?" Serena tidak sangka bahwa ia akan mendengar kalimat itu. "Kesalahan lo bilang? Hubungan kita adalah kesalahan?"

"Lo diam!" teriak Sergio pada Serena.

"Lo yang diam! Hubungan kita lo bilang sebuah kesalahan? Lo buta? Gegar otak?! Kalau aja lo nggak dekatin gue duluan, gue nggak akan mau sama cowok yang udah punya pawangnya!" seru Serena dengan emosinya meledak-ledak.

"Lo nggak ngaca? Lo yang dekatin gue duluan!" Sergio tidak terima.

"Cowok brengsek!"

"Lo yang brengsek!"

Melihat apa yang diperdebatkan oleh dua manusia sampah, menurut Jade, adalah hal yang paling tidak ia inginkan saat ini dan apa? Bisa-bisanya mereka sedang mencari siapa yang benar dan salah disaat keduanya telah melakukan kesalahan dan kejahatan. "Lucu nggak sih? Kalian berdua yang buat salah dan sekarang kalian malah saling tuduh? Kalian berdua itu salah. Masih belum paham juga?" Jade memutuskan untuk ikut nimbrung.

"Gue tuh nggak salah ya!" seru Serena.

"A real women will never break another's home to make her own home. Paham kan kesalahannya dimana?" dengan elegan Jade berkata. Kemudian pandangannya berubah menuju Sergio, "dan seorang gentleman tidak akan pernah melakukan perselingkuhan dengan perempuan lain meskipun dia berada di posisi digoda ataupun menggoda."

TAKE A CHANCE WITH METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang