Dua|02

48 14 1
                                    

Happy reading!
...

"Kakak, jangan usilin adek-nya dong." Ucap Celinne, sang Bunda.

Alea menatap sang kakak, memajukan bibirnya mengejek.

"Gue ikat bibir lo." Ucap Keenan, si Kakak laki-lakinya.

"Songong banget sih Lo! Awas lo ya." Sahut Alea semakin mengeluarkan amarah.

Keenan selalu saja mengusilin hidup Alea, memang seorang Kakak gak pernah yang namanya gak usil kepada Adiknya. Kayak ibarat, satu hari gak usil itu kayak ada yang kurang.

"Keenan, buru makan. Nanti telat, bunda juga yang dipanggil pihak sekolah." Ucap Celinne menegur putra sulungnya.

Alea hanya satu bersaudara. Tapi mempunyai satu saja sudah sangat pusing baginya.

Aksa menatap dua anaknya, setiap pagi selalu saja ada hal yang membuat mereka berdua ribut. Sudah seperti burung yang berkicau-kicau.

"Ayah, bekal-nya udah siap." Ucap Celinne, sambil menenteng tas milik Aksa. "Ini tas nya, kamu gak sarapan dulu?"

"Gak sayang, aku kerja ya." Sahut Aksa tersenyum manis, lalu mengecup dahi Celinne sekejap.

"Dih," ucap Keenan. "Romantisan mulu, di depan anak loh ini."

"Ntah tuh, jomblo diem deh." Ucap Alea juga menyindir.

Celinne tertawa kecil, Aksa menatap kedua anaknya juga dengan senyuman kecil. "Ayah pergi ya, nanti pulang sekolah langsung pulang, jangan kemana-mana lagi."

"Ay ay captain!" Sahut mereka berdua.

Setelah kepergian ayahnya, kedua kakak beradik ini pamit untuk pergi sekolah.

Keenan dan Alea hanya berjarak satu tahun. Keenan kini kelas XII dengan jurusan IPS, katanya sih mau kuliah mengambil jurusan hukum.

Sedangkan Alea kelas XI jurusan MIPA, belum ada tujuan, yang pasti IPA kan bisa masuk ke jurusan mana saja.

Walau jarak mereka hanya satu tahun, tapi sekolah-nya berpisah.

Alea jauh lebih dekat, di banding dengan Keenan. Awalannya ingin di sekolahkan di sekolah yang sama.

Keenan mengotot ingin sekolah di sekolah nya yang sekarang, sekolah impiannya ketika masih menduduki bangku SMP.

Sedangkan Alea mengikut saja, lalu entah kenapa Alea di sekolahkan di tempat yang lebih dekat.

Kata-nya biar lebih mudah mengontrol-nya, takut nanti kalau Keenan tidak bisa menjaga Alea.

Kini mereka sudah berada di jalan yang berbeda, Alea sudah mulai memasuki halaman sekolah. Sedangkan Keenan masih harus menempuh jarak yang lumayan jauh buat ke sekolah.

Sesampai-nya di parkiran, Alea meletakan helm di lemari khusus helm, dan mengambil nomor pintunya.

Setelah selesai, dia melangkahkan kaki-nya ke arah kelas. Berdoa dalam hati, semoga hari ini adalah hari yang menyenangkan dan tidak dapat sial.

...

"ALEA!!"

Menghela nafas sebentar, "iya Lyn?"

hate so loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang