32. Love Maze 1

320 33 1
                                    

Setelah lulus kuliah, Dika mulai masuk ke dunia bisnis dan membantu ayahnya bersama kakaknya, Arga. Dia tidak langsung menduduki posisi penting melainkan menjadi asisten salah satu manajer. Karena statusnya sebagai putra CEO, semuanya berjalan lancar dan tidak ada yang menekannya. Dia belajar banyak tentang perusahaan dan mulai memahami banyak hal setelah dua tahun belajar.

Pada saat itu, kedekatannya dengan Hans juga semakin dalam. Selama empat tahun segalanya lancar, Hans menjadi setia, dan hanya ada masalah yang tidak penting. Empat tahun tanpa gangguan orang lain membuat Dika merasa kalau Hans memang hanya miliknya sekarang. Tidak lagi ada keraguan.

Tanpa diketahui Dika, Hans dan Renata sebenarnya sudah belajar mengelola perusahaan sejak mereka tahu hubungan antara Farrel dan Lukas. Farrel yang bersemangat untuk pensiun dan berbulan madu lagi dengan suaminya, mulai menyiapkan dua anaknya untuk menggantikannya. Dia tidak memikirkan anak kembarnya karena mereka tidak tertarik dan sepertinya sudah tidak ada harapan untuk membawa keduanya kembali ke jalan yang benar.

Meskipun jengkel dan membenci ayahnya, Hans tetap harus bertemu Farrel sesekali di perusahaan untuk mendapat les tambahan langsung dari ayahnya itu. Kejengkelannya tidak berarti dia menjadi tidak berguna dan tidak melakukan apapun. Sebaliknya, dia menerima pendidikan itu dengan baik dan menunjukkan kalau dia mampu melaksanakan semua tugas-tugas yang diberikan. Dia tidak ingin Farrel punya alasan untuk meremehkannya.

Interaksi mereka selama pengajaran itu menjadi unik. Hans tetap kokoh dengan kekesalannya sedangkan Farrel terlihat ceria untuk mengajar. Meskipun Hans masih bersikap dingin dan menolaknya, Farrel cukup kreatif untuk mencari perhatian dengan memberikan tugas-tugas yang harus berurusan dengannya sesekali. Kadang-kadang tugas itu begitu absurd sehingga Hans membalas sekenanya saja.

Seringkali Farrel menyelipkan tugas untuk makan siang dengannya dengan alasan untuk belajar berkomunikasi dengan klien. Di hari yang lain, mereka travel berdua ke suatu tempat dan hanya duduk untuk memandangi pemandangan alam. Setiap menjalani program tidak berfaedah itu, Hans akan bertanya apa tujuan perjalanan mereka. Bukannya menanggapi dengan serius, Farrel malah menjawab ringan tanpa berpikir. "Justru itu yang menjadi tugas, coba kamu pikirkan apa tujuan kita ke sini."

Sayangnya Hans tidak sudi memikirkan itu.

Ayahnya yang egois itu bahkan menugaskan mereka untuk memberikan hadiah ulang tahun ketika ulang tahunnya di bulan Juni. Dia meminta Hans dan Renata memikirkan hadiah terbaik yang bisa diberikan dan bagaimana memberikannya agar dia merasa senang. Katanya penting mengetahui kesenangan seseorang untuk membangun diplomasi dengan orang itu. Namun, Hans tidak tertarik sama sekali menyenangkan Farrel.

Karena malas, Hans akhirnya memberikan hadiah mainan cicak yang terbuat dari karet. Dia sengaja memilih yang paling jelek. Gara-gara itu, hadiahnya kontras dengan Renata yang memberikan sepasang sapu tangan mewah yang dibordir dengan nama ayahnya dan Lukas. Kakaknya yang penjilat itu memanfaatkan perasaan ayahnya untuk mendapatkan pujian. Gara-gara itu hadiah yang Hans berikan terlihat seperti kotoran di sebelah permata indah.

Meskipun hadiah itu lebih dari sekedar buruk rupa, Farrel memajang hadiah Hans di meja kerjanya. Cicak busuk itu begitu mencolok sehingga menarik perhatian siapapun yang datang. Karena ini, Hans merasa luar biasa malu karena telah memberikan itu.

Setiap ditanyai, Farrel akan menjelaskan dengan wajah berbinar kalau cicak buruk rupa itu dihadiahkan oleh Hans pada hari ulang tahunnya. Karena itu, nama Hans menjadi obrolan begitu banyak orang. Mereka mengatakan Farrel begitu menyayangi putra keduanya sehingga meskipun hadiah Hans 'biasa' tetap saja dipajang dan dibanggakan. Gara-gara itu, Hans bersumpah untuk melaksanakan semua tugas dengan penuh keseriusan sekonyol apapun tugas itu.

Setelah beberapa tahun dengan berbagai kejadian tolol berlalu, Hans dan Renata masing-masing diberikan kepercayaan untuk mengelola satu cabang yang rumit dan penuh konflik. Mereka perlu melaporkan secara rutin apa yang terjadi di sana dan bagaimana progress perombakan yang dilakukan. Saat itu, Hans kembali harus mengobrol dengan ayahnya berdua. Benar-benar menyebalkan.

"Jadi gimana kabarmu?" tanya Farrel.

"Ngga ada yang istimewa." Jawab Hans singkat.

"Jadi gimana progressnya?" tanya Farrel lagi sambil tersenyum.

'Tentu saja baik' batin Hans. Dia diminta mengelola sebuah mall yang tandem dengan kompleks apartemen. Awalnya banyak kekacauan di sana namun sekarang semuanya lebih teratur dan tidak ada lagi konflik tidak perlu setelah beberapa penyakit dipindahkan ke posisi yang tepat. Karena itu Hans dapat menjelaskan dengan lancar dan percaya diri.

Meskipun Hans menjelaskan dengan baik, Farrel tidak terlihat terkejut sama sekali. Awalnya Hans mengira kalau reaksi itu menandakan tidak ada yang istimewa dari pencapaiannya, namun, setelah ingat kalau Farrel memang selalu memberikan penilaian netral seputar pekerjaan, dia tidak lagi memikirkan itu. Selain itu, ayahnya itu tidak terlihat fokus sekarang. Ada sesuatu yang dipikirkan.

"Hans, ada acara apa di mall nanti ketika Valentine?" tanya Farrel penasaran.

Pertanyaan itu mengejutkan. Apa Farrel ingin tahu jika dia cukup kreatif? Meskipun masih bingung akan apa yang diinginkan ayahnya, Hans menjawab, "Ada beberapa acara dan lomba tapi diadakan sendiri-sendiri oleh masing-masing store."

"Apa ngga ada acara besar untuk pasangan? Kamu bisa menggunakan venue kan?"

"Well, iya. Nanti aku coba pikirkan." Hans mulai terpikir soal itu. Mungkin memang benar dia perlu membuat acara yang besar agar ada banyak orang yang datang. Dengan begitu penjualan juga akan meningkat karena setiap store akan memberikan penawaran menarik.

Ketika Hans serius memikirkan ide yang mau dieksekusi, Farrel mengatakan sesuatu yang membuyarkan semua ketekunan Hans.

"Kalau acaranya menarik, nanti mungkin ayah datang dengan Lukas." kata Farrel dengan senyum tersembunyi.

Melihat ekspresi penuh asmara ayahnya, kepala Hans langsung berdenyut emosi. Ternyata Farrel menanyakan itu bukan untuk mengetahui masalah bisnis. Dia ternyata sedang memikirkan merayakan Valentine dengan suaminya. Karena ingat lagi dengan hubungan dua orang itu, wajah Hans langsung dingin dan matanya terlihat lebih gelap.

"Apa kamu memintaku untuk membuatkan acara untuk kalian berdua?" tanya Hans geram.

"Oh, apa kamu mau melakukan itu? Ngga perlu, ayah cuma minta kamu bikin acara biar lebih banyak orang yang berkunjung. Ini urusan bisnis. Kalau mau membuat acara untuk kami, ngga apa-apa. Ayah akan senang. Tapi jangan campurkan urusan pribadi dan pekerjaan." Jawab Farrel tenang.

'Kamu yang memikirkan Valentine dengan suamimu ketika kita bicara bisnis!' bentak Hans dalam hati. "Ngga. Aku ngga akan buat acara apapun untuk kalian." Jawab Hans dongkol.

Hans tidak tahu lagi apa yang perlu dipikirkan. Sekali lagi dia dipermainkan oleh ayahnya.

Karena tugas penting itu membuatnya emosi, dia tidak punya ide apa yang harus dilakukan. Di tengah kegelapan pikirannya, Hans akhirnya meminta bantuan Dika. Pacarnya itu penuh dengan ide-ide romantis sehingga Hans bisa mengandalkannya.

"Mall? Lu ngelola mall? Gue baru tahu." Kata Dika terkejut ketika Hans bercerita.

"Gue ngga pernah sempat ngasi tahu. Ngga penting juga." Jawab Hans. Dia kemudian mengalihkan pembicaraan kembali ke hal penting. "Ada ide?"

Pertanyaan itu dijawab anggukan oleh Dika namun dia tidak mengutarakan apapun selama beberapa detik. Terlalu banyak ide di kepalanya dan dia berusaha mencari yang terbaik.

"Gimana kalau bikin Love Maze?" jawab Dika akhirnya.

"Love Maze?" Hans bertanya balik.

Dika mengangguk. "Kita buat labirin dua pintu. Setiap putaran ada lima pasangan yang masuk. Mata mereka ditutup dan mereka ngga boleh ngomong. Tujuan permainannya adalah menemukan soulmate mereka. Yang berhasil menemukan pasangan mereka dengan benar di bawah waktu tertentu, akan dapat doorprize besar. Gimana? Seru kan?"

"Apa serunya?" tanya Hans.

"Bukannya romantis kalau bisa menemukan soulmate meskipun di tengah jalan berliku dan ngga bisa lihat apa-apa?"

Berlanjut...
***

Burung Dalam Sangkar (BxB) [End-Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang