SEMBILAN

38 6 0
                                    

Canggung dan bimbang adalah dua perasaan yang saat ini dirasakan oleh Jade. Ia tidak tau mengapa permasalahan sepele bisa menjadi besar dan membuatnya harus memilih kedua alasan yang menurutnya tidak masuk akal. Kalau masalah menerima hadiah ya seharusnya tinggal diterima saja kan? Toh juga tidak merugikan dirinya. Namun, apa yang dikatakan oleh Mave juga ada benarnya karena Jade juga merasa sedikit terbebani untuk menerima hadiah dari permainan yang baru saja sekali ia menangkan. Ah, terlebih lagi hadiah yang diberikan oleh Kian yang menambah semuanya menjadi lebih rumit. Seharian pergi bersamanya? Huh! Tidak akan dipakai oleh Jade karena ia jauh lebih menginginkan seharian pergi ke pantai bersama Ian seperti impiannya selama ini.

"Gimana, Jade? Lo bakalan nerima hadiahnya atau nggak?" Samanta mendesak jawaban kepada Jade yang masih dilanda kebingungan.

Dengan terburu-buru Jade mengambil selembar kertas yang menjadi sumber permasalahan tidak masuk akal dari hari ini, ia kemudian melebarkan senyuman manisnya dan mengedarkan pandangannya ke semua orang yang juga melihatnya, "Yey, thank you Kian atas hadiahnya," senyumannya begitu terlihat ... palsu saat ini.

"She is just trying to avoid everything," Asher berkata pada Harry dengan suaranya yang begitu pelan dan hanya dapat didenger oleh kedua orang itu.

"Everything?" Harry mengerutkan dahinya.

"Yeah, everything especially dramas," jawab Asher.

"I agree with you," Maverick yang juga mendengar apa yang sedang diperbincangkan pun ikut memberikan responnya, ia kemudian menghela nafas panjangnya dan kembali menghadap ke depan.

Jade terus menerus memalsukan senyumannya seakan dia senang menerima hadiah yang terus terang saja membebani dirinya. Namun, demi kenyamanan semua orang ia harus menerimanya.

"I know that you're gonna take that gift, Jade," senyuman manis dari Samanta juga ikut timbul, hanya saja senyumannya jauh lebih tulus dibandingkan Jade.

"Ya, tentu aja, pastinya bakalan gue ambil," Jade terkekeh secara paksa. Sepertinya besok ia dapat melamar pekerjaan sebagai aktris atau mungkin ia harus mengganti jurusannya saat ini?

"Nggak keberatan atau membebani lo kan, Jade?" tanya Kian. Ia sangat bersyukur akan Jade yang menerima hadiahnya meskipun ia sudah puluhan kali ditolak oleh perempuan itu dan hampir memutuskan untuk hanya menjadi temannya.

"Oh, of course not," Jade menggelengkan kepalanya sembari tersenyum. Ia kemudian menggoyang-goyangkan kertas yang ada ditangannya ke udara dan dengan penuh kepalsuannya ia juga tertawa, "this is great!"

"She is faking everything," ujar Asher dari balik tempat duduknya yang pasti tidak terdengar oleh siapapun yang ada di belakang.

"I know," Maverick menjawab.

"Cuman orang tolol yang percaya sama senyuman palsunya. Jelas banget kalau dia terbebani and I believe she doesn't even want anything from him," ujar Asher.

"Tapi, satu hal yang dapat gue simpulkan dari permasalahan tadi sih," Harry ikut angkat berbicara dan membuat tarikan alis dari kedua sahabatnya yang begitu penasaran dengan kelanjutan pembicaraannya itu, "she doesn't like him. Kalau misalkan Jade suka sama Kian, nggak mungkin kalau dia merasa terbebani buat nerima hadiah itu. Dan, sepertinya apa yang selama ini dibicarakan sama orang-orang juga bener sih."

"Pembicaraan kayak apa?"

"Pembicaraan yang bilang kalau Kian udah ditolak sebanyak dua kali dan juga Jade yang masih belum bisa move on dari masa lalunya," Harry melanjutkan.

"Lo tau dari mana?"

Harry berdecak dan menggelengkan kepalanya, tidak percaya kalau ia harus menceritakan rahasia-rahasia himpunan mahasiswanya pada kedua orang yang selalu saja ketinggalan informasi, "Gue udah pernah mention kan kalau Kian pernah nembak Jade dan ditolak? Itu semua tuh udah jadi rahasia umum dikalangan anak-anak HIMA."

"Dua kali ditolak?" Asher bertanya.

"Yang gue denger sih gitu. Tapi, yang gue saksiin sendiri itu cuman satu kali soalnya waktu itu ditembaknya di backstage acara orientasi mahasiswa baru," Harry memberitahu, ia menyempatkan diri untuk menengok ke arah belakang untuk memastikan apakah ada yang mendengarkannya, "kalau yang penembakan satu lagi sih gue sama sekali nggak tau. Kayaknya dilakuin secara private?"

"Udah pasti ditolak kan?" Mave kali ini yang bertanya setelah mendengarkan apa yang diceritakan oleh Harry dengan seksama.

"Udahlah, kalau misalkan diterima mah nggak mungkin Jade enggan buat nerima hadiahnya. Tapi sepertinya rumor mengenai gagal move on juga seharusnya bener sih," Harry menjawab. Ia juga sempat diceritakan oleh salah satu anak jurusannya yang bercerita mengenai kisah cinta tragis yang dimiliki oleh Jade, meskipun belum tentu fakta yang diceritakan, rumor tersebut sudah dinilai sangat tragis oleh Harry dan beberapa orang yang mengetahuinya.

"Gagal move on ya? Berarti pertarungan Mave bakalan jadi pertarungan yang sengit dong ya?" Asher lalu tertawa pelan, menertawakan kenyataan pahit yang harus dilalui temannya itu, "pertarungan melawan masa lalu ... melawan orang yang jelas banget nggak ada lagi di hidup doi tapi tetap bakalan jadi pertarungan paling panjang dan lama."

"Sialan lo," umpat Maverick dengan penuh kekesalan dalam dirinya.

"Banyak-banyak berdoa aja deh, Bro," Asher terkekeh.

TAKE A CHANCE WITH METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang