11. Seorang Fans

424 51 4
                                    

Sesampainya di Indonesia, Javier perlu memulihkan dirinya dari jetlag. Dia dan Rio menghabiskan waktu di apartemen hanya untuk tidur. Ketika mereka terbangun, langit sudah gelap. Kondisi langit itu mengingatkan Javier kalau ada hal penting yang perlu dia lakukan setiap jumat malam yaitu datang ke bar dan minum sepuasnya!

Tentu saja idenya itu hanya ditanggapi dengan desisan jengkel oleh Rio. Tanpa mau mengurusi tuan muda itu, Rio hanya menyerahkan kunci mobil yang sudah dia sediakan tanpa mau mengikuti petualangan alkohol Javier.

Dengan mobil dan beberapa kartu kredit di dompet, Javier bertualang ke area Kemang untuk mencari bar. Dia memilih bar yang paling ramai karena suara keributan membuatnya senang. Selain itu, di situ dia mungkin bisa menemukan orang yang bisa berbahasa Inggris untuk menjadi teman. Siapa sangka, di sana dia bertemu orang yang menjadi tujuannya ke Indonesia. Seseorang berambut pirang yang duduk sendirian sepertinya adalah targetnya. Kepala pirang itu memang tidak cocok dengan foto yang dia dapatkan namun wajah itu tidak salah lagi adalah wajah Dika.

Diapun mendekati orang itu dan semakin memastikan kalau orang yang menyesap beer itu memang orang yang dia cari. Dengan keriangan hati, Javier langsung berkenalan dan meminta Dika menemaninya. Sayangnya yang didapatkan adalah tanggapan dingin. Namun, tentu Javier tidak akan berhenti hanya karena tanggapan dingin.

"It's alright, Hans won't know. (Tenang aja, Hans ngga akan tahu.)" bisiknya di telinga Dika.

Menggunakan bisikan itu, Javier berhasil mengambil alih perhatian orang yang sedang menyesap beer dan mengabaikannya. Dengan keterkejutan yang tidak bisa disembunyikan, Dika langsung berbalik dan menatap Javier dengan mata terbuka lebar. "Kamu siapa?" Tanya Dika setengah takut setengah terkejut.

Sebelum menjawab, Javier mengambil tempat duduk di sebelah laki-laki pirang itu. "Aku mungkin pangeran berkuda putihmu yang akan menyelamatkanmu dari penjara seorang penyihir." Jawab Javier dengan senyum yang bisa menghangatkan sekitarnya. Dia kemudian mendekatkan kursinya hingga pundaknya dan pundak Dika bersentuhan. "Aku tahu semua yang kamu alami. Maaf karena mencari informasi tentangmu seenaknya tapi lukisanmu yang berjudul 'Broken' benar-benar menawan hatiku."

Dika berpikir beberapa lama sebelum bisa menanggapi pernyataan mengejutkan itu. Setelah dia menyesap beer tiga kali, barulah dia menoleh ke arah Javier dengan wajah bertanya-tanya. "Kamu hanya melihat lukisanku kemudian langsung mencari informasi tentangku? Ini tidak masuk akal." Kata Dika terbuka. Dia memang merasa hal yang diceritakan Javier tidak masuk di akalnya.

"Untuk fans yang terobsesi, semuanya masuk akal." Sahut Javier.

"Jadi kamu fans?" Tanya Dika.

Pertanyaan itu dijawab anggukan. "Sementara ini aku fans. Tapi di masa depan mungkin aku bisa menjadi orang yang lebih dekat. Itu semua tergantung kamu." Kata Javier sambil memiringkan kepala dan menatap mata cokelat tua Dika lekat-lekat.

Setelah melihat orang aslinya, Javier semakin menyukai wajah Dika. Selama 25 tahun hidupnya, Dika adalah laki-laki yang paling menarik yang pernah dia lihat. Bibir penuh Dika yang agak kemerahan membuat Javier ingin mengecupnya. Namun, dia masih manusia sopan sehingga dia hanya melakukan itu di dalam imajinasi. Meskipun kepalanya sudah penuh dengan hal-hal romantis, dia hanya menyetuh Dika di dalam pikirannya saja.

"Kalau kamu tahu Hans, kamu harusnya tahu juga kalau dia bisa menangkapmu kapan saja dan menyiksamu. Kamu mungkin lebih memilih mati daripada itu." Kata Dika. Dia jelas tidak mau ada korban tambahan gara-gara dirinya.

"Itu ngga akan terjadi. Mau taruhan? Aku taruhan kalau Hans tidak bisa menangkapku meskipun kita pacaran." Tantang Javier.

"Benarkah?" Tanya Dika ragu tapi matanya tidak menyembunyikan kalau dia berharap.

"Dika, gimana kalau kita taruhan. Kalau aku berhasil menjadi pacarmu selama sebulan dan selamat, kamu harus ikut aku ke Spanyol. Gimana?" Tanya Javier dengan senyum yang memanaskan dada Dika.

"Tiga bulan. Kalau kamu berhasil bertahan tiga bulan. Aku akan ikut kamu." Kata Dika. Dia sudah sangat putus asa sehingga harapan tidak masuk akal yang diberikan oleh Javier ini langsung diambilnya. Dengan kebiasaannya tidak berpikir panjang, Dika langsung setuju.

"Kalau gitu, kita udah pacaran kan sekarang?" Tanya Javier.

Dika mengangguk. Dia yang sudah dibuat gila oleh Hans, sudah kehilangan syaraf moralnya sejak lama. Dengan Hans yang sudah mengkoleksi begitu banyak, Dika tidak pernah merasa bersalah untuk berpacaran dengan laki-laki lain. Kalau perlu, dia akan menunjukkan itu pada Hans sehingga dia tahu bagaimana rasanya diduakan. Sayangnya ketika Psycho itu tahu dirinya diduakan, dia tidak melakukan apa-apa pada Dika dan malah menghabisi laki-laki yang berani menyentuh Dika.

"Tapi aku perlu memperingatkan sekali lagi. Hans adalah orang yang kejam. Aku tidak menjamin keselamatanmu setelah menyentuhku." Kata Dika mengingatkan. Kalau Javier mau mundur, dia harus melakukannya sekarang.

Tentu saja Javier yang tidak pernah tahu caranya mundur, akan maju dan membuldozer semua masalah. Dia terlalu terbiasa hidup dalam bahaya dan selamat dari bahaya itu sehingga ancaman kekejaman Hans tidaklah dia pikirkan. Sebagai mafia yang sering bersentuhan dengan kematian tapi bisa melarikan diri, tidak ada bahaya yang bisa menakutinya. Dia menyentuh dagu Dika dan memberikan ciuman tanpa takut sekitar. Rasa beer dan wine bercampur jadi satu di mulut keduanya. Setelah puas dengan permainan lidah mereka, Javier menarik tangan Dika untuk membawanya pergi.

***

Keesokan paginya, Dika yang menghilang membuat Hans tidak mampu berpikir. Kekasihnya itu ke bar dan tiba-tiba tidak bisa ditemukan. Sejak semalam dia sudah mengirim detektif untuk mencari kekasihnya itu tapi Dika belum berhasil ditemukan juga. Karena ini, berbagai skenario buruk sudah bermunculan tanpa kendali di kepalanya.

Pukul 7 pagi, suara rem mobil terdengar dan menunjukkan ada yang datang. Hans yang masih menunggu di rumah Dika langsung berdiri kemudian berjalan keluar untuk melihat jika itu orang yang dia tunggu dan membuatnya khawatir semalaman.

Di depan rumah, sebuah taxi berhenti dan Dika keluar dari salah satu pintu dengan terhuyung. Wajahnya agak memerah dan matanya menunjukkan kalau dia masih mabuk. Hans yang sudah khawatir langsung mendekati kekasihnya itu dan menangkap tubuh Dika yang terlihat tidak bisa berjalan dengan benar. Begitu sampai di tangan Hans, Dika langsung menangis.

"Hans, ini semua salah lu. Kalau lu ngga memperlakukan gue kayak gitu, ngga mungkin gue jadi gini." Kata Dika frustasi ketika jatuh di tangan Hans. Saat itu Hans melihat tanda merah di leher kekasihnya. Dia tahu betul itu bukan tanda yang dia buat.

"Ka, lu kemana kemarin? Dengan siapa?" Tanya Hans datar. Meskipun kepalanya sudah menginginkan solusi brutal, dia masih bisa bertanya tanpa emosi.

Sayangnya Dika tidak menjawab dan malah mengeluh. "Gara-gara lu gue ngga punya temen lagi. Gara-gara lu gue mesti hidup kesepian tanpa siapa-siapa. Kalau gue ngga ketemu lu, hidup gue ngga bakal sesusah ini. Bisa ngga lu pergi dari hidup gue!" Kata Dika yang kemudian menggeretakkan gigi.

Melihat Dika tidak akan menjawab apapun, Hans tidak punya pilihan selain menginvestigasi sendiri. Dengan adanya taxi ini, tidak akan sulit untuk melacak tempat yang Dika kunjungi.

"Dulu kita baik-baik aja tapi kenapa sekarang kayak gini!" Dika masih belum selesai menumpahkan perasaannya. Hans hanya bisa memeluk kekasihnya itu dan membawanya ke dalam.

Sayangnya, Dika masih mengoceh karena mabuk. "Hans, gue ketemu cowok yang suka sama gue. Gue mau pergi sama dia." Kata Dika terang-terangan.

Mendengar itu, Hans tidak lagi bisa mengendalikan amarahnya.

***

Burung Dalam Sangkar (BxB) [End-Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang