71. Perjanjian

265 30 3
                                    

"Kalau lu ngga memaksakan, harusnya jangan cari gue." Tukas Dika ketus.

"Tapi gue pengen dikasi kesempatan. Sekali ini aja. Kalau sekali ini gue ngecewain lu. Lu boleh ninggalin gue." Kata Hans nelangsa.

"Ngga bisa. Gue udah terlalu banyak sakit hati."

"Tapi kita pernah bahagia juga kan? Kita bisa ulang lagi dari awal. Kali ini gue akan kasi semuanya."

Sayangnya Dika masih belum mengubah ekspresinya. Dia tidak tergerak. Dia tidak percaya pada definisi Hans tentang kata 'semuanya'. Mantannya ini tidak pernah paham arti kata itu dan selalu melakukan apapun sesuai definisinya sendiri. Karena itu Dika tetap tidak bisa setuju. Dia tidak akan tertipu lagi.

Meskipun ingin menolak, Dika sudah terlalu lelah berdebat sehingga dia akhirnya diam. Dia akan mengabaikan Hans hingga Javier sampai. Tidak ada gunanya bicara karena hanya menambah emosi.

Mereka berdua akhirnya hening. Hans kembali menatap wajah Dika dengan campuran rasa sedih, pengharapan, sekaligus kecemasan. Mata obsidiannya yang dulu selalu tenang kini tidak bisa menyembunyikan gelombang emosi di dalamnya. Selama setahun ketenangan tidak pernah mengisi hidupnya lagi dan pikirannya pun dipenuhi hal-hal buruk. Karenanya dia kehilangan arah.

Kesunyian di antara dua orang itu seperti tembok kaca yang memisahkan mereka dari yang lain. Meskipun ada orang lain di sekitar mereka, tidak ada yang mampu memasuki area itu. Atlas dan Dario hanya bisa menonton tapi tidak bisa mengubah suasana galeri yang tiba-tiba bertransformasi menjadi kutub utara. Mereka bahkan tidak paham apa yang menjadi masalah. Oleh karenanya keduanya hanya bisa diam dan kembali melanjutkan lukisan.

Suasana beku itu baru pecah setelah seseorang memasuki galeri dengan membawa kehangatan. "Dika, aku harus menyelamatkanmu dari penyihir lagi. Kali ini aku harus dibayar mahal." Kata Javier ceria begitu membuka pintu. Dia tidak melirik siapapun dan hanya memandang lurus ke arah Dika. Bahkan Hans yang belepotan tersiram cat tidak berhasil menarik perhatiannya.

Menyadari Javier yang selalu menjadi orang ketiga di antara dirinya dan Dika, Hans mulai jengkel. Pikirannya mulai gelap dan dia mengepalkan kedua tangan. Namun kegelapan pikiran itu tidak bertahan lama karena dia tiba-tiba terinspirasi oleh sesuatu. Dengan motivasi baru, Hans mengangkat wajah dan menatap kekasihnya.

"Aku tahu lokasi Maria, ibunya Javier." Kata Hans dalam Bahasa Inggris agar Javier juga mendengar. Selama setahun dia mencari semua hal tentang Javier sehingga menemukan informasi ini. Kartu ini sebenarnya dia simpan untuk meminta lokasi Dika pada manusia Spanyol itu. Namun, kali ini Dika sudah dia temukan, dia akan menggunakannya untuk hal lain.

Masih menggunakan Bahasa Inggris, Hans melanjutkan, "Kalau kamu memberiku kesempatan, dua bulan saja, aku akan memberi tahu yang aku tahu. Setelah dua bulan, kamu bisa putuskan apakah kita tetap lanjut atau tidak."

Penawaran tiba-tiba itu mengejutkan Dika dan Javier. Serangan balik ini begitu kuat karena keduanya tahu kalau Hans memang memiliki jalan untuk mengetahui itu. Sayangnya ini bukan transaksi yang Javier sukai.

"Aku tidak setuju. Kalaupun kamu punya informasi itu, aku akan membayarnya dengan cara lain." Kata Javier dingin.

"Kamu mungkin ngga akan bisa menemukan orang lain yang bisa memberi tahu ini. Informasi ini disimpan oleh orang penting dengan sangat rapi sehingga sulit untuk dilacak jejaknya. Johan dan Theo baru berhasil menemukan info ini setelah tiga bulan. Menurut kalian, seberapa lama yang akan dibutuhkan oleh orang lain? Selain itu, apa mereka mampu? Mereka mungkin ditutup mulutnya sebelum sempat memberitahu." Jelas Hans. Dalam hal ini dia percaya diri. Dengan keyakinan sekaligus pengharapan, dia kemudian menutup penawarannya.

"Aku hanya meminta kesempatan dua bulan dan ngga menerima hal lain. Setelah itu aku akan menerima keputusan apapun. Tolong jangan anggap ini transaksi tapi sebuah permohonan. Ini permohonan terakhirku. Aku hanya ingin menebus semua kesalahan yang aku buat pada orang yang aku cintai." Lanjut Hans yang semakin lama terlihat semakin pasrah. Sepasang mata obsidiannya kini berkaca-kaca dan memandang penuh kesedihan ke arah Dika.

"Ka, gue mohon. Satu kesempatan ini aja. Setelah itu gue janji gue ngga akan minta apa-apa lagi. Kalau lu mau gue pergi, gue akan pergi."

***

"Karena Lukas tidak ada, aku berhenti mengasuh kalian. Sekarang aku pergi. Good bye!" Itulah yang dikatakan William sehari setelah pemakaman Lukas. Setelah itu dia benar pergi tanpa kembali. Kalau dia hanya pergi, itu tidak akan jadi menyebalkan. Sayangnya dia malah berpihak pada Eve dan Elia sehingga dua perempuan itu jadi makin sombong. Karena itu Johan dan Theo jengkel. Bahkan setelah setahun berlalu kejengkelan itu tidak berkurang sama sekali.

"Apa kita segitu buruknya sampe-sampe tiga orang itu sibuk nyusahin kita?" Tanya Johan dongkol setelah menerima beberapa laporan tentang perampokan di dekat pelabuhan. Bukan cuma itu, Eve dan Elia sepertinya menseriusi cita-cita mereka menjadi bajak laut sekarang. Banyak yang mengeluh gara-gara ini.

"Ngga usah dipikirin. Sejak dulu mereka emang suka nyusahin kita. Udah waktunya kita tegas." Kata Theo. Setelah Hans mengabari kalau Dika sudah ditemukan, mereka akhirnya terbebas dari kepusingan melacak pacar kakak mereka itu. Sekarang mereka sempat untuk mengalihkan perhatian pada hal lain.

"Kali ini gue ngga akan baik dan mereka harus ngerasain jarum gue. Siapa bilang kalau mereka aja yang menahan diri karena Lukas." Lanjut Theo. Kilat kejam berkilau makin jelas di kedua matanya.

Melihat ini Johan hanya menghela nafas. Setahun terakhir Theo makin tidak terkendali sehingga Johan sekalipun agak khawatir. Rem di kepala adiknya ini sudah hilang beberapa bulan terakhir dan suasana underworld makin angker gara-gara Theo sibuk melampiaskan emosi. Dia bahkan sempat membakar satu markas gara-gara orang-orang di sana menyimpan novel bxb tentang mereka. Karena itu, tidak ada lagi yang berani bergosip tentang hubungan mereka. Ada sisi positif dari semua itu tapi tetap saja Theo makin liar.

Satu-satunya masa dimana Theo tidak menunjukkan sisi kejam hanya ketika dia sibuk mempelajari anatomi tubuh manusia dan ilmu kedokteran. Dia mulai penasaran tentang bagaimana caranya Lukas terlihat tidak pernah menua. Karena rasa penasaran itu, dia mulai menuliskan berbagai teori absurd. Sudah ada tiga buku yang dia hasilkan.

Johan sendiri sebenarnya agak berbeda dibanding adiknya dan tidak begitu tertarik untuk menjadi kejam. Dia cuma penasaran untuk mencoba sistem pertahanan baru. Karena Theo menjadi lebih aktif, dia punya banyak waktu untuk membuat robot mata-mata lagi. Beberapa dari robot itu sudah menyusup ke kapal-kapal di bawah kontrol dua perempuan yang mereka tidak sukai. Selain robot, Johan mulai rajin mendesain berbagai macam senjata. Jiwa penemunya mulai bangkit lagi dan dia mulai suka berkelana ke berbagai pelelangan. Dia merasa seperti kembali ke masa kanak-kanak ketika dia dan Theo merancang banyak hal.

***

Catatan:

Sy lagi suka dengerin beberapa lagu ini untuk inspirasi terutama yang no 1 dan 3

1. Really Don't Care - Demi Lovato, Cher Lloyd
2. Story of My Life - One Direction
3. Me and My Broken Heart - Rixton
4. Be Kind - Marshmellow, Halsey
5. Never Know - Discrete, Maria Mathea
6. Living Louder - The Cab

Burung Dalam Sangkar (BxB) [End-Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang