EMPAT PULUH LIMA

23 3 0
                                    

Ya. Benar. Mave baru saja ditolak tanpa menyelesaikan apa yang ia ingin bicarakan, bahkan belum sampai ke pertanyaan, "Can I be your soulmate, the love of your life, your light and everything."

Mata Mave membesar, ia tidak percaya dengan pendengaraannya, tapi ia akan menunggu sampai Jade yang berbicara untuk menjelaskan. Ia masih berharap bahwa ada maksud lain dari kalimat tidak yang disampaikan oleh Jade. Pernah ia menonton acara televisi mengenai lamaran, biasanya si perempuan hanya akan memberikan prank saja agar si laki-laki terkejut dan semakin bersyukur.

"Lo dengar semuanya dengan baik dan benar, Mave."

"Lo nolak gue?"

"Ya."

"Why?"

"First of all, thank you for loving me. Gue nggak akan bisa bohong kalau gue juga suka sama lo dan sayang sebagai teman. Tapi, dengan semua yang terjadi dari putusnya Ian, koma dan tragedi lainnya, gue nggak akan nutupin kalau misalkan hati gue masih hancur dan rapuh. I am still trying to fix my own heart, Mave. Gue mau sendiri dulu untuk mencoba untuk mengerti apa yang terjadi, menyadari semuanya dan mencoba untuk mencari cara ataupun solusi buat semuanya. And, to do that, gue rasa kalau jalanin semuanya sendiri itu jauh lebih baik. Supaya nggak ada beban sama sekali, Mave."

Mave terdiam, tidak bisa mengatakan apapun lagi dan mencoba untuk memproses semuanya.

"Bukan, bukan maksud gue untuk bilang perasaan dari lo akan membuat gue terbebani ataupun apa. Cuman, gue rasa ... sendiri lebih baik, Mave. Dulu, gue pernah nonton film yang bilang kalau kita lagi proses healing, mencari jati diri dan sebagainya itu lebih baik dilakuinnya sendiri karena di masa itu kita sama sekali belum siap untuk buka lembaran baru dengan orang lain."

"Jade, I understand," ujar Mave, ia memang tidak bisa menyembunyikan rasa kekecewaannya tapi ia tidak akan menunjukkannya pada perempuan yang ada dihadapannya saat ini. Namun, ia akan terus mendukungnya dengan, "nggak apa-apa. Tapi, gue boleh tetap ada disamping lo nggak, Jade?"

Jade tidak menjawabnya, membutuhkan waktu bagi ia untuk menjawab.

Namun, Mave yang mengetahui arti dari wajah perempuan itu pun langsung mengatakan, "Nope, gue nggak akan disamping lo karena gue yakin pasti bakalan gangguin proses healing lo. Kalau begitu ... dibelakang lo aja boleh? Gue akan pastiin kalau lo nggak akan lihat gue, tapi ketika lo memutuskan untuk melihat ... gue akan selalu ada dibelakang lo untuk make sure lo baik-baik aja."

"Mave ... thank you."

"Nggak masalah, Jade. I'll wait for you among the stars. Just promise me that you will come find me when you're ready. I promise to be there because I can't completely give up on us."

"Tapi, Mave. Gue nggak janji kalau gue akan running back to you."

"Nggak apa-apa, kalau memang pada akhirnya penantian gue nggak ada hasilnya. I am totally fine, Jade. Don't think about me. Gue akan cukup dengan melihat lo bahagia dengan proses lo. No, I need you to be happy. That's all I could asked for."

"Mave, you are going to waste your time on me."

"Nggak. Lo salah. Menunggu lo tanpa ada hasil yang pasti itu bukan membuang-buang waktu."

"Lo bisa cari perempuan yang lain. Kenapa gue?"

"Karena itu lo. I will wait as long as it takes because honestly, Jade, I don't want anyone else but you. Tapi, kalau memang takdir Tuhan memutuskan kalau lo nggak kembali ke pelukan gue, then ... I'll be fine."

"Gue tau kalau lo nggak akan baik-baik aja."

"You don't need to worry about me, Jade."

...

...

"I need you to focus on yourself. Prioritize yourself. That's all, Jade. Don't think about me."

"Nggak akan bisa, Mave!"

"I know," Mave kali ini terkekeh melihat ekspresi wajah Jade yang begitu khawatir padanya, namun ia memberanikan diri untuk mendekat dan memeluk perempuan itu, menyalurkan ketenangan dan berharap agar perempuan itu bisa tidak mengkhawatirkan dirinya, "I will be fine. Apapun keputusan dan hasilnya nanti, I will be fine. You do not need to worry about me at all."

"Gue akan egois kalau nggak kembali ke lo."

"Then, be it. Kalau memang lo memutuskan untuk nggak kembali ke gue, ya nggak apa-apa, Jade. You have to choose yourself, even when others refuse to. It's okay to want your own happiness," Mave mengusap rambut panjang Jade yang begitu halus, "never let someone tell you being selfish is wrong. Being selfish just means you decided to put yourself first and I really need that for you, Jade. To prioritize yourself above anyone elses."

Disepanjang hidupnya, tidak pernah Jade mendengar seseorang mengucapkan apa yang baru saja ia dengar dari Mave. Selama ini, setiap orang menuntutnya untuk mendahulukan orang lain, membuatnya menunggu tanpa hasil yang jelas, dan menyakit dirinya sendiri berulang kali. Namun, dengan pria yang ada dipelukannya saat ini, ia diberikan kebebasan untuk memilih dirinya sendiri. Tanpa sadar ia menitikkan air matanya, "Thank you ... thank you, Mave."

"Lo cukup perlu tau kalau gue akan selalu mendukung semua keputusan lo. Lo cukup perlu tau kalau gue akan selalu ada dibelakang lo, Jade," Mave mengatakannya dengan penuh ketenangan. Gue harap lo kembali sama gue.Namun, yang tidak diketahui oleh Mave adalah terkadang kita tidak bisa mendapatkan apa yang kita harapkan. 

TAKE A CHANCE WITH METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang