TIGA PULUH DUA

16 3 0
                                    

Sudah lima hari berlalu dan dirinya tidak pernah mengambil keputusan yang jelas untuk siapapun, termasuk dirinya sendiri. Yang terjadi adalah Jade tetap memprioritaskan pengobatan Ian, setiap hari ia akan berkunjung ke rumah sakit dan mengobrol, setidaknya ia melontarkan satu sampai dua pertanyaan dan tentunya tidak akan dijawab oleh laki-laki itu dengan perasaan bahagia. Hanya akan ada dengusan, cibiran dan helaan nafas panjang dari Ian.

Sedangkan Mave? Pria itu tetap membawakan makanan dan teh dengan gula cair ketika bertemu dengan Jade. Sesekali mereka juga akan berbicara panjang dan ngobrol seperti biasanya, hanya saja Jade sedikit menetapkan batasan di tengah keduanya dan Mave yang tentunya menyadari hal itu pun hanya menerimanya dengan lapang dada. Setidaknya perempuan itu masih berbicara dengannya, pikir Mave.

Saat ini, Jade dan Mave sedang menghadiri rapat Himpunan Mahasiswa dari fakultas hukum, ekonomi dan kedokteran yang akan bekerja sama dalam penyelenggaraan bakti sosial yang akan diadakan sebentar lagi.

"Jujur gue mager banget kalau harus nginep-nginep di desa," Asher bergidik ngeri, membayangkan ia harus tidur di tenda bersama dengan puluhan relawan adalah hal terakhir yang ia inginkan di dalam hidupnya.

"Lo kebanyakan ngeluh tau nggak? Ngoceh dan ngeluh," cibir Kyla. Telinganya sudah tidak sanggup untuk mendengarkan keluhan yang keluar dari mulut Asher. Sudah sepuluh menit rapat dimulai dan sudah belasan keluhan yang ia dengar dari mulut Asher.

Jade sesekali ikut tertawa mendengar perdebatan kecil yang terjadi antara sahabatnya dan sahabat Mave itu. Setidaknya ada yang membuatnya tertawa dikala rutinitas helaan nafas yang ia dengar dari Ian. Ia mengeluarkan ponselnya dan mendapatkan notifikasi dari pria yang baru saja ia pikirkan itu.

"Siapa? Ian?" Mave menebak tanpa melihat ke arah ponsel milik perempuan yang duduk disampingnya itu. Matanya tetap mengarah ke arah Harry yang saat ini sedang mempresentasikan jadwal kegiatan acara mereka di desa Hajuta di Bogor, Cisarua.

"Ah, ya, dia nanya kapan gue ke rumah sakit," Jade menjawabnya dengan jujur karena ia merasa tidak perlu menutupi apapun dari Mave karena ia sudah menetapkan garis batasan.

"Hari ini kesana? Mau gue anter?" Mave berinisiatif.

"Nggak, gue nggak kesana kok hari ini," jawab Jade.

"Gue tugaskan buat setiap mahasiswa dari fakultas kedokteran untuk melapor ke Mave sedangkan dari fakultas hukum bakalan dipegang sama Larissa," Harry berbicara dengan nadanya yang tegas, kemudian ia menoleh ke arah Kian yang ada disebelahnya, "sedangkan untuk fakultas ekonomi bakalan dibantu sama Kian." Ada alasan kenapa Harry meminta Larissa dan Mave untuk membantunya. Yang pertama, ia tidak mungkin mengatur semuanya sendirian karena ketua himpunan dari masing-masing fakultas sedang bersiap untuk skripsi dan hanya tersisa dirinya sendiri. Yang kedua, ia sudah mengenal mereka semua. Yang ketiga, Harry akan bertugas sebagai ketua inti sedangkan ketiga nama yang ia sebut akan menjadi wakil dari ketua inti.

"Fakultas hukum bakalan bantu apa nanti selama bakti sosial? Apa ada tugas yang berkaitan dengan hukum nantinya?" Larissa mengangkat tangannya dan bertanya.

"Gue sempat dengar ada permasalahan mengenai sengketa di salah satu rumah warga. Jadi, tolong disusun aja untuk acara door to door supaya kalian bisa terjun langsung dan tanya apa mereka membutuhkan bantuan kalian tentang legalitas atau semacamnya," Harry menjawabnya dengan penuh keyakinan, auranya begitu berbeda. "Gue minta kalian bertiga untuk siapin solusi atau aktivitas kegiatan apa yang bisa kalian lakukan disana selama bakti sosial dan untuk sisanya akan dibantu sama Helen."

"Ya? Gue bantu apa ya?" Perempuan berkacamata dan berambut pirang yang duduk diujung ruangan pun mengangkat kedua alisnya kebingungan. Ia belum sempat dibriefing apapun oleh Harry.

"Gue minta lo untuk susun kegiatan umum yang tidak bersangkutan dengan setiap fakultas. Seperti, api unggun untuk bonding antar panitia dan warga desa, kegiatan memasak untuk dibagikan ke warga dan lainnya," perintah Harry, "gue akan discuss lebih lanjut sama lo nantinya." Ia kemudian mengarahkan pandangannya pada Jade dan Kyla, "lo berdua akan gue tugasin sebagai bendahara dan sekretaris umum."

"Gue?" Kyla menunjuk dirinya sendiri dengan telunjuk. Kemudian, ia menggelengkan kepalanya dan tersenyum kikuk, "gue nggak mau."

"Gue nggak terima penolakan. Yang akan jadi bendahara dua untuk nemenin Jade itu bakalan ada Asher," ujar Harry yang berhasil membuat Asher menjadi diam setelah menertawakan Kyla.

"Sialan! Gue juga nggak mau! Apa-apaan!" seru Asher. Ia paling malas kalau harus memegang uang orang lain, apalagi kalau jumlah uangnya sangatlah fantastis. Lagipula, ia tidak terbiasa untuk menulis laporan keuangan dan sebagainya. Bahkan, setiap uang yang masuk dan keluar di rekeningnya saja tidak pernah ia cek dalam mutasi rekening. Tidak pernah sekalipun ia peduli.

Tiba-tiba saja Mave yang duduk tidak jauh dari Asher menyampaikan gagasan bodohnya, "Lo mau tuker sama gue nggak?"

"Si goblok!" Asher dengan segera meninju lengan berotot milik Mave. "Pertanyaan paling tolol. Mana mungkin gue mau tukeran sama orang yang punya tanggung jawab lebih besar? Buat apa nilai kedokteran selalu bagus tapi otaknya dempul kalau menyangkut percintaan?" Ia kemudian berbisik di telinga Mave, "gue tau akal busuk lo ya, Setan!"

Mave tertawa pelan, "Lagian, sok-sokan mau nolak. Tugas paling enteng aja masih mau nego gitu," cibirnya pada Asher.

"Udah, pokoknya nama-nama yang gue sebut barusan bakalan jadi Badan Pengurus Harian acara bakti sosial kita kali ini. Keputusan gue dan Kian sudah bulat," ujar Harry dengan nada tegasnya itu. Kemudian ia mengambil spidol dan menuliskan nama-nama beserta posisi dari BPH yang ia miliki. "Sebagai sekretaris, gue minta lo untuk buat notulen untuk rapat perdana kita," Harry menunjuk Kyla yang masih tidak terima dengan jabatannya.

"Survei pertama kita bakalan diadain minggu depan. Untuk surat ijin saat ini lagi dinaikin di kemahasiswaan," Kian kali ini yang berbicara sembari menunggu Harry menyelesaikan tulisannya di papan tulis. "Yang pergi survei bakalan dari BPH aja dan akan kita update mengenai detailnya."

"Ah," Harry membalikan badannya dari papan tulis menghadap mahasiswa lainnya, "gue minta setiap wakil ketua inti untuk milih divisi yang dibutuhin dan anak-anaknya masing-masing ya. Gue cuman akan menerima daftar relawan finalnya aja."

Setelah mendapatkan anggukan kepala dari ketiga wakilnya dan ketua acara umum, Harry kemudian melanjutkan rapatnya dan membahas mengenai aktivitas bakti sosial yang dilakukan tahun lalu di desa yang akan mereka kunjungi nanti untuk memberikan gambaran kasar. Tiga puluh menit kemudian, rapat telah usai dan Kyla yang bertugas sebagai sekretaris langsung saja meminjam laptop milik Asher dan mengerjakan tugas pertamanya dengan penuh ocehan dan kata-kata kasar yang ditujukan untuk Harry.

TAKE A CHANCE WITH METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang